Sabtu, 26 Maret 2016

Alhamdulillah! Umurku sudah dua bulan



Kini umurku sudah dua bulan, aku semakin bertumbuh. Pusarku juga sudah mengering. Karena lama mengering banyak teman-teman ayah yang mengatakan aku akan menjadi anak yang hemat, pandai mengelola keuangan dan anak yang pandai menjaga barang-barang miliknya. Sekarang juga tidurku sudah mengikuti jadwal tidur ayah dan ibuku, aku bisa tertidur lelap bersama istirahat malamnya kedua orang tuaku. Sekarang aku sedang berada di rumah oma, dan inilah liburan aku yang pertama mengunjungi oma dan tente dari ayahku.

Aku telah mampu mengangkat kedua kaki hingga 50 derajat, aku semakin aktif menggerakkan kedua kaki dan tanganku, menoleh ke kiri dan ke kanan. Penglihatanku mulai sempurna dan bahkan gerak mataku sudah mengikuti ayah atau ibu yang berpindah tempat. Aku semakin tidak betah berlama-lama tidur terlentang, ingin ku segera memutar tubuh dan tengkurap, aku sering menghentak punggungku terlebih ketika aku sangat kegirangan atau bangun tidur, tak jarang aku sudah bergeser dari tempat tidurku semula. Ada hal lucu bagi kedua orang tuaku yaitu saat aku bangun tidur, ada kalanya aku hanya terdiam ketika bangun dengan mata sayu seolah-olah masih di antara tidur dan bangun, tetapi ada juga suasana di saat aku harus banyak merenggangkan otot-ototku layaknya orang dewasa yang bangun dari tidurku yang teramat melelahkan.

Aku terbilang sangat menyukai air dan mandi dua kali sehari, pagi setiap pukul 6:30 dan sore pukul 16.30, walau dengan air hangat aku masih selalu merasa kedinginan dengan kedua tangan yang terus mengepal di saat mandi. Dan setelah mandi aku dalam diam dan tak bosan-bosannya menatap ibu yang mengeringkan aku dengan handuk, membersihkan pusarku, melumuriku dengan minyak telon dan baby oil, membedakiku hingga memakaikan aku pakaian yang bersih dan kemudian menutup acara mandi-mandi dengan menyusu rasa ASI.

Sejak dalam kandungan, otakku sudah menyimpan memori yang masih terbawa hingga kini, kadang aku tersenyum, merasa sedih, marah bahkan tertawa dalam tidur. Hal ini membuat ayah ibuku turut tersenyum yang selalu memperhatikan aku terlelap dalam tidur. Tangisku sudah dihapal orang tuaku, bisa karena ada seekor semut yang menyusup di balik bajuku, gigitan nyamuk, kondisi panas ruangan, pipis atau bab, rasa lapar atau karena butuh perhatian. Dan juga di saat tertentu aku menangis dan hanya butuh teman untuk bersenda gurau agar aku diperhatikan. Adalah rasa jumawa kedua orangtuaku bila mereka berhasil menidurkan aku di saat aku lagi merasa tidak nyaman atau ketika aku sepertinya mengalami kondisi sulit tidur. Tertidur membuat semua menjadi tenang dan orang tuaku juga menarik nafas lega.

Aku juga sudah pandai berkomunikasi, bahkan tak bosan-bosannya berbicara bahasa tarsan dengan kedua orang tuaku, bahkan juga ke oma dan tanteku dari ayah. Aku suka berbicara dengan mereka yang membuat aku dan mereka sama-sama tertawa. Pernah di saat aku sedang asyik mengobrol dengan ayahku, suasana hatiku berubah dan memarahi-marahi ayahku, hingga kemudian ayah membujuk dan aku kembali tersenyum. Entah apa yang dipikirkan aku saat itu. Di saat aku berkomunikasi dengan ayah ibuku sudah banyak suara-suara yang aku hasilkan, aku seolah-olah sudah bisa menyampaikan pendapat dan bertukar cerita walau hanya suara-suara coletahan dan gumaman saja. (*)

Kupang, 26 Maret 2016
©daonlontar.blogspot.com

comments

Catatan....!!!

Menulis bukan bakat, tetapi kemauan. Dalam kisah setiap orang pasti akan menuliskan apa ada yang ada di pikiran dan perasaannya.. Secara perlahan menulis mengantarkan seseorang menuju pencerahan, karena menulis membuat orang membaca dan sebaliknya membaca membuat orang menulis. Menulis merupakan pembelajaran, dan tidak hanya sekumpulan kalimat tetapi merupakan sekumpulan nilai dan makna. Kini cara menulis tidak lagi menggunakan pahat dan batu, tongkat dan pasir atau dengan kemajuan teknologi tidak lagi dengan tinta dan kertas tetapi sudah beranjak pada keyboard dan screen. Banyak kisah dan sejarah masa lalu yang tidak terungkap, karena tak ada yang mencatatnya atau bahkan lupa untuk mencatatnya. Mengutip kalimat singkat milik Pramoedya Anantatoer, “hidup ini singkat, kita fana, maka aku akan selalu mencatatnya! Agar kelak abadi di kemudian hari…” Catatan adalah sebuah kesaksian dan kadang juga menjadi sebuah pembelaan diri. Seseorang pernah memberiku sebuah diary, dengan sebuah catatan yang terselip. Kelak aku akan mengembalikannya dalam keadaan kosong karena aku telah mencatatnya di sini….!!!


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
;