Tak terasa aku telah genap berusia enam bulan dan beranjak
setengah tahun usiaku. Di masa inilah semakin banyak pengalaman muda yang aku
lalui di bulan ini. Seperti pengalaman naik pesawat dan mudik untuk pertama
kalinya, berlebaran bersama keluarga besar ibuku. Aku akhirnya sampai ke Kota
Ende - Flores, kota dimana ibuku dilahirkan dan dibesarkan, bertemu dengan
semua om dan tante dari ibuku. Seminggu puasa Ramadhan 1437 menjelang lebaran
aku sering menemani keluargaku untuk sahur bersama dan kemudian Lebaran 1
Syawal 1437 pertama kalinya aku di kota Ende bersama sanak keluarga ibu, dan
aku adalah anggota keluarga paling kecil atau yang terakhir.
Aisya dengan bunda di ruang tunggu Bandara Eltari
Aisya dengan bunda dan latar belakang Gunung Meja Ende
Adalah hal heboh pada penerbangan perdanaku, ketika tiba di
bandara satu jam lebih awal sebelum penerbangan dan menunggu waktu
keberangkatan, aku tampak seperti biasanya masih melakukan penyesuaian dengan
lingkungan ruang tunggu Bandara El Tari yang ramai dalam suasana puncak libur
lebaran. Namun ketika tiba waktu kberangkatan, pesawat dinyatakan delay
karena cuaca tidak mendukung, di saat itu pula aku sudah mulai tidak
nyaman dan mulai rewel dengan tangisan keras, sepertinya aku mengalami rasa
dinginnya ruang tunggu dan lambung kosong serta enggan menyusui. Ruang laktasi
di bandara tidak juga mendukung. Hampir semua orang di ruang tunggu melihat
kepanikan orangtuku menghadapi aku yang sedang menangis sejadi-jadinya hingga
terdengar berbagai penjuru ruangan, bahkan ayahku ingin membatalkan
penerbangan, dan ingin kembali pulang ke rumah. Antiklimaksnya setelah ada
seorang ibu teman ayah yang menanganinya hingga pesawat tiba dan jadwal
kebarangkatan dilanjutkan. Kurang lebih empat jam kami berada di bandara yang
sungguh menyiksa. Namun beruntung hal ini tidak terulang di penerbangan
keduaku.
Di bulan ini aku menjalani imunisasi DPT yang ketiga, tapi
kali ini berbeda dengan imunisasi DPT yang pertama dan kedua, aku tidak lagi
mengalami panas. Diluar perkiraan kedua orang tuaku yang kuatir seolah telah
bersiap-siap menunggu tubuhku panas, tapi kali ini aku seperti biasa, ceria dan
terus bermain dengan semangat. Memang aku sering mengalami banyak perubahan
siklus, seperti begadang hingga larut bahkan tampak bermain sendirian di dini
hari.
Aisya begitu senangnya naik pesawat
Aisya sedang jalan-jalan menikmati sunset Pantai Ria Ende-Flores
Aisya dengan jempol yang terluka
Aisya sedang memetik bunga
Satu kali tanganku terluka, ketika ibuku salah menguting kuku
jempolku, sebelumnya jemariku juga pernah merasakan strum raket nyamuk, memang
sih itu kelalaian ibuku tapi ibuku memang tidak sengaja. Aku tetap mencintai
ibuku. Dibulan ini pula, ayahku memangkas rambutku yang sudah mulai memanjang,
memang butuh waktu yang agak lama, karena aku tak bisa diam, tak seperti
pengujung barbershop yang sering terlihat duduk manis saat rambutnya
dipangkas.
Aisya sedang naik sepeda punya sepupu Najwa
Aisya dengan pramugari cantik dan pak pilot dibelakangnya
Aisya punya dua boneka souvenir dari Garuda bernama Gama dan Pilo
Di bulan ini juga aku sangat terobsesi dengan botol air
mineral besar, seperti menjadi saingan bagi bantal pongkyku. Aku juga sudah terbiasa
tidur menyamping, paling sering menyamping sebelah kiri, dan juga aku sudah
bisa mengaruk-garuk tubuhku sendiri karena gigitan nyamuk, layaknya orang
dewasa. Selain sudah biasa tertawa riang dan menagis terisak, aku juga sudah
pandai membuat tangis yang dibikin-bikin atau bahkan batuk yang sepertinya
disengaja.
Aku sekarang sudah bisa melakukan dua kali guling atau dari
tengkurap ke berguling dan juga bisa memutar 360 derajat poissi tengkuprap
sesuai dengan objek apa yang memancing perhatiaku dan seraya ingin mengapainya.
Kupang, 26 Juli 2016
©daonlontar.blogspot.com