Aku sudah berusia 3 bulan sekarang,
sudah seperempat tahun masaku. Menurut buku petunjuk pengasuhan bayi, aku sudah
boleh dibawa keluar rumah mengenal lingkungan tempat tinggal disekitarku. Aku
juga sudah mengenal bagian tubuhku, aku selalu memperhatikan jemariku dengan
seksama, mengengamnnya, menguncangkannya dan seolah mulai berhitung, dan
berhitung sepertinya adalah pengalaman manusia sejak dilahirkan. Sejak bulan
kedua aku memang suka memasukan jari di dalam mulutku, hingga kini aku bisa
memasukan keempat jari dalam mulutku dan bergantian jari kanan dan kiri. Sekarang
mulutku juga sering mengeluarkan sedikit lidah seperti menyusu, memainkan lidah
seperti bercanda dan itu membuat orang tuaku tertawa.
Usiaku sudah
hampir tiga bulan dan orangtuaku baru memiliki kesempatan untuk menghidupkan
syiar dan sunnah Rasulullah SAW dengan mengadakan tasyakuran/aqiqahku. Seekor
kambing jantan berwarna kream yang kuat dan sehat telah disediakan, untuk
disembelih sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT dengan niat dan syarat
tertentu. Kata aqiqah berasal dari kata Al-Aqqu yang berarti memotong, yang
dimaksudkan rambut di kepala aku yang baru lahir. Sehingga Kambing yang
dipotong di sebut aqiqah karena rambutku dipotong setelah kambing jantan yang
disiapkan oleh ayah disembelih. Semoga kambingku yang menjadi wujud pengorbanan
menjadi penebusku, seperti Nabi Ismail yang ditebus dengan seekor kibas
(kambing) dalam kisah Nabi Ibrahim AS. Ada juga pendapat bahwa aqiqah adalah
pembebasan diriku dari jin yang mengiringi semenjak lahir. Selain itu dengan
aqiqah aku telah dapat melepaskan syafaat bagi kedua orangtuaku.
Budaya Kosu, foto: fb
Atoni van Timor
Kebudayaan
itu seperti spora yang yang terbawa angin, entah kemana dan kemudian akan
tumbuh dan menjadi sebuah kebudayaan sebagai jejak dari kebudayaan asalnya,
atau seperti biji-bijian yang di bawa burung dalam perutnya untuk dibuang ke
ranah jauh, bertumbuh dan menjadi pohon kebudayaan yang baru di tanah tempat
berlabuh. Sulit untuk menemukan asal muasal budaya karena budaya tumbuh tanpa
pemberitahun, bergerak tanpa peta dan berkembang tanpa mengenal dimensi.
Langganan:
Postingan (Atom)
My Facebook
Catatan....!!!
Menulis bukan bakat, tetapi kemauan. Dalam kisah setiap orang pasti akan menuliskan apa ada yang ada di pikiran dan perasaannya.. Secara perlahan menulis mengantarkan seseorang menuju pencerahan, karena menulis membuat orang membaca dan sebaliknya membaca membuat orang menulis. Menulis merupakan pembelajaran, dan tidak hanya sekumpulan kalimat tetapi merupakan sekumpulan nilai dan makna. Kini cara menulis tidak lagi menggunakan pahat dan batu, tongkat dan pasir atau dengan kemajuan teknologi tidak lagi dengan tinta dan kertas tetapi sudah beranjak pada keyboard dan screen. Banyak kisah dan sejarah masa lalu yang tidak terungkap, karena tak ada yang mencatatnya atau bahkan lupa untuk mencatatnya. Mengutip kalimat singkat milik Pramoedya Anantatoer, “hidup ini singkat, kita fana, maka aku akan selalu mencatatnya! Agar kelak abadi di kemudian hari…” Catatan adalah sebuah kesaksian dan kadang juga menjadi sebuah pembelaan diri. Seseorang pernah memberiku sebuah diary, dengan sebuah catatan yang terselip. Kelak aku akan mengembalikannya dalam keadaan kosong karena aku telah mencatatnya di sini….!!!