Akhir bulan kemarin saya
berkunjung ke Gramedia Kota Kupang, tidak seperti biasanya di lantai dua tempat
penjualan buku, begitu baru masuk telah tampak tumpukan buku yang
sengaja ditampilkan paling depan. Buku itu tak lain dari Biografi Chairul Tanjung, Si Anak Singkong, buku yang memang lagi promo besar-besaran. Sambil lalu melihat
sebentar, sayapun beranjak kedalam melihat
beberapa buku lainnya. Di sela melihat-lihat buku, terdengar musik yang kemudian diisi dengan advertisement buku Si Anak Singkong, disuarakan oleh operator yang bertugas saat itu. Tak selang
beberapa waktu diputar lagi iklan buku yang sama, namun
kali ini adalah iklan yang sudah direcord sebelumnya dan tampaknya diperdengarkan di seluruh toko buku Gramedia se-Indonesia.
Hadirnya buku ini terkesan unik, terutama dalam hal pemasarannya. Sepengetahuan saya belum ada buku biografi yang dipasarkan dengan
iklan yang berjibun. Seperti kontan beberapa kali iklan di layar televisi, yang ditayangkan di
Trans Tv dan Trans 7. Kemudian lagi bahwa buku ini juga tersedia di Carrefour yang notabene adalah
swalayan yang bukan spesialis dalam penjualan buku. Tak hanya itu di toko-toko buku online, buku ini tampil di
baranda dengan predikat sebagai buku terlaris. Namun demikian masih
ditambah lagi dengan bumbu pemasaran
yaitu tentang kontroversial sang penulis buku antara sang
penyusun dengan
ghost writer-nya, menarik bukan!. Mungkin dengan
strategi tersebut, membuat saya akhirnya membeli juga.
Dari rangkaian promosi
besar-besaran dan kontroversial sang penulis, banyak yang mengkritik
kehadiran buku ini. Simak saja beberapa tulisan di dunia maya berupa tanggapan terhadap
buku ini dengan berbagai penilaian. Prespektif miringpun hadir dan seolah
menjadi antipati. Soal bahwa buku ini lebih pada pencitraan ketimbang pada
berbagi pengalaman, atau sesuatu yang lebih tergesa-gesa dibandingkan sesuatu
yang dipersiapkan secara paripurna. Fenomena inilah yang mempengaruhi keputusan
seseorang untuk membeli atau membaca buku ini, atau tidak!
Namun ada baiknya bahwa buku ini harus dibaca terlebih
dahulu. Dan setelah membacanya maka kita akan selalu mengambil kesimpulannya.
Bahwa doa dan kerja keras akan bersinergi dan menghasilkan kegemilangan dalam
hidup, bahkan bisa dibilang karya ini semacam oase terhadap pencapaian
prestasi yang perlu dipelajari oleh generasi yang menginginkan perubahan. Dengan belajar
dari pengalaman orang lain, kita tidak perlu membuang ongkos terlalu banyak
untuk mengikuti jejak orang lain yang telah sukses, dengan berbagai rintangan,
semangat dan hasil. Sehingga bukan hanya hiruk-pikuk terbitnya buku yang lebih
artifisial, namun seharusnya urgensi substansi yang perlu didalami. Walau di
awal saya sempat dibinggungkan dengan maksud “anak singkong” yang nihil
penjelasannya atau hanya prespektif saya pribadi saja. Namun akhirnya saya mengerti juga mengapa peran berbagai media dalam
mempromosikan buku tersebut, yang adalah konsep terpadu dalam sebuah corporate resource, baik yang dimiliki
sendiri olehnya atau berpatner dengan pihak lain.
Buku ini memang kotroversial, tetapi tidak selamanya
kontoversial dalam hikmah….!
Jakarta, 18 September 2012
©daonlontar.blogspot.com
©daonlontar.blogspot.com