Adalah menarik ketika membaca buku
“Reporter and The City” karya Noni Wibisono yang adalah catatan pengalaman
sebagai reporter dan news presenter Trans
Tv. Buku yang saya temukan ditumpukan buku-buku murah ini cukup mengoda, hampir
tidak pernah saya membaca buku dengan penyajian yang bahasa yang sangat pop dan
antroposentris narsis atau entah sebutan apa yang pantas. Belakangan baru saya
ketahui jenis buku seperti ini memang banyak dan punya pasar tersendiri atau yang disebut buku gokil abis. Memoar
yang seolah diambil langsung dari pikiran, tanpa dituangkan dalam diary dan
langsung menjadi buku, orisinil and jujur. Memang buku ini murah tetapi bukan
murahan dalam hal isi dan makna yang bisa perbagikan. Saya mungkin berharap
bisa membaca “Reporter and The City II” atau dengan judul berbeda dengan
penulis yang sama.
Buku yang diterbitkan tahun 2009 ini,
seperti yang sudah disampaikan berbeda dengan buku umumnya yang terkesan serius
justru buku ini disajikan dengan bahasa gaul yang kadang kocaknya dapat membuat
kita tertawa geli, natural. Sesuatu yang begitu matching dengan karakter penulisnya yang ramai dan lebay serupa
karyanya. Saya kemudian membayangkan bahwa setiap profesi apa saja yang digeluti
setiap manusia sebagai pekerjaaan pasti menyimpan begitu banyak pengalaman dan pelajaran.
Hanya karena kita tidak mampu merekam dengan baik, hanya menjadi angin lalu
tanpa kita bisa menemukan kedalaman makna apa yang kita peroleh, sesuatu yang
membutuhkan energi pemicu untuk mengingatnya kembali. Sebaliknya di dalam buku
ini telah tersimpan pengalaman sebuah pekerjaan yang membuat menjadi catatan
perjalanan atau setidaknya menjadi satu bab dalam autobiografi sang penulis.
Bahwa hidup itu tidak berjalan seri
tetapi paralel sehingga membuat seseorang seperti berada pada persimpangan
hidup ketika ingin menyanding pekerjaan dengan hal-hal lainnya yang juga
menuntut perhatian serius. Begitu kompleks kehidupan seseorang dengan
pekerjaaannya, sayapun mengalami begitu banyak permasalahaan dalam pekerjaaan
sebagai seorang PNS sejak 5 ½ tahun yang lalu, dan serasa bahwa semua profesi
pasti memiliki ceritanya masing-masing. Mulai dari artis, penulis, sales, pembantu rumah tangga, costumer service, pilot, supir taksi, wartawan,
pedagang, pengusaha, bankir, guru, dosen, polisi, tentara, dokter, Bidan dan
masih banyak lagi. Begitupun dengan pekerjaan yang memiliki tingkatan birokrasi
dengan sistemnya, bahwa beberapa orang mungkin memiliki profesi yang sama,
namun belum tentu memiliki pengalaman yang sama dari yang biasa, luar biasa,
lucu hingga yang mengecewakan. Hal ini karena masing-masing memiliki bos yang
berbeda dan klien yang berbeda pula dan masih tergantung juga dengan job description atau topoksi yang harus
dilakukan.
Ada beberapa komen positif terhadap
buku ini, seperti yang termuat dalam situs sosial katalogisasi buku goodreads.com, bahkan telah memiliki rate 3,2 seperti dilihat pada November 2013. Namun ada juga yang
menilai buku ini terlalu personal, berlebihan dan penggunaan bahasa gaulnya.
Terlepas dari itu buku yang diberi label cablak (catatan blak-blakan) oleh
penerbit ini membuka ruang diskusi pada kepolosan, kejujuran walaupun sesuatu
itu bisa membanggakan dan sekaligus memalukan. Sebagaimana buku bergenre
non fiksi memoar ini adalah sekumpulan pengalaman berharga nan lucu, ini bukan semata
penekanannya pada sifat pribadi penulis yang sanguinis, tapi menghentak kita
untuk berani dengan bahasa sendiri menuliskan serpihan demi serpihan catatan
yang mempertemukan kita dengan pekerjaan kita, sebagai manusia dengan
pekerjaannya! (*)
Kupang, 17
November 2013
©daonlontar.blogspot.com
©daonlontar.blogspot.com