Pada pelaksanaan event kegiatan Sunda Kecil Expo 2016, yang
berlangsung 07-10 September 2016 di Kupang. Sebagai implementasi dari semangat “historika
Sunda Kecil” yang melahirkan kerjasama antara 3 (tiga) Provinsi yaitu, Bali,
NTB dan NTT, sebagai wujud sarana promosi dalam mendukung sinergitas antara
pemerintah dan swasta/investor/pelaku usaha untuk mendukung percepatan proses
pengembangan investasi di daerah. Kegiatan ini dalam menunjang segi tiga
pertumbuhan ekonomi antara Indonesia (NTT), Timor Leste (Dili) dan Australia
(Darwin) dengan melakukan serangkaian kegiatan berupa pameran pembangunan, pariwisata,
potensi investasi, industri dan perdagangan, UKM dan industri kreatif serta
pergelaran seminar, kesenian, kebudayaan dan hiburan lainnya.
Terdapat stand pameran dari negara tetangga Timor Leste. Sebagai
negara muda yang memiliki kedekatan sejarah sosial politik dengan Indonesia,
Timor Leste telah beberapa kali aktif dalam promosi ekonomi di Indonesia
terutama di Kupang – NTT. Pertanyaan apakah Pemerintah NTT melakukan hal yang
sama juga di Timor Leste (Dili) dan Australia (Darwin). Karena gaungnya belum
kedengaran hingga saat ini, di saat Negara Timor Leste kini aktif mencari
peluang untuk mempromosikan pariwisata dan peluang usaha investasi di negeri
jiran. Di stand Timor Leste tersedia beberapa aksesoris budaya, hasil bumi unggulan
berupa kopi, replika rumah adat, kerajinan boneka, tembikar, kelewang dan
lain-lain.
Namun menjadi catatan bagi Pemerintah Timor Leste dalam
melakukan promosi wisata dan peluang usaha adalah memperhatikan bahasa, bahwa
dalam brosur-brosur yang ada di stand pameran, hanya berbahasa Tetun, Portugis
dan Inggris. Padahal dengan target promosi kepada warga negara Indonesia
sepatutnya menggunakan bahasa Indonesia, terlepas dari tidak menggunakan bahasa
indonesia dengan alasan idiologis-politik masa lalu. Hal yang mendukung adalah juru penerang stand bisa berbahasa Indonesia dengan baik. Hal yang sama juga perlu diperhatikan oleh pemerintahan Indonesia
(NTT), Timor Leste (Dili) dan Australia (Darwin), bahwa bahasa juga menjadi
perhatian dalam melakukan promosi daerah.
Bahwa dikemudian hari, harapannya adalah terjalinnya
kerjasama yang nyata melalui terbukanya aksesibilitas antara ketiga negara sehingga mempermudah transfer
informasi dan pengalaman antara pemerintah (G
to G), antar pemerintah dengan pelaku bisnis/investor, pengusaha (G to B), dan antar para pelaku
usaha/investor (B to B), serta antar
masyarakat (P to P). (*)
Kupang, 09 September 2016
©daonlontar.blogspot.com