Di
awal bulan kesembilanku, tepatnya tanggal 29 Oktober, aku mengalami sebuah
pengalaman dalam membentuk identitas feminimku, bahwa aku perempuan. Ayah dan
ibu membawaku ke Toko Emas Sahabat di Jalan Ikan Tongkol Kupang, untuk memasang
sepasang anting-anting. Tembakan pertama di telinga sebelah kiri membuatku
kaget dan langsung menangis, untuk tembakan kedua tak membuatku kaget lagi,
ayahku yang merasakan karena aku didalam pangkuannya. Sebelumnya aku terlihat
maskulin, banyak orang yang melihatku seperti anak cowok, namun dengan telinga
yang telah memakai anting-anting, mempertegas diri bahwa aku seorang perempuan.
Kini juga aku telah mempunyai gigi genap berjumlah enam, empat gigi seri di atas
dan dua gigi seri di bawah, walaupun di sisi lain aku masih tetap rewel di masa
pertumbuhan gigiku.
Di
bulan ini semakin tinggi daya kognitifku untuk mengetahui segala hal bahkan
jika perlu menyentuh hingga memasukan ke dalam mulut, selalu ada ujaran-ujaran
keheranan ketika melihat sesuatu yang belum pernah dilihat, benda bergerak atau
diam, dari mobil atau motor yang melaju hingga hewan seperti kucing atau anjing,
dari pohon yang diam hingga kosmetik ibu yang beraneka warna. Kadang juga aku
sudah terlihat ingin berkomunikasi dengan kucing, aku seperti ingin memarahi seekor
kucing yang datang dari luar rumah. Memang benar daya keinginantahuanku begitu
tinggi dan berusaha untuk mengapai barang apa saja, karena itulah tata letak barang-barang
di kamar kami berubah, barang-barang oleh orangtuaku sengaja dipindahkan
ketempat yang sulit dijangkau atau yang lebih tinggi agar aku tak bisa mencapainya.
Namun demikian masih ada saja usahaku untuk meraihnya, bahkan dengan berjinjit mengapai
barang yang letaknya tinggi atau dengan membuka laci dan membongkar isi lemari.
Jika bulan sebelumnya aku suka mengenggam benda dan tak mau melepaskannya, tapi
kini aku mulai menyukai membuang barang, seperti keinginantahuanku apa yang
terjadi ketika barang itu dibuang atau dibanting.
Karna
aku adalah anak yang aktif, aku tak bisa duduk dan berdiam diri, sebagian besar
dari bangunku adalah bermain. Aku bisa mulai dari membantu ibu menghafal
Al-Quran, merapikan kamar, memotong sayur, membuat kue bahkan hingga mencuci
pakaian. Walau secara jujur bukan membantu, tetapi sesungguhnya adalah bermain,
karena kemampuan, kesenangan dan semangatku yang suka membuat hal-hal menjadi
berantakan, sebagaimana semua apa yang aku mainkan. Aku di bulan ini juga melakukan
imunisasi campak, karena sudah berusia sembilan bulan, tapi kali ini sedikit
berbeda, di atas pangkuan ayahku, aku tak menangis kala jarum suntik melukaiku lengan
kiriku. Memang hampir di setiap saat aku selalu di pangkuan ayahku jika
mengalami hal-hal seperti ini. Kali ini juga saya tidak mengalami demam sama sekali. Sepasang kakiku kini sudah tidak berkeringat
lagi dan cuaca Kota kupang saat sempat membuat biji panasku muncul, seperti
yang pernah aku alami di saat usiaku masih sebulan. Karena air adalah menjadi bagian penting dari experience,
aku sangat menikmatinya jika sedang mandi, apa lagi dengan adanya beberapa
mainan seperti bebek karet turut melengkapi kesenanganku berlama-lama di dalam bathtub
miniku. Begitu selesai mandi aku begitu tampak segarnya.
Kini
aktifitasku sudah mulai berubah, seperti makan dan mandi yang sebelumnya
terlentang kini sudah dengan cara duduk hingga berdiri. Kemampuan berdiriku
sudah baik, aku sudah bisa berdiri tegak selama satu dua detik, namun masih
dalam bantuan dan pengawasan. Aku juga sangat senang memanjat tubuh kedua orang
tuaku, baik saat mereka duduk, makan, solat bahkan hingga orangtuaku berdiri
aku bisa memanjati mereka. Duduk, merangkak, berguling, memanjat, berdiri
hingga melompat-lompat dalam keadaan duduk adalah bagian dari aktivitas
anak-anak di seluruh dunia seusiaku, sehingga ini menjadi bagian dari pengalaman
empiris dari perjalanan pertumbuhanku.
Di saat aku bergembira, aku akan mengangkat
kedua tanganku searah bahu sambil mengeluarkan suara-suara gumaman serupa nyanyian.
Tapi di saat yang lain, aku juga sering kedapatan menepuk kepala dengan telapak
tangan, sepertinya aku sedang pusing atau sakit kepala. Aku juga sudah
mempunyai gaya gestur menyambut uluran tangan kedua orangtuaku jika ingin
mengendongku, dan ketika orangtuaku sengaja membatalkan uluran tangannya, maka
aku segera menangis terisak. Aku memang begitu menyukai kalau digendong dan
konsekuensinya kedua orangtuku encok!. Aku memang telah begitu dekat dengan
kedua orangtuaku, jika ada orang selain kedua orantuaku yang ingin mengendongku,
maka aku niscaya akan menangis dan tak akan menerima rangkulan orang lain. Aku juga
sudah merasa kuatir kalau aku tak melihat kedua orangtuaku, jika mereka tak
terlihat aku langsung menangis.Di
musim ini aku juga sudah mengerti dan memahami apa itu gadget, aku sangat menyukai lagu anak-anak berbahasa inggris dan
indonesia di youtube, jika sementara
aku menonton dan terjadi loading
lambat, maka aku akan segera terisak, sehingga ibuku mentaktisinya dengan
menyimpan lagu anak-anak di youtube
secara offline. Aku juga sudah memahami
cara menggunakan gadget dengan memainkan ujung jari telunjuk, hal yang aku tiru
dari kedua orang tuaku kala mereka memainkan gadget. Selain itu aku juga sering berkomunikasi video call via messenger dengan nenek dan tante, aku bahkan sering kali mencium
mereka di layar ponsel, hingga layar ponsel penuh dengan liurku. Demikian juga
aku akan terlihat kepo saat
orangtuaku sedang asyik memainkan gadget
ponsel, aku juga ingin melihat layar ponsel mereka, entah itu karena menonton video atau membuka facebook. Meniru adalah pengetahuan dasarku yang aku bangun untuk
meningkatkan kognisi hingga psikomotorikku, karena di saat ini, aku juga sudah
mengetahui fungsi sisir, ketika aku mendapatkan sisir maka aku akan segera
merapikan rambutku sendiri walau tak menyisir dengan sempurna.(*)
Kupang, 26 November 2016
©daonlontar.blogspot.com