Ramadhan memang telah berlalu,
begitupun dengan amalan-amalan yang dilakukan di bulan penuh berkah. Namun
selalu ada yang berbekas dari setiap kepergian ramadhan, yang adalah manejemen
waktu atau tepatnya mengelola waktu. Ramadhan adalah bulan tersibuk bagi umat
muslim yaitu ketika umat berlomba-lomba melipatgandakan amal ibadahnya,
menjalankan berbagai aktivitas dari sahur hingga berbuka dan dari berbuka
hingga sahur, bahkan hingga harus menjalankan pekerjaan reguler kantor yang tidak
mudah ditinggalkan begitu saja. Salah satu amalan ibadah adalah dengan banyak
membaca mulai dari Al-Qurannul Karim, terjemahannya dan dzikir hingga
bacaan-bacaan tema islami lainnya. Dalam Bulan Ramadhan memang sebaiknya melakukan
hal positif dengan banyak membaca selain mengisi waktu juga menambah nilai keislaman
dan keilmuan.
Kebetulan saya mempunyai beberapa
buku dengan tema islami yang belum saya baca sama sekali dan tepat pada
momentumnya, saya memanfaatkan waktu selama Bulan Ramadhan lalu dengan
menghabiskan membaca enam buku bertema islam yaitu: Isa dalam Al-Quran,
Mengenal Sang Kalimatullah & Rohullah Lebih Dekat; Perempuan, ….dari Cinta
sampai Seks, dari Nikah Mut'ah sampai Nikah Sunnah, dari Bias Lama sampai Bias
Baru…; Psikologi Kematian, Mengubah Ketakutan Menjadi Optimisme; Karena Saya
Akan Hidup Selamanya; dan Kumpulan Lengkap Doa dan Wirid Mustajab sesuai
Al-Quran dan As-Sunnah. Disamping itu saya juga masih sempat membaca tiga judul buku tema umum lainnya.
Inilah nikmatnya jika memiliki perpustakaan pribadi, disaat kita mendapatkan
waktu senggang maka kita dapat memilih buku sesuai tema yang diinginkan.
Apa yang kemudian menjadi kesimpulan,
mungkin benar apa yang diutarakan oleh Northcote Parkinson bahwa, “orang yang paling sibuk, adalah orang yang
paling punya banyak waktu”. ketika berusaha mengelola waktu maka di saat
itulah kita mendapatkan efektivitas kerja, ibadah dan santai. Jika dibandingkan
dengan orang yang tidak terlalu sibuk, maka mereka justru tidak memiliki banyak
waktu untuk dimanfaatkan. Dengan demikian waktu itu relatif dari prespektif
kita menilainya.
Akhirnya dalam keimanan kita tidak
dapat mengabaikan tiga hal penting yaitu amal jariah, ilmu yang bermanfaat dan
anak yang shalih. Ketiga hal inilah yang menjadi penyambung keabadian, manakala
kematian telah tiba dan amalan-amalan telah terputus. Satu diantaranya adalah
ilmu yang bermanfaat dan tentunya ilmu itu hanya didapat dengan banyak membaca,
dan sebagaimana uraian singkat diatas, kiranya ilmu itu terus mengalir daripada
hanya membeku dalam lembaran-lembaran buku. (*)
Kupang, 11
Agustus 2013
©daonlontar.blogspot.com