Bahasa sebagai kapasitas yang dimiliki manusia
merupakan sistem komunikasi yang kompleks. Sederhananya bahasalah yang membuat
manusia saling mamahami dan bisa bekerja sama. Bahasa mengantarkan seseorang
untuk berdiri di posisi sosial untuk saling mengekspresikan diri dan
memanipulasi objek dalam lingkungan. Bahasa begitu beragam dan
begitu produktif dari ribuan kosa kata bisa menjadi jutaan kalimat yang tidak
terbatas. Selain itu bahasa bersifat dinamis sehingga berbagai kemungkinan
perubahan dapat saja terjadi setiap saat dan apa saja dalam struktur bahasa.
Setelah menjadi sebuah negara baru, Timor Leste
melalui regulasi yang dikeluarkan oleh National Institute of
Linguistics Timor
Leste, tumbuh menjadi sebuah bahasa resmi baru di dunia. Sebagaimana diketahui
masyarakat Timor Leste terdiri dari 300 suku bangsa dan memiliki 16 macam
bahasa yang berbeda. Bahasa Tetun menjadi bahasa lokal yang paling banyak
digunakan hingga saat ini, yang keberadaannya telah ditetapkan dalam
konstitusi Republik Demokratik Timor Leste yang tertera pada artikel 13 alinea
1 dan 2 konstitusi República Democrática de Timor-Leste, bahwa Bahasa Tetun dan Bahasa Portugis adalah bahasa ofisial (bahasa resmi) Republik Demokratik
Timor Leste. Bahasa Tetun berstatus sebagai bahasa ko-resmi (dengan
bahasa Portugis) dan bahasa nasional (bersama-sama dengan bahasa-bahasa
nasional lainnya).
Walau
ditetapkan belakangan, Bahasa Tetun (Tetum) telah ada sejak lama sebagai bahasa
pemersatu dari berbagai penutur bahasa suku dari wilayah yang kini menjadi
bagian dari Negara Timor Leste. Bahasa yang berasal dari anak rumpun bahasa
Austronesia ini digunakan oleh penutur yang ada di dua negara yaitu
Timor-Indonesia dan Republik Demokratik Timor Leste. Perbedaannya adalah bahwa Bahasa
Tetun digunakan di wilayah Timor-Indonesia yang hanya sedikit dipengaruhi oleh
Bahasa Portugis tetapi justru lebih banyak menyerap kata dari Bahasa Indonesia
dan Belanda. Bahasa inilah yang dianggap sebagai bentuk asli Bahasa Tetun, atau
yang sering disebut Tetun Belu atau Tetun Terik. Bahasa ini juga sebagai
bahasa pasar atau yang sehari-hari dituturkan oleh penduduk yang berada di
wilayah perbatasan antara Indonesia dan Timor Leste yaitu Kabupaten Belu, Nusa
Tenggara Timur. Sedangkan Bahasa Tetun yang berkembang di Timor Leste telah
mengalami proses percampuran dengan Bahasa Portugis, sehingga banyak sekali
ditemukan kata pinjaman dalam bahasa tersebut. Bahasa ini dinamai dengan Tetun Prasa atau Tetun Dili, karena
bermula dari Kota Dili dan kemudian bahasa ini berkembang dan di standardisasi
menjadi bahasa resmi. Kini dalam interaksi keseharian masyarakat Timor Leste
biasa mengunakan hingga empat bahasa dalam berkomunikasi satu sama lain yaitu
Bahasa Tetun, Portugis, Inggris dan Bahasa Indonesia.
Bahasa dalam kerangka pragmatis dan interaktif tentu
membutuhkan yang namanya panduan
untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Hal inilah sehingga
sebuah kamus menjadi penting. Membuat kamus bukanlah hal yang sederhana dan
juga bukan usaha yang sepele, merangkum kata dengan kata hingga menjadi kalimat
contoh membutuhkan ketelitian, pengalaman dan kepakaran. Tetapi yang
terlewatkan dari semua itu adalah usaha untuk melestarikan bahasa. Bukan tidak
mungkin suatu saat bahasa-bahasa di dunia akan mulai punah, hal ini terjadi
bila para penutur aktifnya mulai meninggal atau juga terjadi pergeseran
penggunaan bahasa ke bahasa lain yang lebih populer. Resiko inilah yang bisa
membayangi eksistensi bahasa, jika di suatu saat tidak ada lagi yang
menggunakan sebagai penuturan. Memang tidak dipungkiri banyak bahasa yang telah
punah di dunia ini, sayangnya proses kepunahan bahasa memiliki laju kehilangan
yang semakin cepat karena proses-proses yang diakibatkan oleh globalisasi, idiologis
dan neokolonialisme, yang mana bahasa yang besar bisa mendominasi bahasa kecil
karena adanya kekuatan di balik pasar yang menglobal. Bahasa Tetun sebagai
salah satu bahasa dari sekitar 7.000 bahasa di dunia, tidak menutup kemungkinan
menjadi bahasa yang kehilangan penuturnya di abad-abad mendatang, bahasa mayor
yang datang bisa saja menghilangkan penggunaanya di populasi masyarakat Timor.
Hal inilah yang mendasari Bahasa Tetun ditetapkan dalam konstitusi negara, yang
dimaksudkan untuk melindungi penggunaannya, selain itu tentu dengan cara
modokumentasikan setiap kata dalam kamus.
http://id.wikipedia.org
Kehadiran
kamus ini menjadi semacam usaha merevitalisasi bahasa dengan meningkatkan
edukasi bagi para pengguna bahasa lain yang juga dapat meningkatkan pengetahuan
literasi bagi para penggunannya. Kamus yang pertama kali diterbitkan oleh
Gramedia Pustaka Utama ini disunting oleh Yohanes Manhitu, seorang pemuda Timor
yang punya interest besar terhadap
pengetahuan bahasa dan sastra. Masa kecil hingga remajanya dihabiskan di Enklave
Ambeno (Oecusse), Timor Leste sehingga memiliki ikatan emosianal terhadap Bahasa
Tetun sejak dini. Kisah berlanjut ketika penyunting menjadi penerjemah lisan
dan tulis pada Komisi Tinggi PBB untuk urusan pengungsi UNHCR terkait dengan
penanganan pasca konflik di Timor, yang mana kesulitan utama ditemui adalah
ketiadaan kamus Bahasa Tetun yang bisa membantu pekerjaannya. Berangkat dari
cerita tersebut akhirnya memotivasi penyunting untuk menghadirkan kamus ini. Adalah sebuah prestasi ketika anak negeri
sendiri yang bisa menghasilkan sebuah kamus bahasa nasional yang setidaknya
telah menjadi kebutuhan terhadap peningkatan hubungan internasional antara dua
negara dalam kepentingan ekonomi hingga sosio kulktural. (*)
Kupang, 16
Juli 2014
©daonlontar.blogspot.com
©daonlontar.blogspot.com