Selasa, 16 Oktober 2012

Lukisan Kupang Tempo Doeloe




Sejarah Kota Kupang dapat ditelusuri dari berbagai sumber tertulis yang terdokumentasi. Catatan dari berbagai kalangan tersebut, tentu perlu ditunjang oleh gambar yang setidaknya memberikan pengalaman visual. Kita telah sering melihat dokumentasi foto kupang tempo doloe yang rata-rata di awal abad ke-20 atau di atas tahun 1900-an, namun sulit untuk mendapatkan visualisasi abad ke-19. Sehingga sumber lain yang dapat membantu visualisasi adalah lukisan Kupang tempo doloe. Jika kita berpikir lebih cerdas, maka lukisan dapat memberikan sumber informasi Kota Kupang di masa lalu.

Dengan keterbatasan informasi sejarah Kota Kupang masa lalu, salah satu sumber yang membantu adalah melalui lukisan. Lukisan adalah sebuah representasi seni yang menghasilkan wujud karya seni. Mengingat Seni lukis adalah salah satu cabang dari seni rupa, tak heran bila seni ini telah berkembang dari masa lalu. Walau kemudian lukisan tentang Kupang di masa lalu sangat terbatas. Beberapa pelukis yang berkesempatan melukis tentang Kota Kupang di masa lalu adalah para pelukis abad ke-19 seperti Felice Campi (1764-1817) dan Francesco Citterio,  Keduanya berkebangsaan Italia, sedangkan Alphonse Pellion, Jacques Etienne Victor Arago (1790-1855) dan Pierre Antoine Marchais (1763-1859) adalah pelukis-pelukis berkebangsaan Prancis. Kelima pelukis tersebut mewakili aliran romantisme yang cenderung dimiliki oleh para pelukis Eropa Barat saat itu, yang turut mempengaruhi perkembanngan seni lukis di tanah air. Lukisan dengan aliran ini berusaha membangkitkan kenangan romantis dan keindahan di setiap objeknya baik berupa pemandangan alam dan aktivitas manusia yang dilatarinya. Berikut adalah beberapa lukisan tentang Kota Kupang di abad ke-19:

 1)  Boatyard near Kupang, Timor, plate 9 from 'Le Costume Ancien et Moderne' By Felice Campi


Lukisan Felice Campi ini mengetengahkan gambar orang-orang Eropa yang sedang berdiskusi tentang pembuatan perahu kayu, tampak pekerja sementara berhenti sambil menunggu arahan lebih lanjut. Selain itu ada seorang Cina yang mungkin adalah pemilik perahu tersebut, beserta orang Eropa lainnya yang sepertinya sedang mengkalkulasi biaya pengerjaan sebuah perahu sebagai dasar penetapan pajak. Perahu-perahu tersebut digunakan untuk mengangkut hasil bumi Pulau Timor berupa cendana dan lilin yang telah dikumpulkan di pesisir utara Pulau Timor untuk diambil dan dibawa ke Pelabuhan Koepang untuk selanjutnya dipasarkan hingga Eropa.

2)   Domestic life in Kupang, Timor, plate 10 from 'Le Costume Ancien et Moderne' By Felice Campi 


Gambar dalam lukisan ini memperlihatkan aktivitas domestik masyarakat Kota Kupang abad ke-19 seperti mengasuh bayi, menumbuk lumpang, memasak atau beristirahat. Kehidupan tradisional seperti inilah yang dijalani sehari-hari rumah tangga penduduk lokal. Terlihat juga bentuk rumah tinggal dan kerimbunan pepohonan yang menaugi penduduk.

3)   Naturalists question natives near Kupang, Timor, plate 7 from 'Le Costume Ancien et Moderne' By Felice Campi 


Ini adalah gambaran lukisan yang memperlihatkan interaksi antara orang Eropa dengan penduduk lokal. Selain kepentingan dagang dan pemerintahan kolonial, di tanah koloni juga berdatangan para peneliti alam dan manusia yang biasa disebut dengan naturalist. Mereka datang untuk mengamati dan mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang bidang yang ditekuni dan menanyakan segala hal tentang alam, tetumbuhan, hewan hingga kebiasaan manusia kepada masyarakat lokal. Semuanya mereka catat dengan baik dan kelak sesampainya di Eropa mereka terbitkan sebagai buku. Seorang naturalis yang cukup terkenal yang pernah mendatangi Kupang adalah Alfred Russel Wallace (1823-1913).

4)  Carpentry Workshop in Kupang, Timor, plate 6 from 'Le Costume Ancien et Modern', 1820-30s By Francesco Citterio 


Lukisan ini memperlihatkan beragamnya aktivitas masyarakat kota Kupang di awal abad ke-19, seperti pertukangan kayu, tukang besi, buruh pengangkut dan pekerjaan lainnya. Dalam lukisan juga terlihat dua orang Cina yang menekuni usaha perkayuan, dan memang awal mulanya orang Cina yang memiliki ketrampilan dalam usaha mebel. Dibandingkan dengan lukisan Felice Campi, juga sering terlihat keberadaan orang-orang Cina, yang mengindikasikan tiadanya jarak antara orang Cina dengan masyarakat pribumi kala itu. Orang Cina saat itu masih memakai taucang yaitu rambut yang sengaja dipanjangkan dan dikuncir di bagian belakang.

5)   Different Costumes of the People of Coupang, Timor, from Voyage Austour du Monde sur les Corvettes de LUranie 1817-20 engraved by Prot, published 1825 By Alphonse Pellion


Lukisan ini memperlihatkan gaya berpakaian masyarakat Kota Kupang, disamping keberadaan alat musik harpa. Namun lukisan ini cendrung memperlihatkan keberadaan nyonya besar yang sedang dilayani baik oleh pembawa minum dan hiburan dari pemain musik. Kedudukan nyonya yang lebih tinggi terlihat dari jubah yang digunakan, kursi mewah dan keberadaan tempolong kuningan untuk meludah.

6)   Interior of a House in Coupang, Timor, from Voyage Autour du Monde sur les Corvettes de LUranie 1817-20, engraved by Lerouge and Forget, published 1825 By Alphonse Pellion 


Gambaran interior rumah penduduk lokal di Kota Kupang dapat terlihat pada lukisan tersebut, tiada lukisan berbingkai yang menjadi hiasan dinding namun senjata seperti kalewang telah menjadi ornamen penghias dinding rumah penduduk lokal. Terlihat juga belum adanya lemari sehingga pakaian masih di gantungkan di dinding. Dalam gambar terlihat seorang petugas Eropa bersenjata sedang mengunjungi rumah penduduk sambil melihat permainan congklak yang dimainkan penghuni rumah.

7)   View of the Bazaar at Coupang, Timor, from Voyage Autour du Monde sur les Corvettes de LUranie 1817-20 engraved by Pomel, published 1825 By Alphonse Pellion


Lukisan ini memperlihatkan aktivitas pasar di Kota Kupang pada abad ke-19, manariknya terlihat aksi kriminal berupa penikaman terhadap seorang penduduk lokal dengan pisau dan darah berceceran, korban berusaha ditolong oleh seorang Eropa. Kehidupan sosial di pasar yang mempertemukan banyak orang seringkali mengakibatkan tindak kejahatan, sehingga selalu dalam pengawasan pemerintah Belanda kala itu. Salah satunya terlihat dalam gambar dengan kedatangan seorang opas (agen polisi Belanda dengan ciri khas tidak bersepatu) yang melerai perkelahian antara seorang anak kecil melawan orang dewasa yang mengakibatkan penikaman. Kejadian tersebut menjadi perhatian masyarakat lokal disekitar, yang berjualan dan berdagang serta orang-orang Cina di depan tokonya.

8)   Rose de Freycinet and her Husband Visiting Monsieur Tilleman at Coupang, Timor By Jacques Etienne Victor Arago 


Berbeda dengan lukisan Interior of a House in Coupang, Timor. Lukisan ini memperlihatkan interior rumah pejabat kolonial di masa tersebut. Interior dalam ruangan begitu modern dengan dinding tembok putih yang dihiasi banyak lukisan berbingkai, pintu dengan tirai, letak meja kursi dan lampu-lampu gantung yang banyak, serta warna lantai ubin yang menarik sehingga secara keseluruhannya terlihat elegan. Dalam lukisan digambarkan jamuan yang tengah diberikan oleh Monsieur Tilleman, seorang pejabat kolonial yang berkedudukan sebagai kepala garnisun Benteng Concordia di Kota Kupang terhadap tamunya para penjelajah, Rose de Freycinet dan suaminya Louis de Freycinet. Mereka berpakaian jas dan gaun khas Eropa sambil dilayani para pelayan dan diberikan sugguhan permainan musik oleh penduduk lokal untuk menghibur.

9)   View of the interior of the Chinese Temple at Kupang on the Island of Timor By Pierre Antoine Marchais


Lukisan ini memperlihatkan interior bagian dalam Kuil China di Kota Kupang. Kemungkinan bangunan yang dimaksud adalah Kelenteng Lay, yang memang sudah ada sejak awal tahun 1800-an. Ini menggambarkan kuil Cina dengan berbagai ornamen yang sederhana, dan saat ini Kelenteng Lay telah beberapa kali direhab yang terletak di pusat Kota Kupang atau tak seberapa jauh dari Gereja Kota Kupang. Tambahan juga bahwa dari beberapa judul lukisan di atas yang dilukiskan oleh orang Prancis, menggunakan sebutan Coupang untuk Kupang, dengan demikian nama Coupang di masa lalu adalah nama lain dari nama Koepang.

Rangkaian lukisan ini bersumber dari www.1st-art-gallery.com yang merupakan sebuah perusahaan online yang menyediakan layanan reproduksi lukisan minyak buatan tangan dengan market terbesar di dunia. Selain di situs tersebut gambar di sini juga dapat ditemukan pada galeri lukisan pada website lainnya seperti: www.bridgemanart.com, www.magnoliabox.com, www.artchive.com, www.niceartgallery.com, www.fineartbase.com, www.perfect-gallery.com, www.bridgemanartondemand.com, www.oil-painting-reproduction.com dan masih banyak lagi! (*)

Ketika berusaha menghayati lukisan!
Kupang, 16 Oktober 2012
©daonlontar.blogspot.com

Baca Juga:

Ambigu dalam Lukisan Tempo Doeloe

  comments

Catatan....!!!

Menulis bukan bakat, tetapi kemauan. Dalam kisah setiap orang pasti akan menuliskan apa ada yang ada di pikiran dan perasaannya.. Secara perlahan menulis mengantarkan seseorang menuju pencerahan, karena menulis membuat orang membaca dan sebaliknya membaca membuat orang menulis. Menulis merupakan pembelajaran, dan tidak hanya sekumpulan kalimat tetapi merupakan sekumpulan nilai dan makna. Kini cara menulis tidak lagi menggunakan pahat dan batu, tongkat dan pasir atau dengan kemajuan teknologi tidak lagi dengan tinta dan kertas tetapi sudah beranjak pada keyboard dan screen. Banyak kisah dan sejarah masa lalu yang tidak terungkap, karena tak ada yang mencatatnya atau bahkan lupa untuk mencatatnya. Mengutip kalimat singkat milik Pramoedya Anantatoer, “hidup ini singkat, kita fana, maka aku akan selalu mencatatnya! Agar kelak abadi di kemudian hari…” Catatan adalah sebuah kesaksian dan kadang juga menjadi sebuah pembelaan diri. Seseorang pernah memberiku sebuah diary, dengan sebuah catatan yang terselip. Kelak aku akan mengembalikannya dalam keadaan kosong karena aku telah mencatatnya di sini….!!!


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
;