Pekan lalu (23/09/2012) saya membaca berita tentang wafatnya
Guru Besar Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia Prof. dr. Firman Lubis, MPH, beliau berpulang dalam usia 68 tahun. Seorang yang
pakar dalam pengembangan kedokteran komunitas di Indonesia dan juga sekaligus
sebagai seorang sejarahwan
yang saya kagumi. Latar belakang kekaguman saya adalah buku-buku tentang sejarah sosial Kota Jakarta yang ditulis beliau, dan menurut saya unik karena menjadi sebuah bentuk
penulisan autobiografi dengan genre berbeda, melalui pendekatan kontekstual
kehidupan Ibu Kota Jakarta dan pengaruh konstelasi terhadap perkembangan nasional
kala itu.
Adalah kata-kata yang abadi kala penulisnya sudah berakhir!. Kiranya dalam sebuah perjalanan hidup ada momentum yang membuat seseorang lebih dewasa dalam berpikir atau sebaliknya, jauh lebih naif dalam jiwa yang kekanak-kanakan. Semua hanya dapat terdokumentasi jika tertulis dengan baik sebagai catatan. Dengan melihat kembali, mungkin serasa nelangsa dan terharu dari guratan jejak yang telah ditinggalkan. Kita akan lebih menghargai masa depan, jika dapat menyimpan catatan masa lalu. Memang catatan akan lebih berarti ketika telah melintasi waktu yang panjang.
Akhir bulan kemarin saya
berkunjung ke Gramedia Kota Kupang, tidak seperti biasanya di lantai dua tempat
penjualan buku, begitu baru masuk telah tampak tumpukan buku yang
sengaja ditampilkan paling depan. Buku itu tak lain dari Biografi Chairul Tanjung, Si Anak Singkong, buku yang memang lagi promo besar-besaran. Sambil lalu melihat
sebentar, sayapun beranjak kedalam melihat
beberapa buku lainnya. Di sela melihat-lihat buku, terdengar musik yang kemudian diisi dengan advertisement buku Si Anak Singkong, disuarakan oleh operator yang bertugas saat itu. Tak selang
beberapa waktu diputar lagi iklan buku yang sama, namun
kali ini adalah iklan yang sudah direcord sebelumnya dan tampaknya diperdengarkan di seluruh toko buku Gramedia se-Indonesia.
Eric
Thake (1904-1982) adalah seorang seniman Australia.
Ia terkenal dengan konsep surealisme
untuk menangkap suasana dari pemandangan yang dilihatnya. Ia memproduksi cetakan,
gambar, lukisan cat air dan foto, serta karya-karyanya dipertunjukan di galeri
seni nasional Australia dan luar negeri. Pada tahun 1943, Thake terdaftar di Angkatan Udara Royal
Australia (RAAF) dengan semula bekerja
sebagai juru gambar. Dan
karena
bakatnya ia kemudian diangkat sebagai seniman perang (warartist) di tahun 1944 pada liputan
sejarah Perang Dunia II.
Semalam tanpa
direncanakan saya menonton film yang ditayangkan Metro Tv, film berjudul Krakatoa: The Last Days.
Sebuah film drama dokumenter
produksi
BBC (British Broadcasting Corporation) yang disutradarai oleh Sam Miller
dan telah dirilis tahun 2006, namun sekarang baru saya menontonnya. Film yang mengisahkan letusan
Gunung Krakatau pada tahun 1883 dengan latar belakang kehidupan penduduk disekitarnya. Gunung berapi ini berada di Selat Sunda antara Pulau Jawa dan Sumatra yang letusannya kala itu mengakibatkan gempa, tsunami, hujan abu dan gelombang panas yang menghujam daratan. Dampak letusan berakibat pada kerusakan alam lebih dari 18 kilometer dan menewaskan lebih dari 36.000 jiwa.
Langganan:
Postingan (Atom)
My Facebook
Catatan....!!!
Menulis bukan bakat, tetapi kemauan. Dalam kisah setiap orang pasti akan menuliskan apa ada yang ada di pikiran dan perasaannya.. Secara perlahan menulis mengantarkan seseorang menuju pencerahan, karena menulis membuat orang membaca dan sebaliknya membaca membuat orang menulis. Menulis merupakan pembelajaran, dan tidak hanya sekumpulan kalimat tetapi merupakan sekumpulan nilai dan makna. Kini cara menulis tidak lagi menggunakan pahat dan batu, tongkat dan pasir atau dengan kemajuan teknologi tidak lagi dengan tinta dan kertas tetapi sudah beranjak pada keyboard dan screen. Banyak kisah dan sejarah masa lalu yang tidak terungkap, karena tak ada yang mencatatnya atau bahkan lupa untuk mencatatnya. Mengutip kalimat singkat milik Pramoedya Anantatoer, “hidup ini singkat, kita fana, maka aku akan selalu mencatatnya! Agar kelak abadi di kemudian hari…” Catatan adalah sebuah kesaksian dan kadang juga menjadi sebuah pembelaan diri. Seseorang pernah memberiku sebuah diary, dengan sebuah catatan yang terselip. Kelak aku akan mengembalikannya dalam keadaan kosong karena aku telah mencatatnya di sini….!!!