Mungkin benar adanya bahwa peradaban manusia yang terus berkembang hingga saat ini adalah bentuk ketakutan dari
kematian manusia. Manusia berusaha untuk selalu meninggalkan sesuatu sebagai jejaknya,
entah untuk dikenang atau untuk menjadi amal jariahnya di bumi. Baik itu berupa
khazanah pemikiran, ilmu, lukisan, puisi, buku, arsitektur dan lain sebagainya.
Dan kiranya bila kematian datang maka nama mereka akan selalu disebut seolah
mereka menjadi nan abadi. Sampai pada kekuatiran bahwa dunia mengingat kita
atau dunia yang melupakan kita.
Salah satu
bentuk usaha manusia sejak zaman prasejarah untuk meninggalkan jejaknya adalah
dengan melukis di dinding karang, dinding gua atau langit-langit gua yang kemudian disebut
dengan rock art, menggambarkan kehidupan di zaman prasejarah yang menyangkut
kehidupan budaya, sosial dan ekonomi berserta kepercayaan masyarakat. Berbagai gambar memperlihatkan misteri yang kadang sulit
dipecahkan oleh manusia modern saat ini. Memang saat itu masih terkesan sangat
tradisional bertalian
dengan upacara-upacara penghormatan nenek moyang, upacara penguburan, inisiasi, klenik dan membentuk semacam milestone untuk memperingati suatu kejadian yang
penting. Peristiwa yang setidaknya telah terjadi 40.000 tahun lalu
dapat dirasakan feel-nya oleh manusia
modern saat ini. Lukisan gua menjadi perwakilan kata-kata sebagai pesan dari
masa silam.
Bagaimana dengan
kehidupan modern saat ini, karena masing-masing memiliki apresiasi tersendiri
dari pilihan kehidupan ini, maka sebagai bentuk ketakutan itu dijewantahkan dalam
sesuatu yang baik berupa materi dan non materi. Kita bisa melihatnya dari
begitu banyaknya buku-buku yang telah ditulis oleh berbagai orang dari belahan
dunia manapun, mereka merangkum hikmah hidup dan menyebarluaskannya. Banyak
yang telah memiilih cara lain yaitu dengan menulis melalui dunia maya. Jika
dikaitkan dengan prolog di atas kita tak ubahnya dengan manusia purba yang
berusaha merekam gejala sosial dan mengabadikannnya di dinding zaman melalui
kemajuan dunia maya saat ini.
ketika masa manusia
prasejarah mereka belum mengenal tulisan atau aksara, mereka hanya bisa
mengambar sebagai media komunikasi kepada manusia saat ini. Bandingkan dengan
manusia modern yang saat ini telah mempu mengabadikan tulisan dan apapun
kedalam layar digital. Manusia prasejarah meninggalkan lukisan pada gua-gua
yang merupakan penggambaran ekspresi berupa harapan, pengalaman, perlindungan
dan perjuangan yang masih sangat terikat dengan alam. Maka kini hal itu telah
bertransformasi membentuk manusia yang selalu menggambarkan kehidupan saat ini
yang serba modern dan begitu kompleks yang kemudian dilestarikan dalam berbagai
bentuk yang salah satunya adalah dalam dunia digital, dunia maya. Sama halnya
dengan manusia modern saat ini, bahwa kebutuhan mengabadikan sesuatu
dikarenakan kebutuhan akan rasa aman telah terpenuhi, sebelumnya dimana manusia prasejarah masih nomaden keselamatan relatif belum terjamin, sehingga tak memiliki
kesempatan untuk membuat sesuatu yang dapat merekam masa mereka untuk diketahui
di masa depan. Setelah menempati tempat yang aman, maka mereka lalu
mengekspresikan dengan melukis dinding.
Kesimpulannya bahwa manusia di zaman manapun ia berada akan selalu berusaha untuk
mengabadikan sesuatu yang serasa perlu diketahui oleh masa depan. Oleh sebab itu
mengapa mereka mengambar di dinding gua atau langit-langit gua, agar dapat
bertahan hingga ribuan tahun, sedangkan kebudayaan saat ini berusaha
mengabadikan dengan menyimpan dalam museum dan berbagai cara lainnya. Saat ini
salah satu cara mengabadikannya adalah melalui dunia internet. Sehingga tak
bedanya dengan manusia prasejarah, manusia modern saat ini telah mengabadikan
jejaknya di dinding dunia maya agar kehidupan saat ini dapat terus tersimpan
untuk masa yang kemudian. (*)
Kupang, 27 Juli 2013
©daonlontar.blogspot.com