Sebuah novel karya Mezra E.
Pellondou, seorang pendidik di Kota Kupang yang
telah dikenal sebagai sastrawati lokal yang sering mendapatkan
penghargaan nasional di bidang sastra. Kehadiran novel Perempuan
dari Lembah Mutis (2012), melengkapi beberapa novel yang telah ditulis
sebelumnya
seperti Surga Retak (2006), Loge
(2007) dan Nama Saya Tawwe Kabotta
(2008). Novel Perempuan dari Lembah Mutis
ini, sama
halnya dengan beberapa novel populer lainnya, bercerita
tentang anak kampung yang ketika masa kecilnya
mengalami getirnya hidup, namun tetap memiliki semangat dan harapan. Asa itu kemudian dituangkan dalam bentuk imajinasi yang terinsipirasi dari kehidupan. Imajinasi itu dapat
ditemukan di mana saja, baik dari pesan orang tua, petuah
guru, nyanyian alam, kumpulan hewan bahkan hingga sesuatu yang dianggap sepele. Dari imajinasi yang
mengawang itulah timbul hasrat untuk mencapainya, yang dinamakan motivasi
hingga seseorang dapat mencapai mimpinya.
Novel yang mengisahkan kehidupan antara dua sahabat,
Cendana dan Yohana yang menghabiskan masa kecil mereka di lembah Mutis, sambil
bercengkrama dan menemani sapi-sapi mereka minum. Kehidupan beranjak hingga
mereka menjejaki masa dewasa yang penuh dengan problematika dan romantika hidup
antara impian, keluarga, persahabatan dan cinta. Penulis mengangkat isu ekologi
sebagai tema sentral dalam novel dengan latar kondisi geografis di Pulau Timor. Dari keberadaan Gunung Mutis, lembah,
sungai dan masyarakatnya di wilayah yang seolah terabaikan dalam konstelasi
nasional.
Di Pulau Timor mengalir dua sungai terbesar yang berhulu di kawasan Gunung Mutis yaitu Sungai Benenain di Kabupaten TTU dengan panjang 135 kilometer dan Sungai Noelmina di Kabupaten TTS dengan panjang 97 kilometer. Kedua sungai ini menjadi sumber air utama penghidupan masyarakat di Pulau ini. Sehingga kawasan Mutis merupakan jantung sistem kehidupan ekosistem Pulau Timor. Hal yang menarik dengan menampilkan kondisi lokal adalah dapat menguak lapis-lapis makna perjuangan dari keterbatasan yang ada. Sebuah lapisan makna dalam relevansinya dengan hubungan antara kearifan lokal di satu sisi dan ekspansi global di sisi yang lain.
Di Pulau Timor mengalir dua sungai terbesar yang berhulu di kawasan Gunung Mutis yaitu Sungai Benenain di Kabupaten TTU dengan panjang 135 kilometer dan Sungai Noelmina di Kabupaten TTS dengan panjang 97 kilometer. Kedua sungai ini menjadi sumber air utama penghidupan masyarakat di Pulau ini. Sehingga kawasan Mutis merupakan jantung sistem kehidupan ekosistem Pulau Timor. Hal yang menarik dengan menampilkan kondisi lokal adalah dapat menguak lapis-lapis makna perjuangan dari keterbatasan yang ada. Sebuah lapisan makna dalam relevansinya dengan hubungan antara kearifan lokal di satu sisi dan ekspansi global di sisi yang lain.
Dalam novel ini juga menguraikan pentingnya Corporate
Social Responsibility (CSR), yang menempatkan sisi humanis dari korporasi. Tentang
tanggung jawab sosial perusahaan-perusahaan terhadap kehidupan masyarakat di
pedalaman Timor yang masih tertinggal. Namun hal ini perlu juga untuk diangkat
dalam tataran yang lebih realistis. Dimaksudkan bahwa perusahaan tidak hanya
sekedar berinvestasi dan mengeruk keuntungan semata, namun ada semangat filantropis
untuk saling berbagi terhadap lingkungan dan komunitas. Mengingat sudah banyak
perusahaan-perusahaan nasional yang telah membangun investasi besar di Pulau
Timor. Gerakan ini dapat membuka ruang pemberdayaan masyarakat, sehingga menipiskan
jarak antara capital dan humanity agar dapat bersanding dengan
baik. Sebut saja dengan adanya CSR dapat membantu masyarakat pedalaman Timor
yang masih tertinggal dalam hal pendidikan, kesehatan dan infrastruktur.
Kurangnya dalam novel ini adalah tidak terdapatnya catatan
kaki penjelas terhadap beberapa bahasa dan istilah lokal. Sehingga pembaca dari
kultur budaya berbeda kurang memahami dan seolah terputus makna yang ingin
tersampaikan. Namun terlepas dari itu novel ini telah menyajikan sisi lebih
dekat dengan lingkungan lokal yang ada. Tak perlu jauh membaca dan mengagumi
keindahan wilayah lain dalam novel populer seperti Laskar Pelangi dan Negeri Lima
Menara yang secara eksplisit
menampilkan keindahan Andalas. Namun kita juga bisa menemukan di ranah Timor,
di dalam novel ini. (*)
Kupang, 02 Juli 2012
©daonlontar.blogspot.com