Waktu memang bergulir cepat, usiaku sudah empat bulan. Di
saat rambutku mulai memanjang, yang kadang suka memelintirnya di saat menyusu.
Tanganku semakin kuat mencengkram dan bisa memegang mainan-mainanku. Kuku-kuku
jemariku cepat sekali memanjang, hingga ayah ibuku harus hati-hati untuk
memotongnya menjadi pendek, karena bisa saja melukai wajahku sendiri atau menyakiti
ayah ibuku. Kini aku tidak lagi serius menghitung jari jemari tetapii lebih suka menguncangkannya
kuat-kuat seperti orang dewasa yang baru habis menyelesaikan pekerjaan besar.
Kini tanganku juga sudah meraih jemari kaki-kakiku, mengengam erat dan ingin
meariknya lebih kuat
lagi. Jari-jemariku
juga sudah ingin menjelajah merasakan berbagai
tekstur
ferlak kasur hingga
apa yang berhasil aku raih.
Selasa, 10 Mei 2016
Feminisme,
Flobamora,
Perencanaan Pembangunan
Masih Suramnya Wajah Perempuan dan Anak Di Provinsi Nusa Tenggara Timur
Pembangunan
di berbagai bidang sejatinya ditujukan untuk seluruh penduduk, tanpa membedakan
laki-laki atau perempuan. Pada kenyataannya hasil pembangunan belum dirasakan
sama antara laki-laki dan perempuan, demikian juga dengan aspek pembangunan
yang belum menyentuh kebutuhan anak. Di sisi lain berbagai upaya telah
dilakukan dalam rangka meningkatkan kesetaraan dan keadilan Gender serta
pemenuhan hak anak. Sebagai gambaran data, keadaan penduduk tahun 2014
menunjukkan bahwa secara
umum penduduk perempuan
lebih banyak dibandingkan
laki-laki.
Persentase penduduk perempuan sebesar 50,45
persen sedangkan
laki-laki sebesar 49,55
persen. Sex ratio penduduk Nusa Tenggara Timur sebesar
98,23, artinya dari
setiap 100 penduduk perempuan terdapat 98
penduduk laki-laki.
Selasa, 03 Mei 2016
Perencanaan Pembangunan,
Ulas Buku
Profil Gender dan Anak Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2015
Permasalahaan
mendasar pembangunan adalah belum tersentuhnya hasil pembangunan ke
kelompok-kelompok masyarakat yang membutuhkan. Karena memiliki daya tawar yang
rendah maka kelompok ini sering terabaikan dalam pembangunan. Kelompok rentan
ini meliputi penduduk miskin, penduduk penyandang cacat, penduduk wilayah
terpencil, penduduk usia lanjut, petani, nelayan dan sebagainya. Dalam
kelompok-kelompok tersebut perempuan dan anak adalah kelompok terbesar yang
seharusnya juga mendapatkan perhatian. Atas dasar tersebut kesetaraan Gender
telah menjadi perhatian dan menjadi salah satu strategi pembangunan nasional.
Namun hal ini perlu ditunjang dengan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan
Pengarusutamaan Gender antar kementerian dan lembaga, antar-tingkat
pemerintahan hingga antar-kewilayahan. Sehingga koordinasi sangat diperlukan
dalam terutama dalam menyusun Program dan kegiatan yang memberikan manfaat
kepada kelompok perempuan dan laki-laki.
Aku sudah berusia 3 bulan sekarang,
sudah seperempat tahun masaku. Menurut buku petunjuk pengasuhan bayi, aku sudah
boleh dibawa keluar rumah mengenal lingkungan tempat tinggal disekitarku. Aku
juga sudah mengenal bagian tubuhku, aku selalu memperhatikan jemariku dengan
seksama, mengengamnnya, menguncangkannya dan seolah mulai berhitung, dan
berhitung sepertinya adalah pengalaman manusia sejak dilahirkan. Sejak bulan
kedua aku memang suka memasukan jari di dalam mulutku, hingga kini aku bisa
memasukan keempat jari dalam mulutku dan bergantian jari kanan dan kiri. Sekarang
mulutku juga sering mengeluarkan sedikit lidah seperti menyusu, memainkan lidah
seperti bercanda dan itu membuat orang tuaku tertawa.
Usiaku sudah
hampir tiga bulan dan orangtuaku baru memiliki kesempatan untuk menghidupkan
syiar dan sunnah Rasulullah SAW dengan mengadakan tasyakuran/aqiqahku. Seekor
kambing jantan berwarna kream yang kuat dan sehat telah disediakan, untuk
disembelih sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT dengan niat dan syarat
tertentu. Kata aqiqah berasal dari kata Al-Aqqu yang berarti memotong, yang
dimaksudkan rambut di kepala aku yang baru lahir. Sehingga Kambing yang
dipotong di sebut aqiqah karena rambutku dipotong setelah kambing jantan yang
disiapkan oleh ayah disembelih. Semoga kambingku yang menjadi wujud pengorbanan
menjadi penebusku, seperti Nabi Ismail yang ditebus dengan seekor kibas
(kambing) dalam kisah Nabi Ibrahim AS. Ada juga pendapat bahwa aqiqah adalah
pembebasan diriku dari jin yang mengiringi semenjak lahir. Selain itu dengan
aqiqah aku telah dapat melepaskan syafaat bagi kedua orangtuaku.
Budaya Kosu, foto: fb
Atoni van Timor
Kebudayaan
itu seperti spora yang yang terbawa angin, entah kemana dan kemudian akan
tumbuh dan menjadi sebuah kebudayaan sebagai jejak dari kebudayaan asalnya,
atau seperti biji-bijian yang di bawa burung dalam perutnya untuk dibuang ke
ranah jauh, bertumbuh dan menjadi pohon kebudayaan yang baru di tanah tempat
berlabuh. Sulit untuk menemukan asal muasal budaya karena budaya tumbuh tanpa
pemberitahun, bergerak tanpa peta dan berkembang tanpa mengenal dimensi.
Kini umurku sudah dua bulan, aku semakin
bertumbuh. Pusarku juga sudah mengering. Karena lama mengering banyak teman-teman ayah
yang mengatakan aku akan menjadi anak yang hemat, pandai mengelola keuangan dan
anak yang pandai menjaga barang-barang miliknya. Sekarang juga tidurku sudah
mengikuti jadwal tidur ayah dan ibuku, aku bisa tertidur lelap bersama
istirahat malamnya kedua orang tuaku. Sekarang aku sedang berada di rumah oma,
dan inilah liburan aku yang pertama mengunjungi oma dan tente dari ayahku.
Langganan:
Postingan (Atom)
My Facebook
Catatan....!!!
Menulis bukan bakat, tetapi kemauan. Dalam kisah setiap orang pasti akan menuliskan apa ada yang ada di pikiran dan perasaannya.. Secara perlahan menulis mengantarkan seseorang menuju pencerahan, karena menulis membuat orang membaca dan sebaliknya membaca membuat orang menulis. Menulis merupakan pembelajaran, dan tidak hanya sekumpulan kalimat tetapi merupakan sekumpulan nilai dan makna. Kini cara menulis tidak lagi menggunakan pahat dan batu, tongkat dan pasir atau dengan kemajuan teknologi tidak lagi dengan tinta dan kertas tetapi sudah beranjak pada keyboard dan screen. Banyak kisah dan sejarah masa lalu yang tidak terungkap, karena tak ada yang mencatatnya atau bahkan lupa untuk mencatatnya. Mengutip kalimat singkat milik Pramoedya Anantatoer, “hidup ini singkat, kita fana, maka aku akan selalu mencatatnya! Agar kelak abadi di kemudian hari…” Catatan adalah sebuah kesaksian dan kadang juga menjadi sebuah pembelaan diri. Seseorang pernah memberiku sebuah diary, dengan sebuah catatan yang terselip. Kelak aku akan mengembalikannya dalam keadaan kosong karena aku telah mencatatnya di sini….!!!