Selasa, 05 Oktober 2021

Puisi Pertama Gerson Poyk

Bagi yang berkecimpung dalam dunia sastra di Nusa Tenggara Timur, sudah mengiyakan bahwa Gerson Poyk adalah perintis sastra di Nusa Tenggara Timur. Gerson Poyk (1931-2017) sudah dikenal luas sebagai Tokoh kelahiran NTT yang sangat produktif menghasilkan karya sastra yang diterbitkan secara nasional. Tanggal kelahiran beliau 16 Juni, dijadikan sebagai Hari Sastra NTT. Dan juga untuk memperingati kiprah beliau di sastra nasional, secara monumental namanya diabadikan menjadi sebuah nama Taman Budaya di Kota Kupang yaitu Taman Budaya Gerson Poyk.

Namun adakah yang tahu, seperti apa karya pertama dari Gerson Poyk. Adalah Puisi Pertama Gerson Poyk yang dipublikasikan dalam majalah mingguan Mimbar Indonesia Juni 1955, yang berjudul Anak Karang, berikut adalah penggalan lengkap puisi tersebut, diambil dari Buku “Anak Karang: Kumpulan Sajak Gerson Poyk 1955-1958” penerbit PD. Lukman – Yoyakarta, cetakan pertama Mei 1985.

 

Anak Karang
 
Buat penyanyi lagu Ova Langga
Dalam orkes sesandu Timor
 
Bea!
di tepi sini gubuk dan karang
sekali pernah mama bilang
cerita beta cerita kau
bertulis di tanah berselang karang
 
di tepi sini sunyi kau datang
waktu angin musson pemperanak-tiri kami
dan besar dari sisa seberang pulau
 
Bea!
angin musson Cuma bersiut sendu
pada keringat seribu hari mengucur
pada nafas sehari lega turun hujan
pada cerita jangung dan ubi begitu merana
 
ditonjolan karang tepi ada nyiur ada lontar
beta tunggu penyadap pulang
beta minta sedikit nira
atau bersama masak gula
dan ketawa
 
jangan nasi kutuk angin musson
pukul tifa
kutik sesandu
buka lagu
lagu ombak pukul karang
tunggu nira jadi gula
dan ketawa
 
lautmu masih bisa surut
beri tiram beri latu
mari kasi makan nenek
mari kasi minum bayi
gula dan isi laut beri nafas
dan mereka terus meraban, biarkan
 
Bea!
hidup kamu nanti
hidup tak berpapa tak bermama
satunya kau akar kami
melapuk karang
buat ronggeng kaki telanjang
 
anak dengarkan
dia penyadap nyanyi di ujung pohon
heelaido susah seairmata
heelaido senang sama ketawa
 
latu: tumbuhan laut
heelaido: aduhai
 
Sumber foto: Facebook 
Kupang, 5  Oktober  2021
@daonlontar.blogspot.com
 
 

comments

Catatan....!!!

Menulis bukan bakat, tetapi kemauan. Dalam kisah setiap orang pasti akan menuliskan apa ada yang ada di pikiran dan perasaannya.. Secara perlahan menulis mengantarkan seseorang menuju pencerahan, karena menulis membuat orang membaca dan sebaliknya membaca membuat orang menulis. Menulis merupakan pembelajaran, dan tidak hanya sekumpulan kalimat tetapi merupakan sekumpulan nilai dan makna. Kini cara menulis tidak lagi menggunakan pahat dan batu, tongkat dan pasir atau dengan kemajuan teknologi tidak lagi dengan tinta dan kertas tetapi sudah beranjak pada keyboard dan screen. Banyak kisah dan sejarah masa lalu yang tidak terungkap, karena tak ada yang mencatatnya atau bahkan lupa untuk mencatatnya. Mengutip kalimat singkat milik Pramoedya Anantatoer, “hidup ini singkat, kita fana, maka aku akan selalu mencatatnya! Agar kelak abadi di kemudian hari…” Catatan adalah sebuah kesaksian dan kadang juga menjadi sebuah pembelaan diri. Seseorang pernah memberiku sebuah diary, dengan sebuah catatan yang terselip. Kelak aku akan mengembalikannya dalam keadaan kosong karena aku telah mencatatnya di sini….!!!


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
;