Bulan Desember
tahun 2015, mungkin adalah bulan tersibuk sepanjang sejarah Kota Kupang.
Bagaimana tidak, jika beberapa event nasional diselenggarakan di Kota Kupang.
Mulai dari Perayaan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN), Perayaan Hari
Ibu Nasional dan
khususnya Perayaan Natal Nasional yang untuk pertama kalinya dilaksanakan
di NTT. Di samping itu
event tahunan Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-57 Provinsi Nusa Tenggara Timur,
yang jatuh pada tanggal 20 Desember 2015, juga event lainnya seperti expo dan
pameran untuk menarik investor dalam rangka menyambut Hari HKSN serta event kegiatan Tour
de Timor dengan titik start di Atambua, Kabupaten Belu dan finish di Kota
Kupang. Kupang menjadi kota digelarnya berbagai event tersebut,
telah menjadi sebuah kepercayaan yang diberikan dan diharapkan agar warga Kota
Kupang menjadi tuan rumah yang baik.
Minggu, 20 Desember 2015
Pulau Timor,
Serba Serbi
Vatikan, Timor dan Traffic Pengujung Blog yang tiba-tiba Membludak
Kemarin tanggal 19/12/2015, saya dikagetkan
dengan traffic pengujung blog pribadi saya yang begitu
melonjak, sudah seperti biasanya saya langsung bisa mendeteksi laman apa dari blog saya yang sedang trend
dibaca,
dan sebab apa yang terjadi sehingga laman itu ramai dikunjungi. Kali ini
tulisan saya tentang mitologi Pulau Timor begitu ramai dilihat, entah ada
sebab apa dan setidaknya memerlukan sesuatu
untuk segera dianalisa. Lalu
kemudian di awal pagi ini, di berbagi kiriman media sosial facebook
dari seorang teman yang baru dikenal, saya menemukan kutipan tulisan dari Antoninho Benjamim Monteiro yang berisi seperti di bawah ini:
Selasa, 27 Oktober 2015
Kota Kupang,
Sejarah
Tragedi Terbakarnya Bemo Ridho Galih di Kupang 17 Mei 1978
Jam menunjukan pukul 7.00 wita pagi hari. Seperti biasanya masyarakat Kota Kupang memulai aktivitasnya, pergi ke pasar, tempat kerja hingga ke sekolah. Dan seperti biasa
pula masyarakat kota menggunakan sarana masing-masing menuju tempat tujuan,
jika dekat ada yang berjalan kaki, ada yang menggunakan kendaraan pribadi atau
menggunakan transportasi umum. Bagi yang menggunakan transportasi umum akan menggunakan
angkutan bemo model mikrolet tipe Pick Up dengan pintu
penumpang berada di bagian belakang kendaraan. Di tahun
70-an ongkos dalam kota jauh dekat masih
sebesar Rp. 25,-
saja dan keadaan Kota Kupang saat itu masih lengang,
tak banyak kendaraan dan suasana tidak seramai saat ini.
Foto: flash-screen.com
Matahari
begitu penting bagi kehidupan di alam semesta ini, tanpa sinar matahari tentu tak ada kehidupan. Hampir semua makhluk hidup
membutuhkan sinar matahari, apa jadinya jika sinar matahari tidak ada, dan tanaman
tidak bisa melakukan pembakaran melalui proses fontosintesis dan menghasilkan oksigen, maka
kehidupan akan menemukan ketidakseimbangan. Matahari selain sebagai sistem yang berfungsi
menghidupkan kehidupan juga memiliki misteri penyembuhan bagi kesehatan umat
manusia.
Bagi peminat atau penggila buku, datang ke toko buku ibarat sedang berekrasi ke puncak gunung atau ke tepi pantai, ada kesan yang selalu bisa dibawa pulang sampai ke rumah selain dengan membeli buku. Toko buku semakin banyak, maka semakin banyak pilihan buku yang diinginkan. Berkunjung ke toko buku menjadi gaya hidup orang modern yang menjadikannya tempat rekreasi fisik dan batin. Penjual buku menjamur dari kelas kaki lima hingga mall, dari lapak pinggir jalan hingga toko buku online, dari toko seadanya hingga ruang megah berpendingin, dari toko buku yang menjual semua kategori umum hingga toko buku spesifik yang menjual tema tertentu. Sehingga toko buku menjadi tempat terbaik membuang waktu!.
Sejenak saya lama mengamati sebuah lukisan di selasar ruang Pameran Seni
Rupa Temu Karya Taman Budaya Nasional yang berlangsung di Kupang 9-12 September
2015 yang lalu dan mengambil tema Untaian
Sotis. Satu di antara sekian lukisan di pameran itu yang memperlihatkan
daya pikat esensi non visual dari sebuah lukisan dengan media 100cm x 100cm acrylic painting karya seniman
lokal Geradus Louis Fori berjudul Hawa.
Kota Kupang, sama
halnya dengan berbagai kota di nusantara, berkembang dengan berbagai aktivitas
ekonominya. Berbagai macam profesi atau pekerjaan hadir untuk mengadu nasib,
untuk bisa menikmati hasil dari pertumbuhan ekonomi kota. Dari penjual asongan
hingga pedagang keliling, dari warung makanan hingga kios sembako. Pekerjaan
non formal ini menyerap banyak tenga kerja dan merupakan usaha dari kelangan
masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Kini beberapa diantaranya
berangsur-angsur menepi, bahkan menghilang dan tak muncul lagi untuk selama-lamamnya.
Telah terjadi pergeseran prilaku ekonomi yang membuat profesi mereka tidak
dibutuhkan lagi. Catatan ini untuk mengenang keberadaan mereka di masa lalu di sekitaran
tahun 1990-an hingga awal tahun 2000-an di Kota Kupang. Mereka diantaranya:
Jumat, 28 Agustus 2015
Budaya,
Flobamora,
Hiburan,
Perencanaan Pembangunan,
Traveling
Festival Seni Budaya 17 Kecamatan Flores Timur, catatan kecil
Sumber foto: Benediktus
Bereng Lanan
Ketika sedang
berada di Kota Larantuka, Flores Timur dalam rangka urusan dinas. Sebuah kebetulan
di dekat dengan hotel tempat menginap atau taman kota, sedang dilangsungkan Pentas
Seni dan Budaya Flores Timur yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Flores Timur. Walau tidak mengikuti sepenuhnya saya
memiliki gambaran tentang pelaksanaan, proses dan hasil yang didapatkan dari
event tersebut. Setiap kecamatan memiliki konsep yang sepertinya dari tahun ke
tahun mengambil tema yang sama berdasarkan cerita rakyat turun temurun dalam
masyarakat kebudayaan Lamaholot seperti mistisme, tradisi leluhur, tanaman
pangan, toponimi, hikayat dan lagenda, asal usul nenek moyang, suka cita dalam
panen, perang tanding dan lain sebagainya yang dikemas dalam seni tarian,
nyanyian, teater dan drama. Sebenarnya dalam gagasan, kebudayaan di Flores
Timur memiliki kebudayaan maritim yang kuat karena terdiri dari Flores daratan,
Pulau Adonara dan Pulau Solor. Namun representase dari semua pertujukan kurang
menempatkan laut sebagai ruang kebudayaan. Justru semangat darat yang terlihat yang
didominasi hasil kebudayaan bercocok tanam berupa pertanian hingga alat-alat
perang.
Di masa kecil saya suka membaca majalah anak-anak dan menonton film
kartun di tv nasional saat itu. Sering saya temui berbagai kisah dan dongeng
tentang negeri di atas awan. Satu kisah yang paling diingat adalah benih
tanaman yang diberikan seorang nenek tua yang baik hati kepada seorang gadis
cantik untuk ditanam. Benih tersebut akhirnya tumbuh dan terus menjulang ke
atas menembus awan dan memperlihatkan sebuah negeri di atas awan. Inilah
gambaran fantasi sejak zaman nenek moyang, tentang harapan umat manusia bisa
menembus dan menyentuh awan. Bukan sekedar mitos, kini kita juga mempunyai
kesempatan sejenak berada di atas awan, sebuah negeri di atas awan.
photo: whatjesusdid.org
Dahulu
sewaktu masih bersekolah dasar di Kota Kupang, saya sering mendengar istilah telinga swasta. Telinga swasta diartikan sebagai kemampuan
mendengar yang kurang. Jika ada teman
yang butuh
hingga dua kali atau lebih mengulang omongan yang kita sampaikan, maka cap memiliki telinga swasta, sudah kita berikan
kepadanya. Dalam bahasa baku, kita tidak akan menemukan kosakata demikian,
karena hanya menjadi guyonan kita di masa tersebut yang hingga kini masih dipakai
dalam kosa kata bahasa Kupang. Mungkin karena di masa tersebut yang dinamakan dengan
sekolah
dan instansi swasta masih kalah jauh dengan sekolah dan instansi negeri yang lebih maju, sehingga sebutan swasta menjadi label kelas dua. Namun kini telah berubah jauh, di mana-mana kecenderungan sekolah swasta
dan perusahaan swasta jauh lebih baik dibandingkan negeri.
Dari tahun ke tahun, dari Agustus ke Agustus. Berlahan-lahan disekeliling kita berganti.
Pelan atau cepat. Agustus adalah bulan ke delapan dalam tahun kelender Gregorian.
Agustus diambil dari nama Kaisar Romawi Octovianus Augustus. Sebelumnya Bulan
ini bernama Sextilis yang berarti
bulan ke enam dalam sepuluh bulan kelender asli Bangsa Romawi yang dimulai dari
Maret. Kemudian Bulan Januari dan Februari ditambahkan sebelum Bulan Maret
dalam tahun tersebut, sehingga bulan ke enam (sextilis) berubah menjadi bulan
ke delapan (Agustus).
Sebagai muslim kita sudah terbiasa
mendengar khotbah di hampir setiap jumatan, tarawih atau hari raya. Namun
pertanyaannya, apakah semua khotbah itu memberikan pengaruh pada sanubari kita
sebagai pendengar. Sebagai jamaah sholat, kita punya ribuan kali pengalaman
mendengarkan ceramah khotbah dari para khatib, dan ribuan kali juga kita
mempunyai kesempatan untuk menilai apakah ceramah itu berkesan atau tidak. Tak
jarang sebagai jamaah kita tak menangkap sepatah katapun yang diucapkan khatib.
Begitu banyak hal yang masuk dalam pikiran kita dan menganggu, sehingga tubuh
kita berada di mesjid namun jiwa kita seolah terbang ke permasalahan hidup yang
belum terselesaikan di luar sana. Ibarat masuk telinga kiri keluar lagi telinga
kanan. Kadang banyak jamaah yang tertidur karena ceramah khatib yang dingin,
sehingga muncul penilaian bahwa sesi ceramah hanya membuang waktu para jamaah
yang telah rela meninggalkan kesibukannya. Padahal sesungguhnya khotbah adalah
syarat sahnya solat jumatan dan pelengkap ibadah solat lainnya, bahkan ada yang
menilai jika jamaah tidak mendengarkan khotbah dengan baik akan dianggap kelalaian
dan bisa diganjar dosa.
Latar belakang novel
ini bercerita
tentang petualangan
Simonov Sinesky bersama Malaikat Jibrael mengunjungi sebuah institusi
kepolisian di negeri tak bernama. Kisah novel ini menguak perbuatan
polisi-polisi di negeri antah berantah yang tak lagi memiliki nilai-nilai
kebenaran, kejujuran dan keadilan, dimana sudah banyak oknum kepolisian yang
telah bersekutu dengan pelaku kejahatan. Simon Sinesky
bersama tokoh imajiner yang diwakili sebagai Malaikat Jibril datang
menginvestigasi dan melakukan penyelidikan terhadap polisi-polisi di suatu
negeri antah
berantah. Dimulai dari polisi
berpangkat rendah brigadir hingga perwira tinggi jenderal. Investigasi ini
dilakukan berdasarkan buku dosa yang telah dicatat, karena
bagaimanapun sebagai mahluk beriman segala amal kebaikan beserta dosa-dosa
sudah dicatat untuk dipertangungjawabkan di kemudian hari.
Waktu itu berjalan tanpa kaki, menunjuk
tanpa jari, berputar tanpa pinggang dan berdetak tanpa denyut nadi. Waktu dapat membuat apapun di dunia ini menjadi uzur, rapuh
dan luruh, demikian juga dengan manusia. Sebagai salah satu entitas penting di
alam semesta ini, umat manusia memiliki relasi dengan waktu yang tak dapat
dipisahkan. Sayangnya, waktu selalu bersama manusia, tetapi manusia tak
selamanya bersama dengan waktu. Sedikit mengingat kembali apa yang telah saya lalui
selama 33 tahun ini. Dimulai dari 5 tahun pertama yang dilalui sebagai anak
kecil dengan berbagai permainannya, 12 tahun bersekolah dasar dan menengah
dengan berbagai pelajarannya, 5 tahun di sekolah tinggi dengan berbagai
kisahnya, 3 tahun istirahat sebagai freelancer
dengan berbagai pencariannya dan
8 tahun bekerja sebagai pegawai negeri dengan berbagai pekerjaannya.
Sebelumnya
saya pernah menulis tentang nomor telkomsel yang telah saya gunakan selama 10
tahun. Namun baru-baru ini saya mendapatkan informasi unik, yaitu adanya sebuah
survey yang dilakukan di Cina, Amerika, Inggris dan Korea. Kesimpulan penelitian tersebut adalah
bahwa seseorang yang telah menggunakan nomor ponsel yang sama selama 10 tahun,
dapat dipastikan bahwa ia adalah seorang yang layak dipercaya.
Banyak yang tidak menyadari bahwa kita sedang mengalami gangguan pada pencernaan, terutama di lambung yang oleh masyarakat sering disebut dengan
penyakit maag (dyspepsia). Hal ini
mungkin dibiarkan saja, karena menganggap penyakit maag hanya penyakit biasa,
padahal penyakit ini cukup berbahaya. Tidak
melakukan pemeriksaan lebih lanjut dapat mengakibatkan maag akut, maag kronis
hingga gastroesophageal reflux disease (GERD). Penyakit yang merupakan gangguan fungsi lambung ini
disebabkan oleh naiknya kadar asam dalam lambung di atas batasan normal. Sehingga dapat
mengakibatkan terkikisnya lapisan mukosa atau selaput lendir yang melindungi
dinding lambung terhadap pengaruh asam dan enzim yang biasanya terdapat di
dalam cairan lambung. Produksi asam yang
berlebihan ini menyebabkan rusak atau lukanya dinding lambung.
Kemarin, atau tepatnya 5 Mei 2015 dirayakan sebagai Hari Bidan Sedunia atau International Midwives’ Day. Rupanya kebidanan
di mata dunia sudah dihargai sebagai profesi yang sangat penting, walaupun
peringatan Hari Bidan Internasional sudah dirayakan sejak 5 Mei 1991, yang diadakan untuk menghormati jasa para bidan yang pada tahun 1987
mengadakan International Confederation of Midwives Conference di
Belanda. Namun gaungnya terasa lemah, dan baru di tahun ini Saya, dan mungkin juga banyak orang yang
baru mengetahuinya. Itupun kebanyakan diketahui dari kampanye media sosial semacam twitter dan facebook.
Nusa Tenggara Timur selalu
memberikan corak kebudayaan yang berbeda dengan wilayah lainnya di Nusantara.
Salah satunya bisa dilihat dari beragamnya jenis tarian dari daerah
ini. Umumnya tarian asal NTT memiliki kesan tarian pergaulan, ritual adat istiadat, pesta
perkawinan, pesta panen
baru atau acara
dengan nuansa kegembiraan lainnya. Kini tarian yang semula hanya dilihat oleh kalangan terbatas,
saat ini telah dipentaskan diruang publik yang lebih luas. Tarian sebagai sebuah kesenian memperlihatkan gerak tubuh yang memiliki irama, dengan menampilkan tema masing-masing seperti tari pergaulan, ungkapan perasaan, maksud dan
pikiran. Tarian tentunya selalu diiringgi dengan alat musik yang membantu mengiringi penari untuk lebih mengekspresikan diri secara estetis. Keharmonisan sebuah tari
tentunya dilihat dari aspek yang ditampilkan yaitu wiraga (raga), wirama (irama), dan wirasa (rasa).
Langganan:
Postingan (Atom)
My Facebook
Catatan....!!!
Menulis bukan bakat, tetapi kemauan. Dalam kisah setiap orang pasti akan menuliskan apa ada yang ada di pikiran dan perasaannya.. Secara perlahan menulis mengantarkan seseorang menuju pencerahan, karena menulis membuat orang membaca dan sebaliknya membaca membuat orang menulis. Menulis merupakan pembelajaran, dan tidak hanya sekumpulan kalimat tetapi merupakan sekumpulan nilai dan makna. Kini cara menulis tidak lagi menggunakan pahat dan batu, tongkat dan pasir atau dengan kemajuan teknologi tidak lagi dengan tinta dan kertas tetapi sudah beranjak pada keyboard dan screen. Banyak kisah dan sejarah masa lalu yang tidak terungkap, karena tak ada yang mencatatnya atau bahkan lupa untuk mencatatnya. Mengutip kalimat singkat milik Pramoedya Anantatoer, “hidup ini singkat, kita fana, maka aku akan selalu mencatatnya! Agar kelak abadi di kemudian hari…” Catatan adalah sebuah kesaksian dan kadang juga menjadi sebuah pembelaan diri. Seseorang pernah memberiku sebuah diary, dengan sebuah catatan yang terselip. Kelak aku akan mengembalikannya dalam keadaan kosong karena aku telah mencatatnya di sini….!!!