Toko Buku Nusa Indah dengan arsitektur bangunan bulat dibangun tahun 1954
Kota
Ende adalah sebuah kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang telah dikenal
sebagai kota destinasi wisata alam, sejarah dan budaya, namun tidak lengkap
rasanya jika kita tidak menikmati wisata belanja buku dengan mengunjungi Toko Buku dan
Penerbit Nusa Indah. Sebagai penerbit buku yang telah menjadi legenda di ranah
Flobamora, Penerbit Nusa Indah pernah mengalami masa keemasan yang tidak
terlupakan dan pernah mengangkat Nusa Tenggara Timur dalam usaha penerbitan
buku berkualitas hingga dipasarkan secara nasional. Setidaknya menjadi spirit
dari Bumi Flores, bagaimana cerita Penerbit Nusa Indah, berikut sepenggal
kisahnya.
Bermula
dari berdirinya Percetakan Arnoldus yang digagas oleh Pater Petrus Noyen, SVD pada tahun 1926 di Ende, yang merupakan percetakan pertama di Pulau Flores yang kala itu
menggunakan mesin percetakan yang didatangkan dari Jerman. Percetakan Arnoldus merupakan unit perusahaan PT. Arnoldus Nusa Indah (PT
ANI) yang masih terus beroperasi dan bersaing dalam bidang percetakan saat ini
untuk wilayah Flores dan sekitarnya. Dalam perkembangannya PT. ANI yang
dikelola oleh Serikat Sabda Allah, sebuah Serikat Religius dan Misionaris
Katolik yang secara internasional dikenal dengan nama Societas Verbi Divine (SVD) memiliki unit usaha yaitu Percetakan
Arnoldus, Toko Buku dan Penerbit Nusa Indah, Harian Flores Pos, bengkel kayu
dan besi, serta sebuah sanggar rekaman lagu.
board
Percetakan Arnoldus
Nama
Percetakan “Arnoldus” diambil dari nama St. Arnoldus Janssen,
pendiri ordo SVD. Pemilihan nama Arnoldus diyakini dapat menjadi pelindung terhadap
percetakan ini. Cetakan pertama dikerjakan pada 21 Juni 1926 berupa buku doa
yang disusun dalam bahasa Melayu yang berjudul Sende Aus yang artinya Utuslah. Sebagaimana awalnya percetakan ini
mengemban misi membantu pewartaan gereja lokal di Flores dan kemudian melakukan
juga publikasi umum. Hal ini dikelola oleh biro naskah yang telah menerbitkan berbagai
buku keagamaan dan keterampilan, lalu dari biro inilah embrio cikal bakal
lahirnya penerbit Nusa Indah.
suasana indoor TB. Nusa Indah
Dengan
berbagai persiapan akhirnya pada tahun 1970, Pater Alex
Beding mendirikan Penerbit Nusa Indah yang dalam satu dasawarsa menjadi satu-satunya
penerbit terkemuka di Kawasan Timur Indonesia. Penerbit Nusa Indah pada awalnya
menerjemahkan buku-buku
asing tentang kerohanian untuk memenuhi kebutuhan rohaniawan dan seminari. Penerbit Nusa Indah Ende merupakan lembaga milik Gereja
Katolik sama halnya dengan penerbit lokal dan nasional lainnya seperti Penerbit
Bina Media Medan, Penerbit Dioma Malang, Penerbit Kanisius Yogyakarta dan
Penerbit Obor Jakarta.
Dalam perjalanannya Penerbit Nusa Indah makin berkembang dengan terbitan
buku-buku rohani dan juga merambah ke penerbitan buku-buku tentang pertanian, sastra, bahasa, novel dan kamus, khusus kamus
mendapat perhatian utama dalam penerbitan Nusa Indah yang mendapat sambutan di kalangan
masyarakat NTT. Dan untuk menjawab kebutuhan masyarakat NTT akan informasi,
maka didirikan lagi media yang diberi nama “Dian” dan terbit perdana pada
Oktober 1974, kemudian biasa disebut juga dengan Surat Kabar Mingguan (SKM)
DIAN, yang penerbitannya bertahan hingga tahun 1993. Selain itu ada juga
majalah anak-anak bulanan “Kunang-Kunang” yang kemudian bernasib sama dengan
Dian. Dari SKM Dian-lah embrio hadirlah koran harian bernama “Flores Pos” yang
terbit perdana, 9 September 1999 menjadi surat kabar utama untuk
masyarakat Flores dan Lembata hingga
kini dan masih eksis.
Logo Penerbit Nusa Indah |
Salah satu
buku terbitan Nusa Indah yang melegenda adalah Tata Bahasa Indonesia (buku pelajaran untuk SLTA) karangan
Prof. Dr. Gorys Keraf, yang terbit
pertama tahun 1970 dan di sebut-sebut sebagai buku tata bahasa yang paling
laris dan menjadi buku pegangan pelajaran Bahasa Indonesia seluruh Indonesia.
Hal ini yang menguatkan persepsi dan pendapat orang bahwa orang Nusa Tenggara Timur
memiliki gaya bahasa komunikasi formal yang baik dibandingkan daerah lain,
mungkin karena buku ini diterbitkan di ranah Flobamora dan terbilang telah
mengantikan kedudukan buku Tata Bahasa
Baru Bahasa Indonesia (2 jilid)
karangan Sutan Takdir Alisjahbana (STA) yang sempat berjaya sebelumnya. Hingga saat ini masih banyak
berseliweran di dunia online mencari
buku-buku lama terbitan Penerbit Nusa Indah, sebut saja diantaranya adalah buku
Novel dan Film karangan Pamusuk
Eneste (1991), Komposisi karangan
Prof. Dr. Gorys Keraf dan Kamus Idiom
Bahasa Indonesia karangan Abdul Chaer. Artinya apa, bahwa terbitan Nusa
Indah dimasa lalu berkualitas sehingga masih banyak yang mencarinya, walaupun
tidak pernah dicetak ulang lagi. Tokoh
sastra yang karyanya pernah diterbitkan oleh Penerbit Nusa Indah diantaranya
adalah Gerson Poyk, Korrie Layun Rampan, Linus Suryadi AG, Pamusuk Eneste dan Arswendo
Atmowiloto, maka demikianlah Penerbit Nusa Indah di masa keemasannya.
Kantor
Penerbit Nusa Indah
Showroom pada Lantai I Gedung Penerbit Nusa Indah, di Jln. El
Tari, Ende.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran Penerbit Nusa Indah pada masanya telah mengangkat masyarakat Nusa Tenggara Timur memasuki pencerahan peradaban dengan semangat dan tradisi membaca bacaan berkualitas dengan keberhasilan menghadirkan karya-karya intelektual yang tidak lekang oleh waktu. Sebagai satu-satunya penerbit di Indonesia Timur yang masuk Ikapi (Ikatan Penerbit Indonesia) di era 1980-an dan telah menggunakan ISBN (International Standard Book Number) pada era 1990-an, dan sempat juga memiliki cabang kantor di Jakarta dan Surabaya. Sehingga Penerbit Nusa Indah dahulu pernah berdiri sejajar dengan Penerbit Balai Pustaka, Pustaka Jaya dan Djambatan yang juga menerbitkan buku bermutu, namun setali tiga uang dengan Penerbit Nusa Indah, penerbit-penerbit tersebut juga mengalami masalah yang sama bahkan sudah ada yang tutup seperti Penerbit Djambatan yang tidak dapat bertahan dengan krisis manajemen pengelolaannya.
Kini
Penerbit Nusa Indah tengah berada di tingkat persaingan yang ketat, bahkan
dibutuhkan perjuangan keras agar Penerbit Nusa Indah dapat bangkit kembali
merengkuh masa kejayaannya. Di saat penerbit nasional telah berlomba-lomba melebarkan
sayap industri bisnis perbukuan secara modern, Penerbit Nusa Indah seperti
telah tertinggal jauh. Pembenahan manajemen Penerbit Nusa Indah perlu dilakukan
jika tidak mau terbenam dalam persaingan, terutama manajemen distribusi dan
pemasaran. Dalam hal distribusi dapat kita nilai sejauh mana buku-buku terbitan
Nusa Indah dapat dijangkau oleh masyarakat di dalam dan luar daerah, saya
pernah melihat list buku yang dijual oleh Gramedia Kota Kupang, buku terbitan
Nusa Indah nihil atau tidak menjual satupun buku terbitan Nusa Indah demikian
juga dengan toko buku lainnya, sehingga terlihat lemahnya sistem distribusi
penerbit.
Sementara itu
jumlah produksi cetakan buku Penerbit Nusa Indah terbatas sehingga tidak
mencapai skala ekonomis produksi, yang mana semakin banyak cetakan maka semakin
efisiensi biaya produksi yang secara langsung berdampak pada harga jual buku
yang lebih terjangkau, demikian diperlukan pembenahan skala produksi. Sedangkan
dalam manajemen pemasaran, Nusa Indah belum memanfaatkan teknologi informasi
berupa home page atau website yang
bisa menjadi sarana advertising
sehingga dapat melakukan promosi buku sekaligus penjualan online sebagaimana penerbit-penerbit populer saat ini yang optimal memanfaatkan
bisnis jual buku online, yang bisa
menghubungkan konsumen seluruh Indonesia bahkan hingga ke mancanegara. Mungkin
ada baiknya Penerbit Nusa Indah dapat belajar dari Penerbit Ledalero Maumere yang baru berdiri tahun 2002. Sebagai sesama penerbit dari Flores, Penerbit
Ledalero telah mengaplikasikan penerbitan perbukuan secara modern dan kini terus
mengalami perkembangannya baik secara lokal dan nasional. Perbaikan manajemen perlu
dilakukan untuk memgembalikan kejayaan penerbit
Nusa Indah dan Toko buku Nusa Indah sebagai pelopor Toko Buku di Nusa Tenggara
Timur.
Ketika
berkunjung ke Toko Buku Nusa Indah dan Penerbit Nusa Indah saya sempatkan
membeli beberapa buku dan satu kesan yang membekas adalah membeli buku seperti
kembali ke masa-masa dahulu ketika buku yang dibeli dibungkus dengan kertas
koran yang kemudian diikat dengan karet gelang atau diselotip, tidak demikian
dengan percetakaan buku saat ini yang telah menggunakan packaging shrink wrap atau dibungkus dengan plastik agar awet. Di toko
buku dan penerbit Nusa Indah inilah buku-buku lama masih bisa ditemukan selain
buku-buku terbaru. Kantor Pusat Penerbit Nusa Indah berada di Jalan El Tari
Ende, Flores NTT 86318, telepon (0381) 21502, 23974, e-mail namkahu@yahoo.com,
sedangkan Toko Buku Nusa Indah Ende beralamat di Jalan Katedral
Nomer 5, Ende 86312 Flores, NTT (0381) 21892. (*)
Kupang, 14
Agustus 2013
©daonlontar.blogspot.com