Dunia maya menghubungkan setiap orang
dimana saja ketika telah tersambung dalam konektivitas internet. Jarak tidak
lagi dikenal karena dunia seperti dilipat. Begitu kita menjadi bagian dari
dunia maya, kita terhubung dalam media sosial yang membuat kita bisa menambah
begitu banyak teman dari yang dekat hingga dari negeri yang jauh. Korelasi nirkabel
ini membuat komunikasi menjadi cair dan seketika. Pertemanan dalam dunia maya
ini juga mempertemukan berbagai kepentingan dan kebutuhan, sehingga membuka
ruang informasi menjadi begitu terbuka dan semua orang bebas untuk
mengaksesnya.
Dari blog ini misalnya saya telah
dipertemukan dengan beberapa orang dari berbagai profesi seperti pelajar,
mahasiswa, pekerja seni, peminat budaya, dosen, sejarahwan nasional hingga
peneliti asing dari Eropa. Masing-masing tentu mempunyai gagasan untuk saling
dipertukarkan. Satu cerita menarik adalah ketika saya dihubungi oleh seorang
mahasiswa dari Jogjakarta yang sedang menyelesaikan tugas akhir skripsinya, dan
memiliki kendala dalam kebutuhan referensi yang berkaitan dengan penulisan kajian sastra tulis yang
diangkat menjadi film. Kebetulan
saya sempat menulis di blog ini, sebuah buku berjudul Novel dan Film, Karya Pamusuk Eneste yang bisa menjadi sumber utama
penulisan skripsinya. Buku langkah yang sudah tidak lagi ditemukan di
toko-toko buku dan juga jarang ditemukan di berbagai perpustakaan, maklum karena
buku ini hanya sekali dicetak dan diterbitkan oleh Penerbit Nusa Indah, Ende –
Flores pada tahun 1991 silam. Saya membayangkan bahwa mahasiswi ini telah
berusaha keras mencarinya di Kota Jogjakarta, namun menemui hasil yang nihil.
Setelah dihubungi saya berusaha membantu. Semula saya
ingin menjual saja salah satu buku koleksi saya ini, sebagai ganti harga buku
dan ongkos kirim, dengan terlebih dahulu memastikan bahwa penerbit di Ende
Flores masih tersedia beberapa eksemplar yang saya dapat membelinya kembali di
lain waktu bila sempat berkunjung ke sana. Namun niat itu saya koreksi, kenapa
di saat bersamaan saya tidak mengusulkan saja untuk saling menukar buku. Karena
bagi penggemar buku tak ada hadiah atau pemberian istimewa selain buku, di
samping menambah wawasan juga untuk menambah koleksi yang memenuhi perpustakaan
pribadi. Mahasiswi Jogja akhirnya setuju.
Namun apa nian yang terjadi, mahasiswi itu membalas
sesuatu yang lebih dari saya harapkan dengan mengirimkan dua buku sekaligus,
yang nilai nominalnya jauh melebihi apa yang saya kirimkan. Seolah bahwa apa
yang kita berikan akan diganjar dua kali lipat, mungkinkah itu yang dinamakan
hukum memberi dan menerima, entahlah!. Buku
yang dikirimkan kepada saya, buku pertama adalah Catatan Perjalanan Keistimewaan Yogya, Merunut Sejarah, Mencermati
Perubahan, Menggagas Masa Depan, penulis Haryadi Baskoro dan Sudomo
Sunaryo, terbitan Pustaka Pelajar tahun 2010 dan buku kedua adalah Pesona Alam
dan Budaya Jogja, Antologi Feature Bengkel Sastra Indonesia 2010, penyunting
Nanik Sumarsih dkk, terbitan Balai Bahasa Jogjakarta – Pusat Bahasa Kementrian
Pendidikan Nasional tahun 2010. Memang saya meminta untuk membalasnya dengan
mengirimkan buku terbitan lokal yang bertema Jogja, sebagai bahan kajian budaya
dengan etnik dan lokus tertentu untuk menambah wawasan memahami berbagai kekayaan
kebudayaan lokal di nusantara. (*)
Terima Kasih
Mbak Fita,
atas
pemberian dua buku dari Jogja!
Kupang, 09
Desember 2013
©daonlontar.blogspot.com