Cokelat telah menjadi
ikon Sulawesi Selatan, mengingat hasil pertanian ini menyumbang pendapatan yang
besar buat Sul-Sel, bahkan potensial dalam menyumbang devisa negara, dikarenakan 60-70% ekspor kakao nasional berasal dari Sulsel. Sebagai bagian dari
upaya meningkatkan nilai tambah kakao bagi masyarakat, saat ini telah
dikembangkan industri kakao hilir yaitu membuat produk jadi dari bahan kakao
yang semula hanya berbentuk biji dan cocoa
butter menjadi produk coklat kemasan.
Bagian dari usaha pemerintah provinsi
meningkatkan nilai tambah kakao Sulsel adalah dengan diresmikannya pusat coklat
Baruga Cokelat Makassar pada Bulan
Oktober 2012 lalu, yang merupakan hasil kerjasama dengan PT.
Ceres sebagai pabrik cokelat pemegang brand Silverqueen, Delfi, dan Ceres.
Baruga Coklat ini berlokasi di Monumen Mandala, Jalan Jenderal Sudirman, Makassar. Selain
menjadi landmark baru bagi Sul-Sel
sebagai penghasil kakao terbesar di Indonesia, tempat ini juga bisa menjadi
tempat mejeng sambil menikmati hot chocolate bagi para penggemar cokelat atau bagi yang berminat tentang cokelat
bisa berkunjung ke Baruga Cokelat ini. Kabarnya
Baruga Coklat sebagai pusat penjualan cokelat ini mirip dengan Cocoa Boutique atau Butik Kakao yang ada di
Kota Kuala Lumpur, Malaysia yang menjual khusus produksi coklat dalam negeri
Malaysia.
Kini Baruga
Cokelat
menjadi destinasi baru bagi para wisatawan baik dalam maupun luar negeri, dan
juga menjadi tempat belajar yang menarik bagi para siswa, karena di Baruga
Coklat ini menyediakan ornamen papan informasi seputar hal yang berkaitan
dengan cokelat mulai dari sejarah penemuan cokelat
pertama kali, kapan cokelat didatangkan ke Indonesia,
hingga produksi kakao di Sul-Sel. Singkatnya
baruga cokelat atau
juga biasa disebut dengan rumah cokelat ini didirikan untuk
memberikan edukasi bagi masyarakat, selain itu
juga disediakan
berbagai produk hasil olahan dari kakao dan juga oleh-oleh cokelat
khas Makassar.
Terlihat dua model produk lokal yang dipajang
yaitu coklat dengan label Makassar dan Toraja South Sulawesi. Uniknya produk cokelat
ini dikemas
dengan sentuhan budaya lokal seperti untuk Coklat
Makassar, bentuk kotak kemasan dengan list yang menyerupai sarung Bugis dengan logo perahu phinisi khas
Makassar disertai dengan narasi singkatnya, selain itu
dibagian belakangnya juga terdapat narasi tentang perkembangan Kota Makassar masa lalu hingga saat ini, kedua narasi tersebut dalam Bahasa Inggris. Demikian juga dengan Cokelat
Toraja South Sulawesi dengan ciri
bangunan rumah adat tongkonannya. Kemasan produk juga menyajikan
aspek lain pariwisata
di Sulawesi Selatan. Sayangnya produk-produk ini sepertinya tidak dibuat di
Makassar, namun diproduksi di Bandung oleh PT. Ceres Indonesia. Kemudian saya
juga mencari cokelat Makassar yang diproduksi asli dari
Kota Makassar, seperti yang terdapat di kawasan sentral oleh-oleh
Jalan Somba Opu Makassar. Dua merek yang saya temukan yaitu produk Coklat Daeng Coklat Tiramisu produksi mc
mycoklat2u.com Makassar dan Coklat Loosari
produksi Alam Hijau Sejahtera Makassar.
Oleh-oleh Cokelat Makassar yang dipajang di salah satu toko di Somba Opu |
Dari catatan ini, setidaknya memberikan peluang bagi setiap
daerah untuk membuat semacam center of best
commodity atau pusat produk unggulan yang bisa
berdampak pada usaha-usaha pengembangan, peningkatan mutu, ajang promosi dan
sekaligus sebagai destinasi wisata baru bagi daerahnya. (*)
Catatan dari
Makassar!
Kupang, 29 Januari 2013
©daonlontar.blogspot.com
©daonlontar.blogspot.com