Adalah komik cerita bergambar karya Ganes TH yang sangat
populer dimasanya antara tahun 1970-an hingga 1980-an. Komik silat dengan tokoh
utama “Si Buta dari Gua Hantu” menjadi karyanya yang monumental dan menjadi
komik antik dan langkah yang diburu para kolektor hingga saat ini. Salah satu
keunikan komik ini adalah kisah perjalanan yang tidak hanya berlatar belakang Jawa
tetapi juga melintasi Bali, Kalimantan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah
hingga ke Flores. Dan hal yang menarik adalah beberapa fakta yang terjadi,
dijadikan latar belakang penulisan komiknya.
Salah satunya adalah peristiwa banjir bandang yang terjadi di Larantuka, pada tanggal 27 Februari 1979 yang menjadi background kisah
“Tragedi Larantuka”. Tragedi banjir bandang membawa reuntuhan
material dari gunung Ile Mandiri seperti batu-batu ukuran besar, batu kerikil,
lumpur hingga kayu dari pepohonan. Fakta yang juga menyebutkan tentang dentuman yang terdengar diakibatkan oleh benturan
batu-batu besar, yang berjatuhan karena terbawa oleh banjir dari gunung, di tambah dengan gemuruh petir yang membahana. Tentu pertiwa
ini sulit dilupakan oleh masyarakat setempat. Bencana ini mengakibatkan korban
97 orang meninggal, 47 orang hilang, 350 orang mengalami luka-luka dan ribuan
orang harus mengungsi.
comments
Nico L. Kana lahir 10 Agustus 1937 di
Payeti, Sumba Timur, NTT. Ia menempuh pendidikan dasar dan lanjutan pertama di
Payeti. Kemudian melanjutkan ke sekolah lanjutan atas di Surabaya. Pendidikan tingginya
diperoleh di berbagai tempat, di Indonesia maupun luar negeri.
Tahun 1962 lulus Sarjana Pendidikan
dari Universitas Satya Wacana di Salatiga. Tahun 1966 meraih gelar M.A. dalam
Antropologi Budaya dari Cornell University, Ithaca, New York, Amerika Serikat. Lalu
pada tahun 1973-1974 serta 1976
berkunjung untuk studi ke Vrije Universitet di Amsterdam, Belanda, dan meraih
gelar Doktor Antropologi di Fakultas Sastra, Universitas Indonesia pada tahun
1978.
comments
Catatan....!!!
Menulis bukan bakat, tetapi kemauan. Dalam kisah setiap orang pasti akan menuliskan apa ada yang ada di pikiran dan perasaannya.. Secara perlahan menulis mengantarkan seseorang menuju pencerahan, karena menulis membuat orang membaca dan sebaliknya membaca membuat orang menulis. Menulis merupakan pembelajaran, dan tidak hanya sekumpulan kalimat tetapi merupakan sekumpulan nilai dan makna. Kini cara menulis tidak lagi menggunakan pahat dan batu, tongkat dan pasir atau dengan kemajuan teknologi tidak lagi dengan tinta dan kertas tetapi sudah beranjak pada keyboard dan screen. Banyak kisah dan sejarah masa lalu yang tidak terungkap, karena tak ada yang mencatatnya atau bahkan lupa untuk mencatatnya. Mengutip kalimat singkat milik Pramoedya Anantatoer, “hidup ini singkat, kita fana, maka aku akan selalu mencatatnya! Agar kelak abadi di kemudian hari…” Catatan adalah sebuah kesaksian dan kadang juga menjadi sebuah pembelaan diri. Seseorang pernah memberiku sebuah diary, dengan sebuah catatan yang terselip. Kelak aku akan mengembalikannya dalam keadaan kosong karena aku telah mencatatnya di sini….!!!