Momen menulis adalah waktu terbaik
ketika kita mampu mengeluarkan apa yang ada dalam pikiran dan menuangkan ke dalam
tulisan. Apa yang keluar dari pikiran juga sangat tergantung dengan suasana
hati di mana kita menulis. Kesempatan kali ini saya manfaatkan menulis di
sebuah taman hotel saat hari baru menjelang, dengan matahari pagi yang hangat
dan cerah. Taman hotel ini di disain sederhana dengan pepohonan seperti cemara,
palem, puring, asoka dan kamboja, beserta beberapa patung hewan seperti kerbau,
kuda, rusa, anjing, burung camar hingga ular piton. Ada juga patung-patung
taman etnik khas daerah, dan tak lupa taman ini juga dilengkapi dengan kolam
ikan. Suasana yang ada seakan membuat segar apa yang ada di pikiran dan tubuh.
Di taman inilah mengawali hari
dengan sebuah semangat pagi yang begitu indah sambil menghirup udara segar
aroma rerumputan yang basah karena embun dan air kolam dingin dengan ikan-ikan
yang masih dalam ketenangan. Udara yang ada menyatu merasuk hingga sum-sum tulang
dan menembus otak, hingga bisa memandu jemari untuk menulis kata-kata ini.
Terdengar juga suara kicau burung dan ayam, yang memang tak bosan-bosannya
bersuara lantang di pagi begini.
Sepertinya mereka juga menemukan
waktu terbaik untuk menunjukkan eksistensinya diantara mahluk sejenis, bahkan sesekali terdengar ringkih
kuda dari kejauhan. Walaupun
kadang suara natural hewan itu dikacaukan dengan suara mesin kendaraan yang
lalu lalang tak jauh dari sini.
Pagi ini juga tampak beberapa
kupu-kupu melintas, dan yang menjadi perhatian ditaman ini adalah sekumpulan
ayam kotek atau ayam kerdil dengan ciri tubuh kecil mungil dan memiliki kaki
yang pendek. Pergerakan mereka seolah memberi lahirnya beberapa ide-ide dalam
menulis. Di kesempatan inilah, apa yang menjadi inspirasi untuk menulis begitu
mudah untuk didapatkan. Kadang di waktu sedang menulis, saya masih lebih banyak
melihat-lihat sekeliling dan menikmatinya. Melemparkan pandangan terdekat di
kolam dengan melihat pergerakan ikan, lalu ke ayam-ayam yang sedang mengais diatas
rerumputan, burung-burung dalam sangkar dan juga di pucuk-pucuk dahan dan kemudian
juga bisa melemparkan pandangan jauh dibelakang taman yaitu hamparan luas
padang sabana Sumba.
Taman tidak lengkap
jika tidak dilengkapi dengan saung,
yang adalah bangunan atau rumah kecil. Dahulunya saung di sebut sebagai gubuk
kecil yang terletak di luar rumah seperti di persawahan, ladang dan kebun. Saung
kini lebih dikenal sebagai tempat berteduh atau beristirahat di tengah taman,
peristilahan modern menyebutnya dengan gazebo. Sehingga kebanyakan hotel telah
memberikan fasilitas ini kepada tamu baik itu di taman hingga kolam renang.
Bahkan rumah makan atau restoran sudah memakai konsep saung ini. Saung yang
menciptakan suasana tradisional dengan kesan perdesaan yang natural. Saya juga masih terhibur dengan hembusan angin dingin
yang membunyikan hiasan gantung di saung, terbuat dari bambu yang bunyinya
seperti alunan angklung.
Kecuali ornamen taman
berupa patung-patung hewan yang dibuat senatural mungkin, beserta patung-patung etnik Sumba. Semua yang ada benar-benar alami
seperti saung yang terbuat dari kayu dan alang-alang, pohon, suara hewan, udara
yang sejuk dan lain-lain. Berbeda jika konsep saung taman ini diaplikasikan ke
dalam ruangan indoor, seperti
terlihat di bangunan pusat atau tengah kota yang modern, karena keterbatasan
lahan. Hampir dipastikan gambar pemandangan hanya sekedar lukisan-lukisan,
udara sejuknya tidak asli karena datang dari air conditioning, ikan-ikan di kolam digital
atau mainan, bunga atau pohon imitasi, suara yang ada hanya suara rekaman kicau
burung atau hanya musik dan lain sebagainya. Intinya hampir semua meniru alam
sehingga yang tampak sesungguhnya adalah plastic
material visual, dan tentu juga akan menghadirkan ide-ide yang plastik.
Hal
inilah sekiranya bahwa sebuah rumah idaman adalah memiliki taman yang sejuk dan
indah, memiliki sebuah saung tempat berkontemplasi, yang bisa membuat relaksasi
pada tubuh, jiwa dan pikiran. (*)
Menghabiskan waktu minggu
pagi dengan ngeblog di taman!
Lokasi: Taman Hotel Sinar
Tambolaka Pukul: 06.30 – 08.30 am
Tambolaka,
14 September 2014
©daonlontar.blogspot.com
©daonlontar.blogspot.com