Hari berlalu dan aku semakin menunjukkan perkembangan yang
baik, aku bisa menghibur diri sendiri dengan bertepuk tangan tanpa bimbingan
lagi. Begitu ada yang menyenangkan hatiku maka aku spontan bertepuk tangan
sambil tersenyum geli atau hingga tertawa lebar. Di bulan ini aku juga
mengalami momen pertama kali jatuh dari tempat tidur, hanya sepersekian detik
lepas dari pengawasan kedua orangtuaku aku pun terjatuh dari tempat tidur yang
hampir setinggi 80 cm dengan posisi kepala terlebih dahulu, aku menangis hebat
namun tidak mengalami memar apa-apa. Ini adalah hal unik bagi semua bayi,
menurut orang-orang selalu ada malaikat pelindung bagi bayi yang jatuh dari
tempat tidur. Oleh karena kejadian tersebut ayahku akhir memangkas tempat tidur
menjadi lebih pendek dengan mengeluarkan dasar tepat tidur.
Kadang aku sering menunjukan ekspresi marah besar, dan sekali
marah teramat besar hingga membuat kedua orang tuaku termenung bahwa aku
ternyata juga bisa marah diusiaku yang sangat muda, bukan karena tangisan
tetapi seperti ada sesuatu yang membuatku marah, entahlah. Di bulan ini aku
juga dihadiahi beberapa oleh-oleh dari ayahku sepulangnya dari tugas perjalanan
dinas, berupa baju bali, mainan mobil tawon yang bisa jungkir balik, bola ikan
air yang mengeluarkan cahaya dan mainan ring donat. Untuk hal mainan, sepertinya
aku orang yang cepat bosan, hanya sejenak menyukai mainan dan selanjutnya tidak
menyukainya lagi. Demikian juga dengan boneka-bonekaku.
Di bulan yang lalu aku cuma memiliki sebuah gigi, sekarang aku
sudah memiliki 5 buah gigi, dua gigi seri bagian bawah dengan tiga gigi seri
bagian atas, dua di bagian tengah dan satu di sisi kanan. Sebelum tumbuhnya
empat gigi di bulan ini, eskalasi emosiku cukup meninggi, seperti ditunjukkan
dengan kegelisahan yang tak henti-hentinya. Demikian juga aku sering mengemeretakan
gigi-gigi mungilku, yang seolah menjadi suara masam bagi orang tuaku. Kemampuan
bicaraku juga sudah meningkat, kata-kata seperti mama, bapa, tata dan nene
sering aku keluarkan baik dalam keadaan sedih dan senang, terutama panggilan mama yang semakin kuat dan jelas, kala
ibuku tidak terlihat oleh pandanganku entah itu ibu sedang di dapur, kamar
mandi atau pergi menjemur pakaian. Karena kami hanya tinggal bertiga, maka di
saat kedua orang tuaku solat maka aku senantiasa menganggu mereka dengan tangisku
atau juga kelucuanku dari berguling-guling di sajadah seolah meminta perhatian
hingga memanjat tubuh ayahku ketika itidal, ruku, sujud dan duduk diantara dua
sujud, bahkan berusaha melewati kolong kedua kaki ayahku.
Ketika kemampuan duduk sudah aku miliki sekarang giliran kemampuan
berdiri yang sedang aku kembangkan, aku sudah bisa berdiri dengan berpegangan
pada meja atau lemari. Bukan cuman berdiri aku juga sudah bisa berjalan sambil
perpegangan dari satu sudut tempat tidur yang sudah dipendekkan, ke satu sudut
tempat tidur lainnya. Di saat ini juga ayah dan ibu sering mengajarkan aku cara
berjalan sambil berpegangan tangan. Aku juga sudah bisa melakukan gerakan cepat
dari duduk ke berdiri sambil berpegangan atau sebaliknya dari berdiri ke duduk.
Di samping itu aku juga sudah menjadi peniru yang baik, bisa melakukan
suara-suara dan gaya mulut ayah ibu dari yang aku lihat, seperti menyembur
udara dengan bibir yang tertutup rapat.
Satu hal lagi bahwa aku suka melihat pemandangan melalui
jendela kamar, sehingga berdiri di depan jendela sangat menyenangkan hatiku.
Selain di jendela, duduk dan berdiri di depan kaca meja rias sangat menyenangkan
hatiku juga. Aku gemar memainkan peralatan apa saja di depan meja rias. Memang semua benda itu menarik
bagiku dari sisir ibu hingga kaos kaki ayah, dari lembaran kertas hingga remote
tv, dari botol air mineral hingga buku, dari sendok rice cooker hingga alat
kosmetik, semuanya bisa aku raih. Di bulan-bulan awal ini, aku memang tipikal posesif terhadap
benda-benda tersebut, aku bahkan menginginkan begitu banyak barang yang aku
ingin mengenggamnya. Kadang aku terlihat masih mengenggam barang apapun saat
aku masih digendong pergi. Buku adalah salah satu benda yang paling aku sukai,
sepertinya akan mengikuti jejak ayah yang sangat menyukai buku dan kelak menjadi seorang yang mengemari
buku. Jika aku telah menemukan buku, maka niscaya aku sudah ngomong sendirian,
seakan sedang bertutur tentang sesuatu hal. Dan hal terakhir, di saat Kota Kupang
memasuki musim penghujan aku sangat mengagumi hujan, bahkan petir yang datang
bukan menakutkan aku tapi justru membuatku kegirangan. (*)
Kupang, 26 Oktober 2016
©daonlontar.blogspot.com