Sudah sekian tahun saya tidak
pernah menonton teater. Sewaktu masih
kuliah saya sering menyaksikan teater jalanan teman-teman demonstran dengan
tema-tema kritik pembangunan. Sedangkan teater lainnya adalah pada malam
inaugurasi pengukuhan keluarga mahasiswa fakultas yang digelar setiap tahunnya,
dipersembahkan oleh mahasiswa baru dalam bentuk opera. Untuk yang terakhir ini
tema cendrung pada kehidupan kampus dan percintaan.
Memang menonton teater masih menjadi kebutuhan tersier
bagi penduduk kota. Bisa dikatakan juga sebagai kebutuhan penghargaan (esteem
needs) ala Abraham Maslow. Berupa kebutuhan penghargaan baik terhadap harga
diri sendiri maupun penghargaan terhadap orang lain. Hal ini membawa pada
kestabilan diri seseorang untuk menjaga mood. Sehingga bilamana kebutuhan ini
dipenuhi orang akan merasa percaya diri dan berharga di mata masyarakat. Simak
saja prilaku orang di Eropa yang setiap akhir pekan pergi menonton olah raga
atau teater.
Suatu kesempatan bisa
menyaksikan sebuah pergelaran teater di Kota Kupang, yang berjudul Ratu
Balonita. Mungkin pergelaran teater komersil ini adalah yang pertama kali di
Kota Kupang, padahal jika ditinjau dalam sejarah Kota Kupang, pergelaran teater
telah ada sejak zaman pra kemerdekaan. Ratu Balonita digambarkan sebagai tokoh yang pengambil kebijakan yang tidak
bijaksana dari sebuah negeri yang sebenarnya elok. Balonita sebagai analogi dari balon
berisi angin yang dibeli rakyat setelah menjual hasil jerih payahnya, dari hasil bumi, anak, harga diri bahkan universitas kebangaan. Sebuah satire bagi pemerintahan yang gagal menciptakan program untuk
memberdayakan masyarakat. Sajak-sajak dalam teater Ratu Balonita merupakan karya Sastrawan NTT Gerson Poyk.
Teater ini berlangsung kurang lebih dua jam dengan lakon gaya
Romawi kuno dengan tata akuistik panggung yang lumayan. Namun pergelaran teater
ini juga tak luput dari kritik, masih ada jeda momentum yang kosong dalam
scane, sehingga membuat penonton seolah kehilangan ritme, hal yang juga diamini oleh
sastrawan kenamaan Putu Wijaya yang sempat hadir menonton. Berikut adalah penggalan
scene dalam pergelaran teater Ratu
Balonita pada tanggal 12 April 2012 lalu:
Tarian daerah sebagai bagian opening teater ratu balonita yang dipersembahkan oleh Sanggar Lopo Gaharu Kupang
Kedatangan Ratu Balonita dalam pengawalan prajurit romawi
Cuplikan pertukaran bayi sebagai representasi harta dengan balon warna-warni
Teater ini diproduksi oleh oleh Rumah Poetika Kupang, dengan penulis skenario Gerson Poyk (budayawan asal NTT) dan disutradarai oleh Kornelia Djobo. Pelakon teater adalah anggota Sanggar Rumah Poetika sedangkan selingan tarian persembahan Sanggar Lopo Gaharu Kupang. Pergelaran dipentaskan dua kali yaitu Kamis-Jumat, 11-12
April 2012. (*)
Kupang, 13 April 2012
©daonlontar.blogspot.com