Melihat benda yang satu ini
menghantarkan saya ke sebuah masa lalu, entah kenapa benda ini mengungkapkan
kenangan di masa sekolah. Blau adalah bahan yang digunakan dalam proses akhir
mencuci pakaian berwarna putih agar terlihat lebih cerah dan cemerlang. Nama blau sendiri berasal
dari Bahasa Belanda blaw yang berarti biru, jadi mungkin saja produk pertama
berasal dari negeri kincir angin tersebut. Ada dua jenis bentuk blau yaitu berbentuk blok dan
berbentuk bubuk. Kalau di Kota Kupang lebih femilier dengan bentuk blok kecil
seperti yang terlihat pada gambar. Cara menggunakan blau cukup mudah, blau
seperti halnya pengharum digunakan pada bilasan terakhir, namun tidak untuk
direndam. Berbeda dengan seharusnya banyak yang merendamnya sehingga baju yang
putih akan terlihat sangat kebiruan.
Di masa Sekolah Dasar, ibu saya pernah menggunakan blau dengan alasan baju
seragam sekolah saya selalu penuh noda dan kotor.
Sehingga alasan ibu-ibu menggunakan blau di masa itu, sebenarnya untuk menjaga agar seragam tidak terlihat bekas
nodanya, maklum anak kelas 1 dan 2 SD akrab dengan debu dan noda. Alasan lainnya, seragam dapat dipakai dalam jangka waktu yang lebih lama
dengan menutup bekas-bekas noda. Hingga SMP saya sempat mengingat ada teman
yang menggunakan seragam putih yang sangat kebiruan bersanding dengan celana
biru yang ia kenakan, berarti ibunya telah merendam dengan blau yang cukup
banyak. Untuk seragam sekolah di masa itu, juga berkembang style untuk
membuat lipatan-lipatan bekas setrika pada baju seragam.
Satu hal menarik dari blau adalah
digunakan untuk mengobati penyakit Boff
(sebutan orang Kupang yang diambil dari Bahasa Belanda: Bof) atau di Jawa dikenal dengan penyakit Gondongan (Parotitis Epidemica). Semacam penyakit
yang diakibatkan oleh infeksi virus menular pada kelenjar liur yang memberikan efek nyeri. Saya masih mengingat seorang teman yang hampir
selalu terkena penyakit jenis ini dengan pembengkakkan jaringan di bagian leher atas dekat telinga. Jika ia terkena penyakit
tersebut maka penampilannya akan berbeda dengan sebagian wajah berwarna biru,
karena dioles dengan blau yang telah dicampur dengan cuka untuk mendapatkan
efek panas. Memang blau dipercaya berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit Boff. Namun timbul pertanyaan apakah
blau dapat menghilangkan Parotitis
Epidemica, karena belum ada tinjauan ilmiah dan cara medis yang membenarkan blau dapat mengobati penyakit semacam
itu.
Konon
kabarnya sejak dulu, penggunaan blau untuk mengobati
penyakit Boff hanyalah akal-akalan orang tua agar si anak malu bermain keluar rumah dengan wajah berbedak biru atau akan menjadi ejekan teman-temannya. Dimaksudkan agar sang anak lebih
banyak beristirahat di rumah. Karena sesungguhnya Boff adalah jenis penyakit yang dapat
sembuh dengan sendirinya tanpa perlu diobati (self limiting disease). Nah ini berarti dengan istirahat yang
cukup, memakan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh, maka
penyakit boff akan berkurang setelah satu minggu dan
sembuh setelah dua minggu. Jadi secara klinis beristirahat dapat memberikan
kesembuhan dibandingkan menggunakan blau.
Blau punya masa kejayaan di
komplementer industri sandang, untuk memenuhi kebutuhan manusia akan penampilan dan
kebersihan. Sebelum akhirnya datanglah produk sejenis Bayclin (pemutih) untuk memutihkan seragam putih yang warnanya mulai memudar dan juga produk sabun cuci lainnya yang lebih mengekspos hasil
putih yang lebih cemerlang, tentu
sangat kontra dengan
khasiat blau untuk membuat seragam
putih lebih cerah
dengan menutup warna putihnya. Saat ini blau masih beredar dengan beberapa merek dari
industri rumahan di Jawa. Blau sudah jarang digunakan,
kalau boleh dikatakan tidak ada lagi yang berminat
menggunakannya di perkotaan, mungkin hanya ibu-ibu di perdesaan yang masih
setia menggunakannya. Namun demikian masih ada sejumlah toko dan kios yang
masih memperdagangkannya, mungkin hingga menunggu saat blau menghilang dari
rak-rak toko dan kios.
Pakaian telah menumpuk, saatnya mencuci!
Kupang -
Minggu,
06 Mei 2012
©daonlontar.blogspot.com