Sejarah Kota Kupang dapat ditelusuri dari
berbagai sumber tertulis yang terdokumentasi. Catatan dari berbagai
kalangan tersebut, tentu perlu ditunjang
oleh gambar yang setidaknya memberikan
pengalaman
visual. Kita telah sering melihat dokumentasi foto kupang tempo doloe yang
rata-rata di awal abad ke-20 atau di atas tahun 1900-an, namun
sulit untuk mendapatkan visualisasi abad ke-19. Sehingga sumber lain yang dapat
membantu visualisasi adalah lukisan Kupang tempo doloe. Jika kita berpikir
lebih cerdas, maka lukisan dapat memberikan
sumber
informasi Kota Kupang di masa lalu.
Dengan keterbatasan informasi sejarah Kota Kupang masa lalu, salah satu sumber yang membantu adalah melalui lukisan. Lukisan adalah sebuah representasi seni yang menghasilkan wujud karya seni. Mengingat Seni lukis adalah salah satu cabang dari seni rupa, tak heran bila seni ini telah berkembang dari masa lalu. Walau kemudian lukisan tentang Kupang di masa lalu sangat terbatas. Beberapa pelukis yang berkesempatan melukis tentang Kota Kupang di masa lalu adalah para pelukis abad ke-19 seperti Felice Campi (1764-1817) dan Francesco Citterio, Keduanya berkebangsaan Italia, sedangkan Alphonse Pellion, Jacques Etienne Victor Arago (1790-1855) dan Pierre Antoine Marchais (1763-1859) adalah pelukis-pelukis berkebangsaan Prancis. Kelima pelukis tersebut mewakili aliran romantisme yang cenderung dimiliki oleh para pelukis Eropa Barat saat itu, yang turut mempengaruhi perkembanngan seni lukis di tanah air. Lukisan dengan aliran ini berusaha membangkitkan kenangan romantis dan keindahan di setiap objeknya baik berupa pemandangan alam dan aktivitas manusia yang dilatarinya. Berikut adalah beberapa lukisan tentang Kota Kupang di abad ke-19:
Dengan keterbatasan informasi sejarah Kota Kupang masa lalu, salah satu sumber yang membantu adalah melalui lukisan. Lukisan adalah sebuah representasi seni yang menghasilkan wujud karya seni. Mengingat Seni lukis adalah salah satu cabang dari seni rupa, tak heran bila seni ini telah berkembang dari masa lalu. Walau kemudian lukisan tentang Kupang di masa lalu sangat terbatas. Beberapa pelukis yang berkesempatan melukis tentang Kota Kupang di masa lalu adalah para pelukis abad ke-19 seperti Felice Campi (1764-1817) dan Francesco Citterio, Keduanya berkebangsaan Italia, sedangkan Alphonse Pellion, Jacques Etienne Victor Arago (1790-1855) dan Pierre Antoine Marchais (1763-1859) adalah pelukis-pelukis berkebangsaan Prancis. Kelima pelukis tersebut mewakili aliran romantisme yang cenderung dimiliki oleh para pelukis Eropa Barat saat itu, yang turut mempengaruhi perkembanngan seni lukis di tanah air. Lukisan dengan aliran ini berusaha membangkitkan kenangan romantis dan keindahan di setiap objeknya baik berupa pemandangan alam dan aktivitas manusia yang dilatarinya. Berikut adalah beberapa lukisan tentang Kota Kupang di abad ke-19:
1) Boatyard near Kupang, Timor, plate 9 from 'Le Costume Ancien
et Moderne' By Felice Campi
Lukisan Felice Campi ini
mengetengahkan gambar orang-orang Eropa
yang sedang berdiskusi tentang pembuatan
perahu kayu, tampak pekerja sementara berhenti sambil menunggu arahan lebih
lanjut. Selain itu ada seorang Cina yang mungkin adalah pemilik perahu
tersebut, beserta orang Eropa lainnya yang sepertinya sedang mengkalkulasi
biaya pengerjaan sebuah perahu sebagai dasar penetapan pajak. Perahu-perahu
tersebut digunakan untuk mengangkut hasil bumi Pulau Timor berupa cendana dan
lilin yang telah dikumpulkan di pesisir utara Pulau Timor untuk diambil dan
dibawa ke Pelabuhan Koepang untuk selanjutnya dipasarkan hingga Eropa.
2) Domestic life in Kupang,
Timor, plate 10 from 'Le Costume Ancien et Moderne' By
Felice Campi
Gambar dalam lukisan ini memperlihatkan aktivitas
domestik masyarakat Kota Kupang abad ke-19 seperti mengasuh bayi, menumbuk
lumpang, memasak atau beristirahat. Kehidupan tradisional seperti inilah yang
dijalani sehari-hari rumah tangga penduduk lokal. Terlihat juga bentuk rumah
tinggal dan kerimbunan pepohonan yang menaugi penduduk.
3) Naturalists question
natives near Kupang, Timor, plate 7 from 'Le Costume Ancien et Moderne' By Felice Campi
Ini
adalah gambaran lukisan yang memperlihatkan interaksi antara orang Eropa dengan
penduduk lokal. Selain kepentingan dagang dan pemerintahan kolonial, di tanah
koloni juga berdatangan para peneliti alam dan manusia yang biasa disebut
dengan naturalist. Mereka datang
untuk mengamati dan mencari
informasi sebanyak-banyaknya tentang bidang yang ditekuni dan menanyakan segala
hal tentang alam, tetumbuhan, hewan hingga kebiasaan manusia kepada masyarakat
lokal. Semuanya mereka catat dengan baik dan kelak sesampainya di Eropa mereka
terbitkan sebagai buku. Seorang naturalis yang cukup terkenal yang pernah
mendatangi Kupang adalah Alfred Russel Wallace
(1823-1913).
4) Carpentry Workshop in Kupang, Timor, plate 6 from 'Le Costume
Ancien et Modern', 1820-30s By Francesco
Citterio
Lukisan ini
memperlihatkan beragamnya aktivitas masyarakat kota Kupang di awal abad ke-19, seperti
pertukangan kayu, tukang besi, buruh pengangkut dan pekerjaan lainnya. Dalam
lukisan juga terlihat dua orang Cina yang menekuni usaha perkayuan, dan memang
awal mulanya orang Cina yang memiliki ketrampilan dalam usaha mebel. Dibandingkan dengan lukisan Felice Campi,
juga sering terlihat keberadaan orang-orang Cina, yang mengindikasikan tiadanya
jarak antara orang Cina dengan masyarakat pribumi kala itu. Orang Cina saat itu
masih memakai taucang yaitu rambut yang sengaja
dipanjangkan dan dikuncir di bagian belakang.
5) Different Costumes of the
People of Coupang, Timor, from Voyage Austour du Monde sur les Corvettes de
LUranie 1817-20 engraved by Prot, published 1825 By Alphonse Pellion
Lukisan
ini memperlihatkan gaya berpakaian masyarakat Kota Kupang, disamping keberadaan
alat musik harpa. Namun lukisan ini cendrung memperlihatkan keberadaan nyonya
besar yang sedang dilayani baik oleh pembawa minum dan hiburan dari pemain
musik. Kedudukan nyonya yang lebih tinggi terlihat dari jubah yang digunakan,
kursi mewah dan keberadaan tempolong kuningan untuk meludah.
6) Interior of a House in Coupang, Timor, from Voyage Autour du Monde sur les
Corvettes de LUranie 1817-20, engraved by Lerouge and Forget, published 1825 By Alphonse Pellion
Gambaran
interior rumah penduduk lokal di Kota Kupang dapat terlihat pada lukisan
tersebut, tiada lukisan berbingkai yang menjadi hiasan dinding namun senjata
seperti kalewang telah menjadi ornamen penghias dinding rumah penduduk lokal.
Terlihat juga belum adanya lemari sehingga pakaian masih di gantungkan di
dinding. Dalam gambar terlihat seorang petugas Eropa bersenjata sedang mengunjungi
rumah penduduk sambil melihat permainan congklak yang dimainkan penghuni rumah.
7) View of the Bazaar at
Coupang, Timor, from Voyage Autour du Monde sur les Corvettes de LUranie
1817-20 engraved by Pomel, published 1825 By
Alphonse Pellion
Lukisan
ini memperlihatkan aktivitas pasar di Kota
Kupang pada abad ke-19, manariknya terlihat aksi
kriminal berupa penikaman terhadap seorang penduduk lokal dengan pisau dan
darah berceceran, korban berusaha ditolong oleh seorang Eropa. Kehidupan sosial
di pasar yang mempertemukan banyak orang seringkali mengakibatkan tindak
kejahatan, sehingga selalu dalam pengawasan pemerintah Belanda kala itu. Salah
satunya terlihat dalam gambar dengan kedatangan seorang opas (agen polisi
Belanda dengan ciri khas tidak bersepatu) yang melerai perkelahian antara
seorang anak kecil melawan orang dewasa yang mengakibatkan penikaman. Kejadian
tersebut menjadi perhatian masyarakat lokal disekitar, yang berjualan dan
berdagang serta orang-orang Cina di depan tokonya.
8) Rose de Freycinet and her
Husband Visiting Monsieur Tilleman at Coupang, Timor By
Jacques Etienne Victor Arago
Berbeda dengan lukisan Interior of a House in Coupang, Timor. Lukisan
ini memperlihatkan interior rumah pejabat kolonial di masa tersebut. Interior
dalam ruangan begitu modern dengan dinding tembok putih yang dihiasi banyak
lukisan berbingkai, pintu dengan tirai, letak meja kursi dan lampu-lampu
gantung yang banyak, serta warna lantai ubin yang menarik sehingga secara
keseluruhannya terlihat elegan. Dalam lukisan digambarkan jamuan yang tengah diberikan
oleh Monsieur Tilleman, seorang pejabat kolonial yang berkedudukan sebagai
kepala garnisun Benteng Concordia di Kota Kupang terhadap tamunya para
penjelajah, Rose de Freycinet dan suaminya Louis de Freycinet. Mereka
berpakaian jas dan gaun khas Eropa sambil dilayani para pelayan dan diberikan
sugguhan permainan musik oleh penduduk lokal untuk menghibur.
9) View of the interior of
the Chinese Temple at Kupang on the Island of Timor By
Pierre Antoine Marchais
Lukisan
ini memperlihatkan interior bagian dalam Kuil China di Kota
Kupang. Kemungkinan bangunan yang dimaksud adalah Kelenteng
Lay, yang memang sudah ada sejak awal tahun 1800-an. Ini menggambarkan kuil Cina
dengan berbagai ornamen yang sederhana, dan saat ini Kelenteng Lay telah
beberapa kali direhab yang terletak di pusat Kota Kupang atau tak seberapa jauh
dari Gereja Kota Kupang. Tambahan juga bahwa dari beberapa judul lukisan
di atas yang dilukiskan oleh orang Prancis, menggunakan sebutan Coupang untuk Kupang, dengan demikian
nama Coupang di masa lalu adalah nama lain dari nama Koepang.
Rangkaian lukisan ini
bersumber dari www.1st-art-gallery.com yang merupakan
sebuah perusahaan online yang menyediakan layanan reproduksi lukisan minyak
buatan tangan dengan market terbesar di dunia. Selain di situs tersebut gambar
di sini juga dapat ditemukan pada galeri lukisan pada website lainnya seperti: www.bridgemanart.com, www.magnoliabox.com, www.artchive.com, www.niceartgallery.com, www.fineartbase.com, www.perfect-gallery.com, www.bridgemanartondemand.com, www.oil-painting-reproduction.com dan masih banyak lagi! (*)
Ketika berusaha menghayati lukisan!
Kupang, 16 Oktober 2012
©daonlontar.blogspot.com
©daonlontar.blogspot.com