Jika punya kesempatan berkunjung ke Pulau Sumba, jangan lupa membeli
oleh-oleh kacang sumba, itulah pesan teman-teman jika hendak pergi ke Pulau
Sumba. Pulau Sumba yang dikenal sebagai destinasi wisata lokal dan internasional
ini memang menarik untuk dikunjungi, selain karena panorama alam dan khazanah
budayanya, para wisatawan juga dapat membeli berbagai benda seni dan budaya
yang banyak ditemukan dari pasar tradisional hingga art shop, yang juga menarik
adalah oleh-oleh peganan khas dari Pulau Sumba. Salah satu yang sering di cari
adalah kacang sumba dan terutama kacang mete, atau juga biasa disebut dengan
kacang mede atau kacang mente, yang merupakan hasil bumi Pulau Sumba. Kacang
mete berasal dari jambu monyet (cashew)
yang diambil bijinya, dikeringkan dan kemudian digoreng dan dapat langsung dimakan.
Pusat oleh-oleh penganan khas Sumba di Kota Waingapu-Sumba Timur yaitu
Toko Oleh-Oleh Utama, yang menjual berbagai macam kacang dengan aneka rasa, kue
dengan aneka rasa serta tak ketinggalan kopi Sumba. Penjualan kacang mete produksi
Toko Utama masih sebatas untuk Pulau Sumba, bisa ditemukan juga di kota-kota
lain di Sumba seperti Waikabubak dan Waitabula, dan jarang dipasarkan hingga
Kota Kupang sebagai ibu kota Provinsi NTT. Ini berbeda dengan produksi kacang
mete di Pulau Jawa yang sudah banyak dipasarkan secara online. Pada saat
tertentu stok produksi kacang mete memang terlihat berkurang, di samping kurangnya
bahan mentah dari pemasok juga berhubungan dengan masa panen untuk kontinuitas ketersediaan
bahan baku. Kacang mete olahan Toko Utama juga beraneka ragam seperti rasa original,
goreng tepung, goreng pedas dan lain sebagainya.
Industri lokal pengelolaan kacang tanah dan kacang mete memang memiliki prospek
yang baik di Pulau Sumba. Untuk tingkat Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kabupaten
Sumba Timur penghasil kacang tanah (peanut)
terbesar ketiga setelah Kabupaten Kupang, Timor Tengah Utara dan Sikka, dengan total
produksi sekitar 2.345 ton/tahun, sedangkan Kabupaten Sumba Barat Daya
penghasil jambu mete (chasew nut)
terbesar ketiga setelah Flores Timur dan Sikka, dengan total produksi sekitar 3.630
ton/tahun, belum ditambah dengan total produksi di Kabupaten Sumba Timur yaitu
sekitar 1.985 ton/tahun. Sayangnya belum
semuanya tersentuh teknologi penanganan pasca panen, sehingga nilai ekonomi
komoditas tersebut masih relatif rendah.
Mete dalam bentuk gelondongan masih begitu murah, dalam kisaran Rp. 7.000
sampai dengan Rp. 8.000/kilogram, sedangkan bila telah diolah dan menghasilkan kacang
mete siap goreng, harganya bisa mencapai Rp. 110.000 sampai dengan Rp. 120.000/kilogram.
Untuk menghasilkan 1 kilogram kacang mete membutuhkan 5 kilogram gelondong
mete. Sehingga keuntungan yang dapat diraih jika menjual dalam bentuk kacang
mete siap goreng hampir dua kali lipat. Jika demikian angka kemiskinan di Sumba
dapat direduksi dengan meningkatkan pengelolaan pasca panen terhadap produksi
perkebunan.
Memang ada kabar bahwa telah masuk pembeli asing dari luar negeri yang
memborong langsung kacang mete mentah dengan kualitas yang telah ditetapkan,
hal ini tidak mengherankan karena bahan baku ini begitu dicari untuk kebutuhan
pasar dunia yang terus meningkat. Dengan demikian pengusaha lokal akan kesulitan
mendapatkan bahan baku kacang mete untuk industri skala lokalnya. Seharusnya hasil
kacang mete tidak lagi diekspor dalam bentuk gelondongan, tetapi sudah dalam
bentuk paket yang siap dipasarkan. Salah satunya adalah dengan mengolah menjadi
produk yang siap untuk dikonsumsi, kacang mete Sumba!
Kacang mete memiliki beberapa khasiat yang sangat berguna, seperti
meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung angka kecukupan gizi (AKG) pada
elemen zinc, mengurangi perasaan depresi karena mengandung asam amino tryptophan serta mencegah penuaan kulit dan lain-lain.
(*)
Waingapu, 24 Juni 2013
©daonlontar.blogspot.com