Adalah Victoria Whyte, seorang backpacker asal Kanada yang membuat dokumentasi pendek tentang Kota Kupang. Perempuan cantik dengan panggilan Tori ini, begitu menyukai dan menikmati Kota Kupang. Ia mengawali kisah dari penerbangan selama 75 menit dari Bali ke Kupang - Pulau Timor dan berada di Kupang selama tiga minggu. Ia mengangkat tema video “two minute travels with Tori”, sebagai panduan praktis, yang membahas tentang penginapan, tempat makan, tempat hang out, transportasi (bemo) dan beberapa keunikan Kupang lainnya. Begitu juga dengan tempat wisata yang indah seperti Gua Kristal, air terjun Oenesu dan Pulau Kera. Kurangnya ketika ia melafalkan nama Kupang dengan Kupeng, sehingga terdengar seperti Kup-e-ng!.
Seminggu yang lalu, ada yang berbeda dari di kantor saya. Saat itu datang beberapa pekerja membangun dua buah tower tank (tandon) dibagian halaman belakang kantor. Dari masing-masing tandon tersebut dibangun pipa pancuran dengan lima mata leding. Salah satu bagian dari pipa pancuran diberikan bilik sedangkan yang satunya dibiarkan terbuka. Tidak hanya di luar gedung yang mengalami sedikit perubahan. Begitupun di dalam gedung. Meja, kursi dan perangkat lainnya yang semula berada di ruang rapat pimpinan dikeluarkan. Tak lama kemudian datang beberapa petugas yang membawa sejumlah karpet gulung.
Sambil menonton atau mengobrol di musim penghujan seperti ini paling nikmat jika ditemani dengan cemilan. Salah satunya adalah kacang rebus yang biasa dijual keliling hingga kompleks perumahan. Memang di musim penghujan seperti ini banyak ditemukan penjual kacang rebus di kota Kupang, mereka tidak menggunakan kereta dorong seperti di kota lainnya, namun membawa kacang rebus dengan pikulan atau juga dijunjung di atas kepala. Saya cukup menikmati kacang rebus, bahkan kucing jantan saya juga menggemarinya, seraya mengeong lagi setelah jatahnya rampung dilahap.
Di
antara Bulan November hingga April setiap tahunnya, beberapa kali sering
terjadi badai besar di pesisir Kota Kupang. Angin musim barat yang bertiup pada
musim penghujan tersebut sangat kencang hingga mengakibatkan gelombang laut
yang besar dan menghantam pesisir kota. Gelombang ini menghempas mulai dari
pesisir utara hingga barat pantai Kota Kupang yang berkisar 0,5 - 3,0 meter.
![]() |
photo: http://www.beadazzled.net
|
Dikisahkan pada masa kolonial, VOC
menekan raja-raja di Sabu agar menyediakan budak bagi kepentingan VOC yang
berkedudukan di Kupang. Namun tekanan itu menghasilkan perlawanan bagi
masyarakat Sabu yang dipimpin oleh Rai Dimu. Puncaknya pada tahun 1674, rakyat
Dimu merampas isi sebuah kapal VOC yang terdampar di pantai dan seluruh awak
kapal dibunuh. Berita ini membuat pimpinan VOC yang bermarkas di Kupang geram,
maka setahun kemudian dikirimlah suatu ekspedisi untuk menghancurkan Dimu.
Sehingga terjadilah perang yang berlangsung sengit antar dua pihak, namun
perang sepertinya berakhirnya seri hingga VOC kemudian mengumumkan gencatan
senjata. VOC menuntut rakyat Dimu untuk membayar ganti rugi sebanyak 300 budak,
150 tahel emas dan 150 tahel muti salak dengan kesepakatan VOC akan
meninggalkan Pulau Sabu. Dalam realisasinya, Dimu hanya membayar 240 budak, 80
tahel emas dan muti salak.
Langganan:
Postingan (Atom)
My Facebook
Catatan....!!!
Menulis bukan bakat, tetapi kemauan. Dalam kisah setiap orang pasti akan menuliskan apa ada yang ada di pikiran dan perasaannya.. Secara perlahan menulis mengantarkan seseorang menuju pencerahan, karena menulis membuat orang membaca dan sebaliknya membaca membuat orang menulis. Menulis merupakan pembelajaran, dan tidak hanya sekumpulan kalimat tetapi merupakan sekumpulan nilai dan makna. Kini cara menulis tidak lagi menggunakan pahat dan batu, tongkat dan pasir atau dengan kemajuan teknologi tidak lagi dengan tinta dan kertas tetapi sudah beranjak pada keyboard dan screen. Banyak kisah dan sejarah masa lalu yang tidak terungkap, karena tak ada yang mencatatnya atau bahkan lupa untuk mencatatnya. Mengutip kalimat singkat milik Pramoedya Anantatoer, “hidup ini singkat, kita fana, maka aku akan selalu mencatatnya! Agar kelak abadi di kemudian hari…” Catatan adalah sebuah kesaksian dan kadang juga menjadi sebuah pembelaan diri. Seseorang pernah memberiku sebuah diary, dengan sebuah catatan yang terselip. Kelak aku akan mengembalikannya dalam keadaan kosong karena aku telah mencatatnya di sini….!!!