Mural
dan grafitti sudah bukan barang baru di dinding-dinding kota. Begitupun dengan
Kota Kupang. Pada kali ini, sebanyak lima seniman mancanegara yang tergabung
dalam Arts 4 Israel melakukan aksinya
dalam lawatan untuk pertama kalinya di Kota Kupang – Timor Barat. Mereka berafiliasi
dengan komunitas perupa lokal di Kota Kupang yang juga bersama-sama melukis
dinding tembok bangunan pertokoan di Kota Lama Kupang atau tepatnya di
Kelurahan Lai-Lai Besi Kopan (LLBK) pada 22-23 Februari 2018 lalu. Aksi mereka
cukup menyita warga kota yang sedang beraktifitas di pusat perekonomian tertua
di Pulau Timor ini, ada yang heran dan menampilkan wajah kebingungan kala
melihat aksi mereka, ada juga yang kagum dan juga yang sedang menarik
kesimpulan di dalam kepalanya.
Foto credit: EL Ghyzel Glenn
Raputasi besar keberadaan manusia di
kehidupan ini adalah karena manusia memiliki akal pikiran. Dan akal yang menentukan
sikap dan pola tingkah laku selanjutnya dan kemudian menjadi pandangan yang
harus ditempuhnya. Masyarakat Timor sebagai entitas awal penghuni pulau Timor
telah memiliki keakraban dengan pandangan khusus tentang alam semesta, tentang
kosmos. Inilah menjadi dasar awal pandangan dan penilaian terhadap kosmos.
Relasi pola hubungan dasar ini yang dibangun dalam sebuah tata tertib kosmos
dan membentuk pola berpikir kosmis, di mana manusia hanyalah sebuah bagian
kecil dari alam semesta ini, atau sebagai pelengkap kosmos yang terletak
menetap dalam peredaran di raya ini.
Saya
masih ingat di sekitaran awal tahun 2000-an di tanah leluhur bugis, saya masih
menyaksikan dudukan adat antara tetua keluarga kami dengan ayahmu, yang mana
terlihat ayahmu dengan wajah datar mengambil keputusan berat yang kelak sangat
berpengaruh besar pada dirimu. Kamu hanyalah bocah kecil bermata sipit dengan
wajah yang bulat. Namamu Wulan!.
Langganan:
Postingan (Atom)
My Facebook
Catatan....!!!
Menulis bukan bakat, tetapi kemauan. Dalam kisah setiap orang pasti akan menuliskan apa ada yang ada di pikiran dan perasaannya.. Secara perlahan menulis mengantarkan seseorang menuju pencerahan, karena menulis membuat orang membaca dan sebaliknya membaca membuat orang menulis. Menulis merupakan pembelajaran, dan tidak hanya sekumpulan kalimat tetapi merupakan sekumpulan nilai dan makna. Kini cara menulis tidak lagi menggunakan pahat dan batu, tongkat dan pasir atau dengan kemajuan teknologi tidak lagi dengan tinta dan kertas tetapi sudah beranjak pada keyboard dan screen. Banyak kisah dan sejarah masa lalu yang tidak terungkap, karena tak ada yang mencatatnya atau bahkan lupa untuk mencatatnya. Mengutip kalimat singkat milik Pramoedya Anantatoer, “hidup ini singkat, kita fana, maka aku akan selalu mencatatnya! Agar kelak abadi di kemudian hari…” Catatan adalah sebuah kesaksian dan kadang juga menjadi sebuah pembelaan diri. Seseorang pernah memberiku sebuah diary, dengan sebuah catatan yang terselip. Kelak aku akan mengembalikannya dalam keadaan kosong karena aku telah mencatatnya di sini….!!!