Sebuah hotel yang berada di Jalan Timor Raya Nomor 122,
Kupang, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Hotel
dibuka sejak awal tahun 2011 dengan fasilitas 60 kamar, yang hingga saat ini
terus dikembangkan untuk menjadi hotel berbintang tiga yang nyaman dan ramah di
Kota Kupang. Hotel yang dibangun melalui konsorsium Taruna Kusan ini,
menjadikan sebagai salah satu hotel bintang dengan kepemilikan lokal di Kota
Kupang. Hotel yang menawarkan pilihan akomodasi sederhana terbaik untuk
perjalanan wisata atau bisnis dengan lokasi strategis di dekat pantai Laut
Timur Kupang, yang memudahkan akses ke berbagai destinasi di Kota Kupang dengan
berbagai tambahan pelayanan spesial lainnya. Kehadiran hotel ini akan meningkatkan pertumbuhan konstribusi sektor ekonomi tersier bagi Kota Kupang yang juga tentunya berdampak pada penyerapan tenaga kerja.
Entah
sejak kapan kata ini dipakai, hubungan
jarak jauh atau dalam bahasa Inggrisnya long-distance
relationship (LDR) atau dengan
tambahan kata romantis menjadi long-distance
romantic relationship (LDRR).
Mungkin sudah setua dengan peradaban umat manusia, konon kabarnya Adam dan
Hawa, ketika diusir dari taman firdaus jatuh ke bumi secara terpisah dalam jarak
yang sangat jauh, dengan kontak batin mereka saling mencari keberadaan
masing-masing hingga kemudian waktu bisa kembali mempertemukan mereka. Demikian
juga berbagai kisah yang mengikuti di segala zaman, di kala sang kekasih
terpisah jauh oleh bentangan alam yang memupuk rasa rindu untuk saling bertemu.
Seperti sang pelaut yang berlayar jauh meninggalkan kekasihnya, sang prajurit
yang ditugaskan di medan tempur hingga sang pekerja yang mengadu nasib di
negeri orang.
Rabu, 12 Maret 2014
Budaya,
Kota Kupang
Kepiting Bakau, Sebutan Sifat Kikir hingga Tuan Krab dalam serial kartun Spongbob
Sekitar tahun 90-an di kota
kupang, saya sering melihat pedagang kepiting membawa barang dagangannya dengan
mengunakan lalepak, yaitu bilah bambu
yang digunakan sebagai pikulan di bahu
untuk membawa barang yang dikaitkan di kedua ujungnya. Uniknya setiap kepiting
dibungkus dengan anyaman menggunakan daun kelapa, daun lontar atau juga daun
gewang yang masih muda, dibuat seperti dompet yang penutupnya dijahit dengan
tali dari daun. Kepiting yang ada dalam bungkusan diberi lumpur untuk
membuatnya tetap berair. Cara demikian mungkin untuk membuat kepiting dapat
bertahan hidup lebih lama, tetapi kemudian cara membungkus seperti ini tidaklah
praktis. Kadang karena terlalu lama kepiting berada dalam bungkusan daun,
setelah dimasak daging capitnya terlihat menyusut. Sekarang ini cara membungkus
kepiting dengan daun tidak akan ditemui lagi dan hanya menjadi kenangan masa
kecil.
Langganan:
Postingan (Atom)
My Facebook
Catatan....!!!
Menulis bukan bakat, tetapi kemauan. Dalam kisah setiap orang pasti akan menuliskan apa ada yang ada di pikiran dan perasaannya.. Secara perlahan menulis mengantarkan seseorang menuju pencerahan, karena menulis membuat orang membaca dan sebaliknya membaca membuat orang menulis. Menulis merupakan pembelajaran, dan tidak hanya sekumpulan kalimat tetapi merupakan sekumpulan nilai dan makna. Kini cara menulis tidak lagi menggunakan pahat dan batu, tongkat dan pasir atau dengan kemajuan teknologi tidak lagi dengan tinta dan kertas tetapi sudah beranjak pada keyboard dan screen. Banyak kisah dan sejarah masa lalu yang tidak terungkap, karena tak ada yang mencatatnya atau bahkan lupa untuk mencatatnya. Mengutip kalimat singkat milik Pramoedya Anantatoer, “hidup ini singkat, kita fana, maka aku akan selalu mencatatnya! Agar kelak abadi di kemudian hari…” Catatan adalah sebuah kesaksian dan kadang juga menjadi sebuah pembelaan diri. Seseorang pernah memberiku sebuah diary, dengan sebuah catatan yang terselip. Kelak aku akan mengembalikannya dalam keadaan kosong karena aku telah mencatatnya di sini….!!!