photo:
theanimals.pics
Tidak
seperti biasanya pagi hari ini ketika berangkat kerja, saya seolah sedang diperlihatkan
sebuah pelajaran menarik dari seekor anjing. Dengan mengendarai kendaraan roda
dua, suatu kebetulan saya mengikuti sepasang ibu dan bapak yang sedang
mengendarai motor skuter sambil diikuti seekor anjing jantan berbulu putih,
yang terus dan terus berlari mengejar mereka. Tampak bahwa mereka adalah tuan
dari anjing tersebut. Semula saya mengira tak seberapa jauh anjing tersebut
mengejar, tetapi ternyata di luar dugaan anjing itu terus mengejar tanpa
berhenti, kadang ia tertinggal jauh kadang ia mendahului kendaraan tuannya
dengan nafas terengah-engah.
Sang
ibu yang dibonceng, hanya tertawa kecil melihat anjingnya dan seolah melambaikan
tangan perpisahan, tetapi anjingnya terus dan terus mengejar. Sang tuan
perempuan itu juga masih memberikan kata-kata kepada anjing yang tak mau
berhenti mengejar itu, bahwa “jika terus memaksa
berlari mengejar kami, kamu keletihan dan akan membuatmu capai”, mungkin
kira-kira begitu omelan sang tuan buat anjing yang ‘keras kepala’ ini. Dilihat
dari sikap biasa tuannya, saya menduga bahwa anjing ini sudah berulang-ulang
kali melakukan hal yang sama. Sehingga tuannya tanpa merasa kuatir bahwa
anjingnya akan kesasar dan setelah tidak mampu mengejar lagi anjing tersebut
akan berbalik dan pulang ke rumah lagi.
Dalam
aksi mengantar kepergian tuannya, anjing itu kadang berlari tanpa memperhatikan
sekitarnya. Ketika terlampau senang mengejar dari sisi kiri, anjing itu hampir
saja ditabrak sebuah motor dari seorang pengendara yang datang dari arah
berlawanan dari sisi kanan. Beruntung pengendara yang tampaknya sudah tua itu
masih cekatan meredam kecepatan motornya. Kejadian itu luput dari perhatian
tuannya. Hal yang juga luput dari pantauan tuannya adalah ketika seekor anjing
betina yang juga berbulu putih, sempat memberhentikan anjing jantan tersebut.
Namun pesona anjing betina itu tak dapat mengalihkan fokus anjing jantan untuk
terus mengejar tuannya yang sudah mulai berlalu agak jauh.
Saya
memang sengaja memperlambat kendaraan untuk melihat peristiwa relationship antara seekor anjing dan
tuannya. Hingga kemudian sekitar dua kilometer jauhnya ketika menemukan jalan
yang lebih besar, akhirnya saya dengan anjing beserta tuannya pengendara skuter
itu harus berpisah. Tapi saya masih terus melihat betapa kuatnya anjing
tersebut yang masih terus mengejar tuannya. Pikir saya anjing itu akan berhenti
ketika jantung dan nafasnya tak bisa lagi berakselarasi untuk menghasil
kekuatan untuk mengejar tuannya lagi. Ia pasti akan berhenti dan kemudian dengan
sisa tenaganya mencari jejak jalan pulang kembali ke rumah. Memang pada
beberapa kasus, anjing jika akan berjalan jauh meninggalkan rumahnya, akan
selalu meninggalkan sedikit demi sedikit jejak kencing pada beberapa jarak untuk
memudahkan mencari jalan pulang dengan menjadikan bau air seninya sebagai jejak.
Bukan
hal pertama ketika melihat anjing-anjing selalu mengejar tuannya yang sedang
mengendarai kendaraan. Hal itu terlihat berbahaya jika terjadi di jalan dengan
lalu lintas yang ramai. Tidak jarang juga saya melihat anjing yang ikut serta dalam
kendaraan bersama tuannya baik kendaraan roda dua dan roda empat. Ini menunjukan
anjing sebagai hewan yang patuh dan cerdas, tidak seperti peliharaan jenis
mamalia lainnya yang kadang susah diatur seperti kucing.
Kejadian
ini membuat saya mengambil pelajaran bahwa kesetiaan itu tak selamanya bisa
berlangsung lama, bisa saja sebuah kecelakaan terjadi seperti yang hampir dialami
anjing itu. Begitu semangatnya berlari hingga hampir ditabrak kendaraan pengemudi
lain. Selain itu sesuatu yang lain bisa mengalihkan kesetiaan, tetapi itu masih
tergantung dari nilai kesetiaan itu sendiri. Ini dilihat ketika seekor anjing
betina sempat menghentikan laju anjing jantan tersebut, tetapi karena nilai
kesetiaanlah yang membuat anjing tersebut tak berhenti lama dan kemudian
melanjutkan pengejarannya. Akhirnya kesetiaan itu tidak hanya dimiliki oleh
manusia, alam dan hewanpun memilikinya dengan caranya masing-masing.
Anjing Hachiko - Photo: http://www.erdekesvilag.hu
Catatan
ini mengingatkan beberapa kisah dunia tentang anjing yang setia diantaranya
adalah seekor anjing jantan bernama Hachiko (1923-1935), yang dikenang dunia
karena kesetiaan terhadap majikannya. Dimulai dari kebiasaannya yang terus
mengantar dan menjemput tuannya ke dan dari Stasiun Shibuya, Tokyo-Jepang. Setelah
kematian mendadak tuannya anjing Hachiko masih belum mengerti dan terus
menunggu tuannya yang tak kunjung pulang di stasiun. Untuk memperingati kisah
ini dibangun Patung Hachiko di depan Stasiun
Shibuya dan kini telah menjadi landmark
Shibuya. Tempat ini sering dijadikan sebagai tempat janjian untuk bertemu di
Shibuya, kesetiaan mungkin bisa dilihat dari orang-orang yang menepati janji untuk
bertemu di depan patung Hachiko
ini.
Selain
itu ada juga kisah tentang seekor anjing setia yang turut menemani tujuh orang
pemuda yang ditidurkan Allah selama 300 tahun, yang kejadiannya sekitar tahun
215 M. Ketujuh orang itu adalah pemuda-pemuda yang bersembunyi di gua untuk menjaga
keimanan mereka dari raja yang kafir. Sedangkan anjing mereka duduk mengunjurkan
kedua lengannya di muka pintu gua. Semula mereka beristirahat sejenak karena kelelahan,
namun nyatanya mereka telah tertidur selama 300 tahun, mirisnya anjing itu telah
mati sebelum ketujuh pemuda itu bangun dari tidurnya. Cerita ini dikenal dengan kisah Ashabul
Kahfi. Manusia bisa belajar tentang kesetiaan dari seekor anjing. (*)
Kupang, 18 Juli 2014
©daonlontar.blogspot.com
©daonlontar.blogspot.com