Di
usiaku saat ini aku sedang berusaha berkomunikasi verbal dengan mengeluarkan
suara dan kosa kata baru, seperti kata pengulangan, ta.. ta.. ta.. dan ja.. ja..
ja… dan seringkali aku berbicara dengan ngelantur karena semakin banyak
kosa kata yang aku miliki. Aku sering mengucapkan kata mana?, kata tanya untuk mencari benda yang aku inginkan atau juga
kata ganti untuk susu ibu, bahkan
suatu ketika aku sudah berucap mana air
minum? Ketika aku sedang mencari gelas air minumku. Begitupun ketika aku
mencari botol minyak tawon yang disembunyikan ayah dengan mengucap mana, mana, mana. Tentunya aku menjadi
semakin cerewet, hal ini yang kemudian diklaim sebagai pelaksanaan ajaran omaku
dari ayah, bahwa untuk mempercepat kemampuan bicaraku, maka perlu dilakukan hal
sebagai berikut, yaitu mengambil sejumput nasi yang masih berbuih dari nasi
yang ditanak dan lalu diberikan makan kepadaku yang dilakukan hanya pada hari jumat, konon ini yang membuat anak bayi
semakin cerewet dan pintar berbicara, dan juga perlu disadari ini hanya mitos
dari nenek moyang.
Saat
ini aku senang nonton serial kartun Adit
Sopo Jarwo, sebuah komedi kartun situasional anak negeri yang ceritanya
menarik dan mengkisahkan kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat.
Apalagi ada tokoh Adel yang seusia denganku. Memang diusiaku, aku sudah gemar
menonton lagu-lagu dan cerita di vidio berbagi Youtube. Di kesempatan yang sama aku membangun interaksi dari apa
yang ada di televisi seperti berjoget dan tertawa karena melihat hal yang lucu
dan atau bertepuk tangan jika ada yang bertepuk tangan di televisi, suatu saat
aku sempat menjerit menangis ketika menonton tayangan film, dimana pemain filmnya
sedang menjerit kesakitan dihisap tentakel monster dari dalam pasir pantai. Aku
rupanya sudah sedari awal membenci kekerasan.
Di
bulan ini aku sepertinya terkena gejala cacar, tidak disertai dengan panas tubuh.
Bersama kedua orangtuaku menuju ke Bidan Any di dekat kediaman oma. Dari ibu
bidan diberikan obat puyer 2 jenis beserta salep kulit. Sebelumnya muncul luka
melepuh di sekitaran wajah, di mulai dari alis dan kening kanan, tulang pipi,
hidung bagian kiri, leher hingga ketiak kanan. Berupa luka kulit yang terbakar
dan terlihat melepuh. Dan tantangannya adalah saat minum obat, begitu susahnya,
sama situasi seperti dahulu ketika aku menderita diare, aku sudah merasakan dan
begitu mendapati gejala bahwa aku akan diminumkan obat, aku akan menangis menunjukkan
penolakan. Karena sakit aku sudah merasakan berbagai obat mulai dari oralit,
sirup dan kini puyer.
Suatu
kali ayah dan ibu mengajak jalan-jalan ke Subasuka, sebuah tempat belanja
fashion terbaru di Kota Kupang dengan andalannya harga yang murah meriah. Aku
semula diajak ke bagian boneka-boneka, aku akhirnya tertarik dengan satu boneka
yang coba diberikan ayah, sementara boneka lainnya aku tolak. Aku merasa senang
melihat begitu banyak boneka. Dengan suasana toko yang diperdengarkan musik,
ayahku memberi aku keleluasaan untuk berjalan dengan percaya diri, aku dengan
semangat berjalan, tanpa rasa takut, berjalan ke sana kemari dengan boneka digengam
erat, kadang aku bertemu dengan teman sebaya, aku memberi respon dengan
memberikan daag.. daag.., dan
sesekali aku berhenti melangkah dan sedikit menekukkan lutut lalu bergoyang
mengikuti irama lagu toko, terlihat beberapa orang pengunjung tertawa melihat
tingkahku. Ketika tiba di kasir boneka itu perlu di-scan, seketika itu aku menangis hebat seolah aku kehilangan
bonekaku. Tak berapa lama aku kembali terdiam ketika boneka dikembalikan dengan
lebel yang telah di beri tanda lunas. Sepulang dari toko aku masih saja memeluk
bonekaku yang kemudian dinamakan Zisuka,
boneka pink yang memakai rok melengkapi bonekaku yang sudah banyak mulai dari
Pingky, Hello, Kitty, Jenny, Gama dan Pilo. Boneka Zisuka yang aku peluk sangat erat, mungkin jadi boneka yang
merupakan pilihanku sendiri dibandingkan dengan bonekaku yang lain.
Di
saat ini aku sudah menunjukkan ketidaksukaan terhadap sesuatu. Aku sudah mulai
takut dengan orang yang berkulit gelap dan pernah sekali menangis melihat kakek
dekil berkulit gelap. Di waktu lain, karena sering memakan makanan orang tuaku
yang pedas, aku agak terbawa sifat pemarah, bahkan dalam tidur lelapku aku
masih terlihat marah-marah, seperti ada sesuatu dalam mimpi yang membuat aku
tempak emosional. Sebaliknya di waktu lain dan sudah sejak berumur 1-2 bulan,
aku sudah pernah terlihat tertawa dalam tidur, karena mungkin ada yang lucu
dalam mimpiku.
Karena
sering melihat aktivitas kedua orang tuaku, maka aku sering menirunya dalam
prilaku, seperti ketika sedang memakan gorengan, aku mengikuti makan sambil
mencelupkan dalam sambal tetapi nyatanya ke dalam piring yang kosong. Kini aku
lebih sering mencoba untuk makan sendirian, kalau sebelumnya makan dengan
menggunakan jemari dari sebiji demi sebiji nasi, kini ada kemajuan dengan makan
seemprit demi seimprit. Atau kadang juga sudah menggunakan sendok namun dengan
cara memegang yang belum benar. Dan juga dari semula makan bubur secara
sendirian, maka kini sudah diganti dengan pingin makan bersama kedua
ortangtuaku dengan menu orang dewasa.
tertawa bahagia
Aku
memang sudah sering diajak berpergian menggunakan kendaraan roda dua, namun
baru kali ini di bulan ini, aku mulai cerewet di dalam perjalanan, tidak
demikian dibulan-bulan yang lalu aku hanya terdiam. Kini aku seolah bertanya
apa-apa yang aku lihat di dan selama perjalanan. Dan juga sudah pandai
membentangkan tangan untuk merasakan deburan angin di telapak tanganku. Aku juga
sudah semakin ahli untuk memainkan gadget ponsel dengan jemari yang cekatan
mengganti-ganti frame jika sudah bosan dan beranjak ke frame berikutnya seperti
untuk foto dan vidio, bahkan bisa membuka password masuk ke ponsel ayah atau
ibu. Aku juga sudah mengerti perintah untuk melakukan salim (cium tangan orang yang lebih tua), daag (melambai tangan perpisahan), kiss bye (memberi cium jarak jauh) dan tos (menepuk tangan dengan orang lain). Herannya untuk bertepuk
tangan akulah yang paling semangat hingga bertepuk tangan ke atas kepala,
padahal hal tersebut tidak pernah diajarkan oleh kedua orangtuaku.
menikmati wafer biscuit
kedapatan lagi mencuci
Di bulan
ini juga aku sudah mengerti apa kesalahan yang diperbuat. Aku akan tersenyum
lebar ketika akan atau sedang melakukan kesalahan, seperti beberapa kali aku
lakukan, contohnya ingin pergi atau keluar ke teras rumah padahal dilarang,
atau ketika kedapatan sedang memainkan lipstik ibu atau benda-benda yang
dilarang oleh orang tuaku. Di sisi lain aku sering tertawa jika ada hal yang
lucu, seperti ketika mengenakan kacamata atau kain jilbab sambil bercermin.
Di
bulan ini gigi geraham bawahku mulai tumbuh untuk pertama kalinya mendahului
gigi taring, dan juga untuk pertama kalinya orangtuaku mulai memotong rambut
poniku, karena sudah menghalangi pandangan serta mengangu penglihatanku.
Rambutku semakin memanjang dan sudah mulai bisa dikepang dan sudah menunjukan
bahwa rambut jenis berombak mengikuti rambut ibu, dan ayah dari ayahku. Mungkin
karena telah memiliki rambut yang mulai memanjang, aku sekarang sudah gemar
menarik rambut ayah ibu sekuat tenaga, malang bagi ibuku rambutnya banyak yang
rontok! aku juga sering melukai kutil di punggung ayah, dengan kuku yang memanjang
sering juga aku menyakiti kulit ayah.
Untuk
soal berjalan, aku memang sudah bisa berjalan sendirian dengan tetap menjaga
keseimbangan agar stabil dalam usahaku berjalan, dan sudah terbiasa memakai
sepatu, aku juga sudah mahir untuk berjalan dengan menggunakan sendal. Aku
memang sudah diajari sejak awal untuk selalu menggunakan tangan kanan, dan kini
aku sering berceloteh sendirian sambil menunjukan jari ke arah tertentu, entah
apa maksudku saat itu. Cerita lain, satu kali aku kedapatan sedang
mencoret-coret buku-buku jualan ayah, yang sudah beberapa tahun ini gemar jualan
buku online.
Saat
liburan di rumah oma di Alak, dan kebetulan oma adalah pedagang, aku seperti
punya naluri untuk berdagang yakni dengan mengatur menyusun barang-barang
jualan seperti rokok, sabun, mie instan dan lain-lain. Ini sudah lama aku
lakukan saat bermain di kala sendirian, dengan mulai merombak dan menyusunnya
kembali mainan-mainanku. Selain mengatur barang jualan juga sudah mengerti
untuk mnenerima uang dari para pembeli dan juga berusaha mengembalikan uang
kembalian pembelian. Jiwa dagang seperti ada dalam diriku karena oma adalah
pedagang. (*)
Kupang, 26 April 2017
@daonlontar.blogspot.com