Mural
dan grafitti sudah bukan barang baru di dinding-dinding kota. Begitupun dengan
Kota Kupang. Pada kali ini, sebanyak lima seniman mancanegara yang tergabung
dalam Arts 4 Israel melakukan aksinya
dalam lawatan untuk pertama kalinya di Kota Kupang – Timor Barat. Mereka berafiliasi
dengan komunitas perupa lokal di Kota Kupang yang juga bersama-sama melukis
dinding tembok bangunan pertokoan di Kota Lama Kupang atau tepatnya di
Kelurahan Lai-Lai Besi Kopan (LLBK) pada 22-23 Februari 2018 lalu. Aksi mereka
cukup menyita warga kota yang sedang beraktifitas di pusat perekonomian tertua
di Pulau Timor ini, ada yang heran dan menampilkan wajah kebingungan kala
melihat aksi mereka, ada juga yang kagum dan juga yang sedang menarik
kesimpulan di dalam kepalanya.
Memang ada tema yang diusung dalam gerakan ini, bukan semata mencorat-coret dan melukis dinding tembok yang kusam. Tapi ada nilai yang ingin diperlihatkan tentang realitas sosial dan budaya dari masyarakat lokal yang universal, seperti toleransi, keberagaman dan kritik sosial. Selain itu ada agenda yang dibawa dalam tour ini yaitu end anti semitism, yang rupanya selaras dengan atmosphere Kupang yang memang mendukung hal tersebut. Apalagi penduduk Kota Kupang yang dalam berbagai kesan menunjukkan legitimasi yang pro Israel dan terlihat begitu sangat kental, berbeda dengan wilayah lainnya yang justru sangat anti Israel. Terlepas dari itu ada nuansa dari sisi kehidupan bersama (koeksistensi) yang ingin dibangun.
Memang ada tema yang diusung dalam gerakan ini, bukan semata mencorat-coret dan melukis dinding tembok yang kusam. Tapi ada nilai yang ingin diperlihatkan tentang realitas sosial dan budaya dari masyarakat lokal yang universal, seperti toleransi, keberagaman dan kritik sosial. Selain itu ada agenda yang dibawa dalam tour ini yaitu end anti semitism, yang rupanya selaras dengan atmosphere Kupang yang memang mendukung hal tersebut. Apalagi penduduk Kota Kupang yang dalam berbagai kesan menunjukkan legitimasi yang pro Israel dan terlihat begitu sangat kental, berbeda dengan wilayah lainnya yang justru sangat anti Israel. Terlepas dari itu ada nuansa dari sisi kehidupan bersama (koeksistensi) yang ingin dibangun.
Ada
mural yang menarik dari karya seorang seniman Prancis bernama Zaboo, ia mengambarkan
sebuah lukisan tentang keindahan pantai Kupang yang intip. Sebagai semua kritik
terhadap pembangunan kota yang konon sejak zaman Belanda membelakangi laut.
Menurutnya seharusnya pantai bisa dilihat semua orang tanpa terhalang oleh bangunan
toko-toko tersebut. Sebagaimana tanggapannya yang dikutip media, “Saya membuat lukisan sesuai dengan
lingkungan menggambarnya, baik itu tema mengenai cinta, alam, manusia, maupun
keadaan disekitar. Namun saat ini lukisan yang ingin dituangkan ialah gambaran
tentang orang yang ingin melihat keindahan pantai, yang terhalang oleh tembok
yang menjulang melalui lukisan mural yang nanti saya buat.” Lukisan yang dibuat dalam tempo enam jam ini
menjadi sebuah lokasi baru tempat berfoto bagi warga masyarakat Kota Kupang. Aksinya dapat dilihat pada video
berikut ini:
Zaboo
yang bisa difollow melalui akun
twitternya @zabouartist, mewakili ekspresi
warga kota yang merasa ruang publiknya diokupasi oleh kepentingan bisnis. Melalui
urban art ia menggambar dinding toko
emas Nusa Jaya di disekitar Jalan Siliwangi dekat dengan pasar senggol. Sisi cerdas
Zaboo adalah mengambar dengan konteks lokal figur seorang perempuan Timor
memakai selendang tenun sambil membuka tirai, sebagai wujud kepeduliannya
terhadap bangunan-bangunan yang membelakanagi pantai, yang sejak dulu sudah
dikenal sebagai “housing on the rock”. Karya ini akan terus membekas, yang mungkin hingga
suatu saat lukisan mural ini hilang atau dihapus. (*)
Kupang, 02
Juni 2018
@daonlontar.blogspot.com