Jumat, 29 Agustus 2014

Motor yang saya kendarai



Dahulu kala semua manusia berjalan kaki untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain, tak ada pilihan lain. Lalu dengan berkembangnya kemampuan manusia menjinakan hewan liar seperti kuda, maka kuda dijadikan sarana transportasi yang efektif. Memiliki kuda di saat lalu sangat prestisius, karena menjadi alat transportasi yang memudahkan seseorang untuk berpindah tempat dengan cepat. Kemudian akhirnya ditemukan roda, roda dinilai sebagai penemuan spektakuler, jadi bisa dibayangkan jika teknik roda belum ditemukan mustahil kini kita bisa berkendara. Roda menjadikan kereta dengan mudah ditarik oleh kuda, lalu kemudian terciptalah sepeda yang secara berlahan mengantikan peran kuda dengan menggunakan tenaga manusia. Akhirnya ditemukan sepeda motor dan mobil yang menggunakan tenaga bahan bakar minyak. Kini di era modern punya kendaraan sendiri bukan hal spesial lagi. Karena kehidupan yang semakin dinamis dan efisien, sehingga memiliki kendaraan memudahkan dalam melaksanakan berbagai urusan.

Masuklah pada tema kendaraan yang saya kendarai. Di tahun 2009, setelah mendapatkan pekerjaan tetap, dan memiliki tabungan yang mencukupi, saya memutuskan membeli tunai sebuah kendaraan roda dua seharga Rp. 16,3 juta kala itu. Sepeda Motor Solo Honda NF 125 TR / Supra X 125 CC Black, tahun pembuatan dan perakitan 2009. Kini motor tersebut tepat telah berusia 5 tahun dan beberapa komponennya sudah diganti. Ibarat manusia sudah ada beberapa organ yang telah digantikan dengan organ yang baru. Seingat saya adalah ban belakang, gear, accu dan dinamo start dan beberapa komponen lainnya seperti spion, busi dan masih ada lagi bebarapa komponen kecil yang saya tak pahami namanya. Motor ini juga telah merekam tiga kali kecelakaan yang saya alami, dan semuanya adalah kecelakaan tunggal dan hanya menyisakan luka-luka yang tidak parah serta beberapa lecet di motor. Salah satunya luka pada lengan kanan bawah yang membekas, diperoleh ketika dalam perjalanan menuju Kota Soe (110 km dari Kota Kupang) tahun 2010 lalu.


Dalam usia tepat lima tahun, motor ini telah menjalani perjalanan sejauh 40.459 Kilometer atau sudah satu putaran lebih mengelilingi dunia dengan rata-rata 8.092 Km setahun dan 674 Km sebulan. Jika garis katulistiwa terbangun dengan daratan dan jalan raya maka kilometer yang telah ditempuh motor saya telah melewati keliling bumi yang menurut ilmuan sejauh 40.075 kilometer. Sedangkan kebutuhan BBM yang sudah dipakai, dengan asumsi hasil ukuran sendiri 16 liter sebulan selama 5 tahun (60 bulan), maka motor ini telah mengkonsumsi ± 957 liter bensin atau hampir mencapai 1 kiloliter (1.000 liter) atau sekitar 252 gallon (US) (1 gallon = 3,7 liter) atau juga dengan memakai ukuran barrel, menjadi 6 barrel (1 barrel = 159 liter), dengan perhitungan 1 liter dapat menempuh jarak sejauh 42,2 Km. Seandainya saya mengendarai motor ini keliling dunia tanpa macet dengan kecepatan tetap 100 km/jam, tanpa istirahat maka akan memerlukan waktu sebanyak 16,69 hari sama saja dengan saya menyebutkan telah berkendara selama hampir 17 hari dalam lima tahun usia motor saya. Dengan asumsi setiap 2.000 km saya mengganti oli mesin, maka motor saya telah ganti oli sebanyak 20 kali.


Semuanya bisa menjadi kenangan, salah satunya adalah dari kendaraan yang digunakan sehari-hari. Mesin tanpa jiwa yang selalu menemani dalam suka dan duka, hampir selalu bersama-sama dalam panas, dingin, terang, gelap dan hujan. Jika motor ini memliki jiwa ala Transformers, tentu kita akan bercerita banyak tetap berbagai hal yang sudah kita lewati. Motor ibarat kuda yang telah menjelma menjadi tunggangan besi, dari makhluk organis yang telah berubah menjadi mesin lincah. Kuncinya dengan membangun chemistry  sepihak melalui pemberian “nutrisi” memadai dan “pemeriksaan kesehatan” rutin di bengkel agar tetap menjalankan tugasnya sebagai kendaraan. Walau tanpa jiwa, mesin telah begitu banyak membantu umat manusia. 

Kita biasa mendengar beberapa orang menyimpan atau bahkan masih memakai kendaraan pertamanya ketika baru mulai merintis karir dalam pekerjaan di masa muda. Kendaran itu sudah menjadi antik, enggan untuk dipidahtangankan atau dijual. Kadang di simpan bagai barang rongsokan yang hanya untuk diperhatikan dan selalu dirapikan, dielus hingga mengkilap, menjadikan barang bernilai sejarah dalam hidup. Menjadi koleksi pribadi yang menyimpan berbagai memori dan mengingatkan tentang perjuangan di masa lalu. Semua hal bisa melekat pada kendaraan yang kita kendarai, misalnya dari membeli dengan keringat sendiri, kenangan dalam menjalani rutinitas pekerjaan sehari-hari, menjalani berbagai urusan di luar pekerjaan hingga kisah-kisah percintaan. Dan tentu sampai saat ini, saya menyakini motor masih menjadi kebutuhan sebagai moda transportasi yang paling murah. (*)
Kupang, 29 Agustus 2014
©daonlontar.blogspot.com

comments

Catatan....!!!

Menulis bukan bakat, tetapi kemauan. Dalam kisah setiap orang pasti akan menuliskan apa ada yang ada di pikiran dan perasaannya.. Secara perlahan menulis mengantarkan seseorang menuju pencerahan, karena menulis membuat orang membaca dan sebaliknya membaca membuat orang menulis. Menulis merupakan pembelajaran, dan tidak hanya sekumpulan kalimat tetapi merupakan sekumpulan nilai dan makna. Kini cara menulis tidak lagi menggunakan pahat dan batu, tongkat dan pasir atau dengan kemajuan teknologi tidak lagi dengan tinta dan kertas tetapi sudah beranjak pada keyboard dan screen. Banyak kisah dan sejarah masa lalu yang tidak terungkap, karena tak ada yang mencatatnya atau bahkan lupa untuk mencatatnya. Mengutip kalimat singkat milik Pramoedya Anantatoer, “hidup ini singkat, kita fana, maka aku akan selalu mencatatnya! Agar kelak abadi di kemudian hari…” Catatan adalah sebuah kesaksian dan kadang juga menjadi sebuah pembelaan diri. Seseorang pernah memberiku sebuah diary, dengan sebuah catatan yang terselip. Kelak aku akan mengembalikannya dalam keadaan kosong karena aku telah mencatatnya di sini….!!!


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
;