Konro kuda (abufarhat) |
Suatu kesempatan bisa bertandang bersama tim ke Kabupaten Jeneponto Sulawesi Selatan. Sebuah kabupaten
di Sulsel yang sepintas iklimnya menyerupai kondisi umum di Provinsi Nusa
Tenggara Timur, yaitu gersang dan terlihat kurang sekali vegetasi yang tumbuh
di daerah ini dan yang kebanyakan terlihat
adalah Pohon Lontar.
Namun ada hal yang menarik dan sepertinya telah menjadi kebiasaan pemerintah
daerah setempat untuk menjamu para tamu dari daerah lain,
adalah dengan membawa rombongan kami untuk mencicipi kuliner khas di
Jeneponto yaitu Konro dan Coto Kuda!. Kontan hal ini disambut oleh rombongan
kami yang sebagian besar dari NTT dan memang belum
pernah sama sekali menikmati hidangan spesial daging kuda.
Coto dan sop konro memang telah menjadi masakan khas di Makassar dengan bahan
utama yang biasa digunakan adalah daging sapi atau daging kerbau. Coto Makassar
menggunakan daging dengan jeroan, usus, otak, jantung dan hati, dengan kekuatan
rasa berasal dari kaldu rempah yang digunakan seperti serai, lengkuas, ketumbar, jinten, bawang merah, bawang
putih, garam, daun salam, jeruk nipis, dan halusan kacang
tanah goreng.
Coto Makassar hanya tepat jika dimakan dengan ketupat.
Sedangkan sop konro berbahan tulang rusuk dengan rempah yang digunakan seperti kayu
manis, cengkeh, daun salam, lengkuas, asam jawa, ketumbar, serai, jinten, keluwak, bawang merah,
bawang putih, dan perasan jeruk nipis.
Sehingga menyajikan
aroma khas yang keluar dari rempah membuat nikmat dan gurih. Tidak
demikian dengan coto yang memakai ketupat, konro hanya enak dinikmati jika
disajikan bersama nasi putih. Bagaimana jika bahan dasar kedua masakan berselera
nusantara ini berasal dari daging kuda. Nah di Jenepontolah tempat yang tepat
menikmati coto dan sop konro kuda. Kabupaten Jeneponto berada di bagian tenggara Kota Makassar yang berjarak ± 91 kilometer.
Coto Kuda |
Daging kuda bagi masyarakat Jeneponto dipercaya dapat meningkatkan stamina dan vitalitas, khususnya bagi laki-laki dewasa. Tak heran bagian yang paling dicari adalah alat kelamin kuda jantan. Selain itu daging kuda, juga dipercaya mengandung zat anti tetanus dan berkhasiat mencegah penyakit gula. Konon hidangan coto kuda hanya disiapkan khusus untuk para bangsawan dan tamu istana Kerajaan Jeneponto di masa lalu. Namun kini telah menjadi kuliner yang memasyarakat dan juga bisa dinikmati oleh setiap tamu yang berkunjung ke Jeneponto.
daftar menu dgn latar kuda hitam jingkrak |
Ada hal yang menarik lagi dari
cerita di atas, bahwa konsumsi daging kuda yang cukup tinggi di daerah ini
mengakibatkan tingginya permintaan kuda hidup di Jeneponto. Walaupun Jeneponto
memiliki banyak padang sabana untuk pengembangbiakan kuda, namun kebutuhan kuda
masih banyak didatangkan dari daerah lain. Informasi yang diperoleh bahwa
kebutuhan kuda untuk bahan kulinar khas di daerah ini juga didatangkan dari
Timor dan Flores. Bukan hanya kuda, kabarnya garam mentah yang diproduksi di
pesisir Flores juga didatangkan ke Jeneponto yang merupakan sentra pengelolaan
garam, untuk kemudian diolah kembali lalu di supply lagi untuk memenuhi kebutuhan garam di wilayah Indonesia
Timur. Jadi kesimpulannya adalah rombongan dari NTT datang menikmati kuliner
khas coto dan konro kuda di Jeneponto yang bahan dasarnya berupa daging dan
garam, ternyata berasal dari NTT, hah!. Kabarnya lagi, akibat perdagangan kuda
yang berkembang dengan Jeneponto berdampak pada meningkatnya harga kuda di
Flores yang secara kultural mengakibatkan naiknya belis (mas kawin) di Flores!.
rombongan NTT di Jeneponto SulSel |
Kegemaran masyarakat Jeneponto terhadap kuda memunculkan streotipe
bahwa masyarakat di daerah ini cenderung keras dan tempramen, namun
sebenarnya tidak hanya karena faktor konsumsi daging, tetapi juga kondisi alamnya yang cukup ekstrim membuat masyarakatnya
untuk lebih survive. Setelah
menikmati coto dan konro kuda rombongan kami kembali ke bus, namun tiba-tiba
terdengar seorang teman yang mulai meringkik, menandakan bahwa dirinya telah
merasakan efek vitalitas dari daging kuda, entahlah! (*)
Jeneponto, 10 Desember 2012
©daonlontar.blogspot.com