Senin, 12 Maret 2012

Musim Barat di Pantai Kupang



Di antara Bulan November hingga April setiap tahunnya, beberapa kali sering terjadi badai besar di pesisir Kota Kupang. Angin musim barat yang bertiup pada musim penghujan tersebut sangat kencang hingga mengakibatkan gelombang laut yang besar dan menghantam pesisir kota. Gelombang ini menghempas mulai dari pesisir utara hingga barat pantai Kota Kupang yang berkisar 0,5 - 3,0 meter.

Sejak dahulu masyarakat di pesisir Kota Kupang biasa menyebut gelombang besar pada puncak musim barat dengan sebutan musim taon baru Cina. Tanpa perlu melihat kelender, masyarakat meyakini peristiwa angin kecang dan gelombang besar sebagai penanda akan memasuki tahun baru Cina atau Imlek di setiap tahunnya. Di tahun 1990-an saya hampir selalu melihat dan merasakan bagaimana ombak besar yang  begitu tinggi menghempas dan membasahi Jalan Siliwangi di depan barisan Toko Arjuna. Di masa itu juga sering muncul angin puting beliung yang terlihat di tengah laut Teluk Kupang, seperti angin tornado yang mengoyak isi perut laut. Masyarakat setempat menyebut kejadian tersebut dengan angin batubaliung, konon dinamakan demikian karena melihat banyak batu atau juga ikan yang masuk dalam putaran angin yang kencang hingga mereda dan jatuh kembali ke laut.

Berikut ini adalah momen-momen musim barat (west moesson) yang sempat diabadikan sekitar tahun 1920-an, masa Pemerintahan Belanda:



Photo: Tropenmuseum Royal Tropical Institute


photo: kupangklubhouse.com

photo: KITLV Leiden

photo: KITLV Leiden

photo: KITLV Leiden


Lokasi saat ini dari potret di atas adalah depan Restoran Pantai Laut dan Teddy’s Bar atau dahulunya sering disebut dengan Pos Satu. Sedangkan tanggul yang terlihat pada potret dibangun sekitar tahun 1840-an atas instruksi dari Residen Sluyter, yang merupakan pejabat setingkat gubernur saat itu. Tanggul tersebut kemudian pernah porak poranda digempur Angkatan Udara Sekutu di akhir Perang Dunia II. Sekitar akhir tahun 1980-an, dibangun pagar tinggi pembatas pantai yang menghalangi pandangan langsung ke laut dan kemudian di bongkar di tahun 2000-an, dan kini dibangun kembali tanggul yang sedikit menjorok ke laut seperti terlihat saat ini.
photo: kupangklubhouse.com


photo: kupangklubhouse.com


Di beberapa potret di atas juga diperlihatkan Pelabuhan Koepang dengan gudang-gudang atau loji milik pemerintah Belanda. Jika membandingkan dengan masa lalu bahwa Pelabuhan Koepang yang disinggahi kapal VOC secara reguler setiap tiga bulan sekali, namun bila terjadi musim barat maka kapal akan tertahan lebih lama lagi. Karena palabuhan yang dangkal dan sering diterpa oleh musim barat, maka pelabuhan ini dianggap tidak lagi representatif dan strategis. Sehingga pada tahun 1960-an, pelabuhan dipindahkan ke Tenau yang terlindung oleh keberadaan Pulau Semau dari arus gelombang yang besar.

Dampak dari puncaknya musim barat di Kota Kupang bukan hanya jalur transportasi antar pulau yang terhambat, tetapi juga harga ikan basah maupun ikan kering yang beranjak naik. Naiknya harga ikan karena banyak nelayan yang enggan melaut dan menyisakan beberapa nelayan bernyali yang melaut, dengan demikian pasokan ikan berkurang. Hal ini mengakibatkan warga kota beralih ke sumber protein lainnya seperti tahu, tempe dan daging. Selain itu angin musim barat dapat juga membawa kerusakan pada rumah-rumah penduduk. Setali tiga uang dengan Kota Kupang, wilayah pesisir Pulau Timor merasakan dampak yang sama bahkan hingga ke Pulau Rote dan Sabu.



Pantai Kupang di saat Musim Barat kini
Menerjang ombak di Pantai Kupang


Angin musim barat (muson barat) adalah angin yang bertiup pada akhir November hingga akhir Maret di Kupang. Angin ini bertiup di saat matahari berada di belahan bumi selatan, yang menyebabkan benua Australia sedang mengalami musim panas, sehingga daratan Australia mengalami tekanan minimum. Sedangkan benua Asia menjadi lebih dingin, sehingga daratan Asia memiliki tekanan maksimum. Walhasil angin bertiup dari benua Asia menuju benua Australia, dan karena menuju Selatan Khatulistiwa atau Equator, maka angin akan dibelokkan ke arah kiri. Pada siklus ini Kota Kupang mengalami musim penghujan karena adanya massa uap air yang dibawa oleh angin setelah melewati Samudra Pasifik dan Laut Cina Selatan. Jadi silahkan membayangkan bahwa air hujan yang menguyur Kota Kupang ternyata berasal dari kondensasi uap air yang terjadi di atas Samudra Pasifik dan Laut Cina Selatan, beribu-ribu kilometer dari Kota Kupang. Namun curah hujan di Kota Kupang terbilang sedikit dibandingkan dengan kota-kota lain di nusantara karena Kota Kupang berada di penghujung Benua Asia.

 Diolah dari berbagai sumber oleh penulis,

Kupang, 12 Maret 2012
©daonlontar.blogspot.com


comments

Catatan....!!!

Menulis bukan bakat, tetapi kemauan. Dalam kisah setiap orang pasti akan menuliskan apa ada yang ada di pikiran dan perasaannya.. Secara perlahan menulis mengantarkan seseorang menuju pencerahan, karena menulis membuat orang membaca dan sebaliknya membaca membuat orang menulis. Menulis merupakan pembelajaran, dan tidak hanya sekumpulan kalimat tetapi merupakan sekumpulan nilai dan makna. Kini cara menulis tidak lagi menggunakan pahat dan batu, tongkat dan pasir atau dengan kemajuan teknologi tidak lagi dengan tinta dan kertas tetapi sudah beranjak pada keyboard dan screen. Banyak kisah dan sejarah masa lalu yang tidak terungkap, karena tak ada yang mencatatnya atau bahkan lupa untuk mencatatnya. Mengutip kalimat singkat milik Pramoedya Anantatoer, “hidup ini singkat, kita fana, maka aku akan selalu mencatatnya! Agar kelak abadi di kemudian hari…” Catatan adalah sebuah kesaksian dan kadang juga menjadi sebuah pembelaan diri. Seseorang pernah memberiku sebuah diary, dengan sebuah catatan yang terselip. Kelak aku akan mengembalikannya dalam keadaan kosong karena aku telah mencatatnya di sini….!!!


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
;