Mungkin untuk pertama kalinya digelar pameran seni rupa di Kota Kupang,
yang setidaknya memberi warna terhadap perkembangan dan minat terhadap karya
seni. Bahwa seni
senantiasa dapat menampilkan isu-isu kontemporer dalam pengaruhnya terhadap kondisi
sosial, budaya, ekonomi dan tema-tema urban lainnya. Pameran ini mengambil tema potpuri: reposisi medium dan lokasi,
dengan melibatkan 30 peserta seniman seni rupa dari Kota Jakarta, Bandung,
Yogyakarta dan Kupang. Menampilkan dan memadukan karya seni rupa seperti seni
lukis, karya grafis, keramik dan karya instalasi kontemporer dalam media dua
dan tiga dimensi.
Puluhan karya seni ini dipamerkan di Kompleks Gereja Kota Lama Kupang, dalam rangka menyambut semarak Sail Komodo 2013, yang diantaranya adalah karya pelukis yang kini mulai menunjukkan kiprahnya di ranah nasional dan lokal. Diantara lukisan-lukisan yang menarik perhatian pengunjug adalah lukisan-lukisan putra-putri Flobamora.
Puluhan karya seni ini dipamerkan di Kompleks Gereja Kota Lama Kupang, dalam rangka menyambut semarak Sail Komodo 2013, yang diantaranya adalah karya pelukis yang kini mulai menunjukkan kiprahnya di ranah nasional dan lokal. Diantara lukisan-lukisan yang menarik perhatian pengunjug adalah lukisan-lukisan putra-putri Flobamora.
Lukisan di bawah ini sepertinya mewakili aliran
seni lukis Romantisme yang
menceritakan tentang kehidupan manusia. Corak
lukisan menggambarkan bangkitnya kenangan romantis dan keindahan di setiap
objeknya dan pelukis tanah air yang terkenal dengan aliran ini adalah Raden
Saleh.
Duta Amuk /
Ubed Mashonef
Gaung Kesunyian
dan Pemanen Tuak / Fecky Messah
Lukisan
di bawah ini mewakili aliran seni lukis Naturalisme sebagai aliran yang melukis sesuai dengan alam dan
keindahannya.
Bayang-bayang
/ Ever E. Lomi Rihi
Nyanyian
Putri / Ever E. Lomi Rihi
Ada juga
lukisan yang mewakili aliran Realisme, yang menceritakan sesuatu secara tampak atau
nyata sesuai dengan keadaan yang terlihat.
Anak-Anak
Timor / Jecky Lau
Sementara
itu lukisan berikut adalah aliran seni Surealisme yang merupakan aliran yang mempunyai makna berbanding terbalik
dengan Realisme yaitu sesuatu yang mengambarkan berdasarkan hasil imajinasi
sehingga tampak dilebih-lebihkan atau juga berdasarkan mimpi-mimpi yang hanya
terdapat alam bawah sadar manusia. Para pelukis mencoba untuk membebaskan cara
berpikir logis dan menenggelamkan dalam makna yang berbeda.
Menatap
Zaman / Jecky Lau
Persembahan
Terakhir / Ubed Mashonef
Jelajah
Zaman / Fecky Messah
Merenung /
Fery Wabang
Pasola / Fery
Wabang
Habitus Baru
/ Yohanis Liliweri
Ada yang menarik
dari lukisan beberapa tokoh-tokoh dunia ini, prespektif berbeda dihadirkan oleh
pelukis dan kemudian terlihat sama untuk semua lukisan para tokoh, tampaknya
mereka sedang memahami kondisi global dengan menu kearifan lokal yaitu sedang
menikmati siri pinang, dengan gigi dan
bibir yang memerah kurang lebih demikian. Menikmati siri pinang setidaknya
melambangkan persahabatan dan penghormatan.
Sedangkan yang
terakhir adalah lukisan yang mewakili aliran seni lukis Imperesionalisme, yang
merupakan aliran dengan menggambarkan sesuatu secara impresif, yang maksudnya
sesuatu yang tidak menampakan kejelasan tetapi masih ada pemaknaannya.
Dalam Damai /
George Eman
Yang belum terlalu tampak pada pelukis Flobamora
adalah yang bisa mewakili aliran seperti ekspresionis yang mengejawantahkan
ekspresi dan keadaan jiwa si pelukis dalam kanvas seperti pada pelukis tanah
air Affandi. Selain itu juga belum tampak ada yang menekuni seni lukis aliran Kubisme dan Abstraksionisme.
Sedangkan
karya lainnya seperti
seni keramik dan karya instalasi kontemporer dapat dilihat pada gambar berikut:
Berkah
dari-Nya untukku juga untuk-Mu / Evi Yonathan
Ama
dan Ina / Apri Manu
Bengong
/ Timbul Rahardjo
Komodo
/ Yus Foe
Mandi
Kucing Tujuh Keliling / Argya D. Nindita
Megawati
/ Yus Foeh
Resort
Back / Bathseba Alangghya
Mold
Flash / Ricko Gabriel
Spiral / Timbul Rahardjo
Beberapa
gambar diatas mewakili perkembangan kesenian dalam konteks dunia seni modern
dan fenomenanya. Karya seni dalam sejumlah hal kadangkala dihubungkan dengan
perkembangan filsafat dan teori pemikiran post-modern yaitu pola teori
pemikiran yang merupakan perlawanan terhadap konsep modernisme yang dianggap
terlalu mengaggungkan ilmu pengetahuan dan sains, keseragaman, serta
mengabaikan kemajemukan dan kearifan lokal. Sehingga karya seni instalasi hadir
sebagai sikap kritis terhadap fenomena tersebut.
Kadang
bentuk karya seni memang lebih banyak membuat para pengujung umum merasa kebingungan
dan kurang mampu menikmati esensi yang bersembunyi di balik setiap eksistensi
yang ada, karena bagaimanapun cara menikmati adalah mengapresiasi lebih dalam makna
yang tersimpan dengan menghadirkan persepsi. Sehingga setiap karya seni
memiliki makna yang tersirat dan memaksa orang untuk berpikir secara kritis
terhadap setiap fenomena dari unsur kreatif yang ada. Hadirnya pameran ini
membuka cakrawala penikmat seni dalam mengasah minat, mempergunakan nalar objektivitas
bahkan subjektifitas dan sekaligus sebagai media pada khalayak Kota Kupang untuk
mendapatkan pengalaman dan kesan pertama terhadap perkembangan karya seni lokal
serta mengapresiasi pada kesempatan yang lain.
Kupang, 31
Juli 2013
©daonlontar.blogspot.com