Kesempatan kali ini,
kita akan beranjak keluar kota Kupang melintasi jalan trans Pulau Timor. Tujuan
kita adalah Kota SoE yang berjarak 110 km dari Kota Kupang. SoE sebagai salah
satu kota di pedalaman pulau Timor ini adalah ibu kota dari Kabupaten Timor
Tengah Selatan. Untuk sampai ke Kota SoE dibutuhkan waktu sekitar 2-3 jam
perjalanan, baik menggunakan mobil pribadi, travel, bus ataupun dengan sepeda
motor. Jalan trans Timor yang kita akan lewati relatif baik, namun sejenak kita
berpikir bagaimana keadaan jalan ini satu abad atau seratus tahun yang lalu.
Tentu tidak seperti yang kita lihat dan nikmati hari ini!
Keadaan infrastruktur Jalan ke Kota SoE tahun 1927 (Sources: kitlv.nl)
Sebuah mobil sedang dalam perjalanan menuju Kota Soe 1927 (Sources: kitlv.nl)
Transportasi umum trans Timor masa lalu tahun 1950-an (sources: kupangklubhouse.com)
Sejak zaman
kolonial, Kota SoE telah menjadi tempat pesanggrahan atau rumah peristirahatan
dan juga penginapan bagi pejabat-pejabat Belanda di Timor. Berada diketinggian
sekitar 1000 mdpl membuat Iklim Kota SoE
dingin dan sejuk sehingga bersahabat dengan orang Eropa, tak jarang Kota SoE dijadikan tempat
pertemuan penting di zaman kolonial. Dahulu tidak ada perlintasan jalan sebaik aspal seperti sekarang
ini, apalagi jalan yang telah mengalami pengerasan. Yang ada hanyalah
celah-celah sempit track untuk rute
perjalanan kuda. Perjalanan dengan kuda menuju SoE bisa berhari-hari dan juga
sangat tergantung keadaan iklim. Perjalanan bisa saja terhenti di musim
penghujan, karena tak ada jembatan yang dibangun untuk menyeberangi sebuah
sungai yang dinamakan Sungai Noelmina. Sungai Noelmina kala itu banyak memakan korban bagi yang nekad
menyeberang dan kemudian terbawa arus deras.
Infrastruktur jalan & jembatan ke Kota SoE tahun 1927 (Sources: kitlv.nl)
Infrastruktur jalan & jembatan ke Kota SoE tahun 2014
Infrastruktur Jembatan Noelmina tahun 2014
Perintisan jalan
menuju Kota SoE dimulai sejak zaman Residen Jacobus Arnoldus Hazaart dari
Keresidenan Timor dan daerah taklukannya
(residentie Timor en Onder Hoorig
Heden) yang berpusat di Kupang. Pada tahun 1816, beliau mengagas
pembangunan jalan raya yang menghubungkan Kupang dengan Babau. Kemudian pada
tahun 1917, setelah Pemerintah Belanda berhasil menaklukkan Sobe Sonbai III,
pembangunan jalan ini dilanjutkan oleh Ir. Asmusen hingga ke Camplong. Pembangunan
jalan terus dilanjutkan hingga ke Atapupu yang melewati Kota SoE, Kefamenanu
dan Atambua. Pengerjaan pembangunan jalan trans Timor di Timor Barat (Dutch Timor) ini baru selesai pada
tahun 1923, yang jelas begitu banyak mengunakan tenaga kerja rodi kaum pribumi
Timor. Jalan yang dibangun saat itu tentu bukan jalan beraspal mulus tetapi
serupa jalan makadam, jalan yang tersusun oleh batu-batuan kasar dan halus. Baru
pada tahun 1960-an, atas Program Colombo (Colombo
Plan), yang merupakan organisasi kolektif regional dalam memperkuat
pembangunan sosial dan ekonomi negara anggota di Asia Pasifik, memberikan
bantuan perbaikan jalan dengan memberikan pengerasan aspal. Hingga saat ini
kualitas jalan raya trans Timor terus ditingkatkan kualitasnya, status jalan
sebagai jalan negara atau jalan nasional yang merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem
jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota kabupaten dalam provinsi
dan juga sebagai jalan strategis nasional.
Keadaan infrastruktur jalan Kupang-SoE kini, tahun 2014
Tugu peringatan dilarang meminum miras untuk para pengemudi, sudah ada sejak tahun 1990-an sebagai rambu jalan Kupang-soE
Setelah selesai
dibangunnya jalan dari Kupang ke Atapupu tahun 1923. Kota-kota baru seperti SoE,
Kefamenanu dan Atambua mengalami perkembangan menganti kota-kota sebelumnya
yaitu Noeltoko, Kapan dan
Atapupu. Para pedagang Cina, Eropa dan Arab mulai menetap di kota. Namun
jalan-jalan yang dibangun belum sebaik sekarang, sehingga memiliki kendaraan
tentu akan berdampak pada biaya perawatan yang sangat tinggi. Sampai tahun
1930, hanya terdapat 80 kendaraan bermotor yang beroperasi di Timor Barat dan
setengahnya adalah truk milik para pedagang Cina. Perkembangan pada
tahun 1940-an sudah mulai muncul beberapa kendaraan transportasi umum yang
menghubungkan Kupang-Atambua (Atapupu), diantaranya adalah kendaraan bis
seperti pada gambar, yang bernama Timor
Tiger, yang sempat beroperasi antara tahun 1950-an hingga tahun 1960-an dan
setelah itu di tahun 1970-an, sudah banyak bermunculan kendaraan sejenis Cold
diesel dan Toyota.
Lanskap daratan Timor
Terdapat kurang
lebih lima puluhan jembatan baik kecil, sedang maupun besar yang menghubungkan
Kota Kupang dengan Kota SoE. Salah satu Jembatan yang terkenal adalah Jembatan
Noelmina, jembatan yang terletak di kilometer 77 ini adalah jembatan terpanjang
di daratan Timor Barat yang memisahkan dua wilayah yaitu Kabupaten Kupang dan
Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Dahulu jembatan ini dibangun pertama kali
oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1910-an dan selesai sekitar tahun
1920-an. Pada masa pendudukan Jepang, jembatan ini pernah di hancurkan oleh
serangan Angkatan Udara Australia (RAAF)
pada Februari 1944 dengan maksud memutuskan distribusi logistik militer Jepang
di pedalaman Timor. Kondisi jembatan saat ini adalah yang ketiga kalinya
dibangun kembali, yang terakhir adalah di tahun 1987 dibangunnya Jembatan Noelmina yang
baru dengan menggunakan konstruksi baja (steel truss
bridge), hingga selesai di bangun pada tahun 1989 dan kemudian diresmikan tepat
pada tanggal 14 Maret 1990, oleh Wakil Presiden Republik Indonesia Sudarmono,
SH kala itu.
Gapura selamat datang di kota SoE
Welcome to SoE
Kota SoE yang terletak dipengunungan,
membuat perjalanan yang ditempuh mendaki dan berkelok-kelok. Namun itu semua
terbalaskan dengan kesempatan menikmati lanskap pemandangan Pulau Timor. Namun sayang kurang
tersedianya scenic look out atau spot yang disediakan untuk mengamati
pemandangan. Padahal pemandangan pengunungan, padang stepa dan sabana dapat
dinikmati dalam perjalanan. Sesampainya di Kota SoE kita masih bisa melanjutkan
perjalanan ke beberapa destinasi wisata di dalam kota dan sedikit keluar kota, enjoy your trip! (*)
Kupang, 18 Mei 2014
©daonlontar.blogspot.com
©daonlontar.blogspot.com