Pelabuhan Labuan Bajo tahun 2017
Untuk kedua kalinya saya tiba lagi di Kota Labuan Bajo, pertama kali
berkunjung di bulan Oktober 2010, hampir 7 tahun kemudian baru kembali menapaki
lantai Kota Labuan Bajo. Salah satu kota yang diprediksi akan berkembang signifikan
dibandingkan dengan ibu kota kabupaten lainnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Bahkan tidak menutup kemungkinan dari adanya polemik penentuan ibu kota bagi
calon Provinsi Flores Raya antara Kota Maumere, Kota Ende dan Kota Mbay, maka
Kota Labuan Bajo menjadi alternatif terakhir menjadi ibu kota bagi calon Provinsi
Flores Raya, dengan memperhatikan kondisi kekinian dan letaknya lebih dekat
dengan ibu kota negara di sebelah baratnya. Walaupun untuk saat ini berdasarkan
penetapan pemerintah pusat, Kabupaten Manggarai Barat masih merupakan daerah
tertinggal, parameter daerah
ditetapkan sebagai daerah tertinggal berdasarkan kriteria perekonomian
masyarakat, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, kemampuan keuangan
daerah, aksesibiltas, serta karakteristik daerah. Hanya empat daerah di NTT yang tidak dikategorikan tertinggal yaitu Kota
Kupang, Kabupaten Ngada, Kabupaten Sikka dan Kabupaten Flores Timur.
Pelabuhan Labuan Bajo tahun 2010
Kenapa Labuan Bajo menjadi
perhatian, beberapa hal dapat dilihat dari pertumbuhan akomodasi dan pembangunan
fisik. Misalnya saat ini, Kota Kupang sebagai ibu kota Provinsi NTT baru
memiliki dua hotel bintang berstandar internasional dengan label berbintang 4,
sedangkan Kota Labuan Bajo sudah memiliki enam hotel berstandar internasional
dan dua diantaranya berbintang 5. Saat ini juga Bandara Komodo sudah bisa
didarati pesawat berbadan besar Boing 737, dan memiliki fasilitas bandara yang jauh
lebih baik dibandingkan Bandara Eltari di Kupang. Demikian juga Kota Labuan
Bajo juga sudah memiliki Rumah Sakit berakreditasi internasional yaitu Siloam.
Hotel Labuan Bajo dilihat dari Hotel Pagi
Pesisir Labuan Bajo dilihat dari Hotel Pagi
Kota Labuan Bajo sebagai kota
wisata adalah ibu kota dari Kabupaten Manggarai Barat yang
merupakan kabupaten pemekaran dari kabupaten induk, Kabupaten Manggarai
Provinsi NTT. Kabupaten Manggarai Barat diresmikan pada tanggal 17 Juli 2003,
yang wilayahnya meliputi daratan Flores bagian paling barat dan beberapa pulau
kecil disekitarnya, diantaranya Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pulau Seraya Besar,
Pulau Seraya Kecil, Pulau Bidadari, dan Pulau Longos. Secara administrasi
Kabupaten Manggarai Barat memiliki 10 kecamatan, yaitu Kecamatan Komodo, Sano
Nggoang, Mbeliling, Boleng, Kuwus, Lembor, Lembor Selatan, Welak, Ndoso dan
Macang Pacar. Kota Labuan Bajo diperkirakan saat ini menampung sekitar 40 ribu
jiwa, dengan terdiri dari sekitar 8.000 jumlah rumah tangga.
Bandara Komodo Labuan bajo
Kantor Bupati Manggarai Barat
Rumah Sakit Siloam Labuan Bajo
Di tahun 2013 lalu,
Pulau Komodo resmi ditetapkan sebagai salah satu dari tujuh keajaiban warisan
alam yang ada di dunia oleh organisasi New7Wonders.
Sedangkan enam keajaiban lainnya adalah Halong Bay (Vietnam), Amazon (Amerika
Latin), Pulau Jeju (Korea Selatan), Table Mountain (Afrika Selatan), Air Terjun
Iguazu (Amerika Latin), dan Puerto Princea Underground River (Filipina).
Keistimewaan Pulau Komodo diantaranya adalah Pink Beach atau pantai berwarna pink yang merupakan
pasir pink yang adalah campuran pasir putih dan merah, warna pasir merah
berasal dari serpihan koral merah yang telah luruh. Selain itu ada juga
keberadaan Taman Nasional Komodo (TNK), yang terdapat berbagai spesies hewan
yang merupakan perpaduan hewan yang berasal dari Asia dan Australia serta spot snorkeling
untuk melihat berbagai spesies ikan dan terumbu karang. Terakhir yang paling
utama adalah hewan Purba Varanus
Komodoensis alias Komodo. Kadal raksasa yang termasuk hewan purba ini pertama
kali ditemukan tahun 1910 dan hanya ditemukan di Indonesia. Hal inilah yang
membuat Kota Labuan Bajo menjadi kota wisata di Nusa Tenggara Timur.
Dermaga Kampung Ujung tahun 2010
Dermaga Kampung Ujung tahun 2017
Jalan Soekarno Hatta Labuan Bajo
Kondisi Jalan
Kondisi Pedestrian Jalan Soekarno Hatta Labuan Bajo
scenic look out Pelabuhan Labuan Bajo yang tidak terawat
Pada tahun 2015, Pemerintah Republik Indonesia menetapkan
Labuan Bajo sebagai salah satu dari 10
destinasi pariwisata yang dijadikan sebagai prioritas kunjungan wisatawan.
Dengan asumsi bahwa pariwisata akan menjadi motor pertumbuhan ekonomi di
wilayah tersebut, dan terutama adalah memaksimalkan pengelolaan objek wisata di
Labuan Bajo dan sekitarnya yang merupakan pintu gerbang untuk bisa masuk ke
objek wisata utama yaitu Taman Nasional Komodo (TNK), Pulau Rinca, Pink Beach
dan Batu Cermin. Kenapa sektor pariwisata sedang digenjot, karena pariiwasata
merupakan salah satu dari lima komoditas yang memberikan kontribusi besar bagi
pendapatan daerah dan negara. Peluang ini untuk meningkatkan semakin banyaknya
wisatawan mancanegara yang berkunjung, karena sejak tahun 2015 pemerintah telah
mengeluarkan kebijakan Bebas Visa Kunjungan (BVK) dari semula 15 negara menjadi
90 negara, yang tentu saja berdampak pada peningkatan jumlah kunjungan
wisatawan asing. Dengan demikian Kota Labuan Bajo menjadi destinasi wisata yang
akan terus berkembang di Kabupaten Manggarai Barat, tempat pulau Komodo berada.
Dengan asumsi kedatangan 100.000 wisatawan mancanegara dan domestik, dengan
pengeluaran minimal masing-masing seperti jasa akomodasi, transportasi,
makan-minum dan lain-lain sebesar Rp. 1,5 juta perhari, serta lama menginap
minimal 5 hari, maka akan meningkatkan jumlah peredaran uang di Kota Labuan
Bajo sebanyak Rp. 750 miliar pertahunnya.
Pantai Pede
Pusat Kuliner Kampung Ujung
Sebagai kota yang mulai
tampak aktivitas kepariwisataan seperti yang terlihat di Bali, Kota Labuan Bajo
masih memiliki berbagai permasalahaan yang perlu segera dibenahi, apalagi
dengan adanya sumbangan pendapatan dari sektor kepariwisataan, seharusnya
daerah telah siap untuk memperbaiki segala persoalannya. Pertumbuhan Kota Labuan Bajo saat ini terutama
dari sector kepariwisataan masih lebih banyak digerakkan oleh sektor swasta dari
dalam dan luar negeri, terlihat dari pembangunan hotel-hotel baru, peningkatan
jumlah agen perjalanan wisata dan berdirinya sarana rumah sakit berakreditasi
internasional Siloam, belum lagi oleh masyarakat lokal dengan pertumbuhan rumah
makan dan unit usaha lainnya penunjang kepariwisataan. Sementara itu dari
pemerintah pusat terlihat dari pembangunan dan perbaikan fasilitas bandara dan
rencana perbaikan pelabuhan Labuan Bajo. Sedangkan dari sisi pemerintah daerah
sendiri belum terlihat hal yang mencolok. Salah satu hal yang masih perlu dan sangat segera untuk dibenahi dalam
menunjang pertumbuhan kepariwisataan di Kota Labuan Bajo adalah infrastruktur
jalan yang sudah bertahun-tahun tidak diperbaiki, demikian juga dengan jalur pedestrian
yang tidak baik. Sepanjang jalan Soekarno-Hatta banyak terdapat jalan berlubang,
dengan sarana pejalan kaki yang minim karena jalan satu arah itu bisa
membahayakan para pejalan kaki. Padahal jalan tersebut merupakan jalan dengan
aktivitas terpadat di Kota Labuan Bajo. Ada destinasi wisata di situ, di mulai
dari Pantai Pede, Pelabuhan Labuan Bajo, Kampung Ujung hingga Puncak Waringin.
Di jalan tersebut juga terdapat banyak pertokoan, restoran, hotel dan
penginapan, kantor agen perjalanan dan layanan wisata lainnya. Sehingga beberapa
hal perlu segera dilakukan. Misalnya penyelesaian Pantai Pede yang masih dalam polemik
antara pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten terkait dengan ruang publik
pantai bagi masyarakat Labuan Bajo, pusat kuliner di dermaga Kampung Ujung yang
perlu direvitalisasi, serta scenic look out
di Puncak Waringin yang perlu ditata dan dijaga kebersihannya karena menjadi
tempat untuk melihat keindahan Pelabuhan Labuan Bajo dari ketinggian.
Kedepannya diharapkan Labuan
Bajo menjadi satu destinasi unggulan di kawasan Asia Tenggara dan setidaknya
akan mengakibatkan multiplayer effect
bagi perkembangan ekonomi regional di Nusa Tenggara Timur, melalui peningkatan
perputaran uang dan pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat sebagai pelaku dunia
usaha di sektor kepariwistaaan. Sehingga perlu dilakukan pembenahan Kota Labuan
Bajo menuju kota wisata yang layak. (*)
Labuan Bajo, 21 April 2016
daonlontar.blogspot.com