Rabu, 16 Juli 2014

Kamus Indonesia-Tetun # Tetun-Indonesia


Bahasa sebagai kapasitas yang dimiliki manusia merupakan sistem komunikasi yang kompleks. Sederhananya bahasalah yang membuat manusia saling mamahami dan bisa bekerja sama. Bahasa mengantarkan seseorang untuk berdiri di posisi sosial untuk saling mengekspresikan diri dan memanipulasi objek dalam lingkungan. Bahasa begitu beragam dan begitu produktif dari ribuan kosa kata bisa menjadi jutaan kalimat yang tidak terbatas. Selain itu bahasa bersifat dinamis sehingga berbagai kemungkinan perubahan dapat saja terjadi setiap saat dan apa saja dalam struktur bahasa.

Setelah menjadi sebuah negara baru, Timor Leste melalui regulasi yang dikeluarkan oleh National Institute of Linguistics Timor Leste, tumbuh menjadi sebuah bahasa resmi baru di dunia. Sebagaimana diketahui masyarakat Timor Leste terdiri dari 300 suku bangsa dan memiliki 16 macam bahasa yang berbeda. Bahasa Tetun menjadi bahasa lokal yang paling banyak digunakan hingga saat ini, yang keberadaannya telah ditetapkan dalam konstitusi Republik Demokratik Timor Leste yang tertera pada artikel 13 alinea 1 dan 2 konstitusi República Democrática de Timor-Leste, bahwa Bahasa Tetun dan Bahasa Portugis adalah bahasa ofisial (bahasa resmi) Republik Demokratik Timor Leste. Bahasa Tetun berstatus sebagai bahasa ko-resmi (dengan bahasa Portugis) dan bahasa nasional (bersama-sama dengan bahasa-bahasa nasional lainnya).

Walau ditetapkan belakangan, Bahasa Tetun (Tetum) telah ada sejak lama sebagai bahasa pemersatu dari berbagai penutur bahasa suku dari wilayah yang kini menjadi bagian dari Negara Timor Leste. Bahasa yang berasal dari anak rumpun bahasa Austronesia ini digunakan oleh penutur yang ada di dua negara yaitu Timor-Indonesia dan Republik Demokratik Timor Leste. Perbedaannya adalah bahwa Bahasa Tetun digunakan di wilayah Timor-Indonesia yang hanya sedikit dipengaruhi oleh Bahasa Portugis tetapi justru lebih banyak menyerap kata dari Bahasa Indonesia dan Belanda. Bahasa inilah yang dianggap sebagai bentuk asli Bahasa Tetun, atau yang sering disebut Tetun Belu atau Tetun Terik. Bahasa ini juga sebagai bahasa pasar atau yang sehari-hari dituturkan oleh penduduk yang berada di wilayah perbatasan antara Indonesia dan Timor Leste yaitu Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. Sedangkan Bahasa Tetun yang berkembang di Timor Leste telah mengalami proses percampuran dengan Bahasa Portugis, sehingga banyak sekali ditemukan kata pinjaman dalam bahasa tersebut. Bahasa ini dinamai dengan Tetun Prasa atau Tetun Dili, karena bermula dari Kota Dili dan kemudian bahasa ini berkembang dan di standardisasi menjadi bahasa resmi. Kini dalam interaksi keseharian masyarakat Timor Leste biasa mengunakan hingga empat bahasa dalam berkomunikasi satu sama lain yaitu Bahasa Tetun, Portugis, Inggris dan Bahasa Indonesia.

Bahasa dalam kerangka pragmatis dan interaktif tentu membutuhkan yang namanya panduan untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Hal inilah sehingga sebuah kamus menjadi penting. Membuat kamus bukanlah hal yang sederhana dan juga bukan usaha yang sepele, merangkum kata dengan kata hingga menjadi kalimat contoh membutuhkan ketelitian, pengalaman dan kepakaran. Tetapi yang terlewatkan dari semua itu adalah usaha untuk melestarikan bahasa. Bukan tidak mungkin suatu saat bahasa-bahasa di dunia akan mulai punah, hal ini terjadi bila para penutur aktifnya mulai meninggal atau juga terjadi pergeseran penggunaan bahasa ke bahasa lain yang lebih populer. Resiko inilah yang bisa membayangi eksistensi bahasa, jika di suatu saat tidak ada lagi yang menggunakan sebagai penuturan. Memang tidak dipungkiri banyak bahasa yang telah punah di dunia ini, sayangnya proses kepunahan bahasa memiliki laju kehilangan yang semakin cepat karena proses-proses yang diakibatkan oleh globalisasi, idiologis dan neokolonialisme, yang mana bahasa yang besar bisa mendominasi bahasa kecil karena adanya kekuatan di balik pasar yang menglobal. Bahasa Tetun sebagai salah satu bahasa dari sekitar 7.000 bahasa di dunia, tidak menutup kemungkinan menjadi bahasa yang kehilangan penuturnya di abad-abad mendatang, bahasa mayor yang datang bisa saja menghilangkan penggunaanya di populasi masyarakat Timor. Hal inilah yang mendasari Bahasa Tetun ditetapkan dalam konstitusi negara, yang dimaksudkan untuk melindungi penggunaannya, selain itu tentu dengan cara modokumentasikan setiap kata dalam kamus.


http://id.wikipedia.org
Kehadiran kamus ini menjadi semacam usaha merevitalisasi bahasa dengan meningkatkan edukasi bagi para pengguna bahasa lain yang juga dapat meningkatkan pengetahuan literasi bagi para penggunannya. Kamus yang pertama kali diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama ini disunting oleh Yohanes Manhitu, seorang pemuda Timor yang punya interest besar terhadap pengetahuan bahasa dan sastra. Masa kecil hingga remajanya dihabiskan di Enklave Ambeno (Oecusse), Timor Leste sehingga memiliki ikatan emosianal terhadap Bahasa Tetun sejak dini. Kisah berlanjut ketika penyunting menjadi penerjemah lisan dan tulis pada Komisi Tinggi PBB untuk urusan pengungsi UNHCR terkait dengan penanganan pasca konflik di Timor, yang mana kesulitan utama ditemui adalah ketiadaan kamus Bahasa Tetun yang bisa membantu pekerjaannya. Berangkat dari cerita tersebut akhirnya memotivasi penyunting untuk menghadirkan kamus ini.  Adalah sebuah prestasi ketika anak negeri sendiri yang bisa menghasilkan sebuah kamus bahasa nasional yang setidaknya telah menjadi kebutuhan terhadap peningkatan hubungan internasional antara dua negara dalam kepentingan ekonomi hingga sosio kulktural. (*)

Kupang, 16 Juli 2014
©daonlontar.blogspot.com

comments

Catatan....!!!

Menulis bukan bakat, tetapi kemauan. Dalam kisah setiap orang pasti akan menuliskan apa ada yang ada di pikiran dan perasaannya.. Secara perlahan menulis mengantarkan seseorang menuju pencerahan, karena menulis membuat orang membaca dan sebaliknya membaca membuat orang menulis. Menulis merupakan pembelajaran, dan tidak hanya sekumpulan kalimat tetapi merupakan sekumpulan nilai dan makna. Kini cara menulis tidak lagi menggunakan pahat dan batu, tongkat dan pasir atau dengan kemajuan teknologi tidak lagi dengan tinta dan kertas tetapi sudah beranjak pada keyboard dan screen. Banyak kisah dan sejarah masa lalu yang tidak terungkap, karena tak ada yang mencatatnya atau bahkan lupa untuk mencatatnya. Mengutip kalimat singkat milik Pramoedya Anantatoer, “hidup ini singkat, kita fana, maka aku akan selalu mencatatnya! Agar kelak abadi di kemudian hari…” Catatan adalah sebuah kesaksian dan kadang juga menjadi sebuah pembelaan diri. Seseorang pernah memberiku sebuah diary, dengan sebuah catatan yang terselip. Kelak aku akan mengembalikannya dalam keadaan kosong karena aku telah mencatatnya di sini….!!!


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
;